AWARDING NIGHT JAFF KE-12 “FLUIDITY”

SINEAS INDONESIA KEMBALI MERAJAI JAFF KE-12 “FLUIDITY”

Puncak acara telah tiba; pengumuman para juara dalam ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-12 sudah diumumkan. Acara penganugerahan kepada para penggiat film di Asia Pasifik itu dilaksanakan di Cielo 37 Degree by Javanegra, Hotel Grand Aston, Yogyakarta, Kamis (7/12). Perayaan dimulai pukul 19.50 waktu setempat, lalu dilanjutkan dengan pembuka yang dibawakan oleh Christine Hakim, Garin Nugroho, dan Jonatan Dion Setyawan.

Perhelatan bergulir ke acara inti, yaitu pengumuman para pemenang JAFF ke-12. Urutan pertama dalam alur penghargaan ialah CGV Award yang diberikan langsung oleh CGV. Dalam CGV Award terdapat lima kategori, di antaranya Best Script, Best Cinematography, Best Director, Best Film, dan Honorable Award.

Pembawa acara, Gundhi dan Sekar Sari, mengarahkan ke pengumuman pemenang Jogja Future Project Awards. Program ini diberikan kepada para sineas muda Yogyakarta yang dinilai memiliki bakat dan kualitas dalam perfilman. Jogja Future Project Awards memiliki lima kategori pemenang, yaitu Geber Kalicode, FOCUSEDFuture Award, Synchronize Future Award, Super 8mm Studio, dan Best Future Projects. Viko Amanda dari X-Code memberikan penghargaan untuk kategori Geber Kalicode kepada Igo Nude karya Dharma Nugraha. Dua nama disebut oleh Robin Moran dari FOCUSED equipment untuk kategori FOCUSEDFuture Award, yakni Alang-Alang (Khusnul Khitam) dan Perempuan Bahulaweyan (Najam Yardo). Kategori Synchronize Sound Award diberikan oleh Hadrianus Eko kepada Alang-Alang. Selanjutnya, kategori Super 8mm Studio diberikan kepada Alang-Alang (Khusnul Khitam).

Kategori utama dari Jogja Future Project Awards memilih tiga orang sebagai pemenang. Sutradara Fool’s Treasure, Henricus Pria, menyabet Best Future Project sebagi pemenang pertama. Juri memberikan catatan kepada Fool’s Treasure sebagai film yang menyajikan intrik dengan rasa penasaran, kefasihan, dan visi yang kuat. Posisi kedua diisi oleh Najam Yardo untuk filmnya Perempuan Bahulaweyan dan Rivandy Adi Kuswara dengan film Ruwat mendapat posisi ketiga.

JAFF juga memberi kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa dari delapan perguruan tinggi di Yogyakarta untuk memilih film yang mereka nilai sebagai film terfavorit dalam kategori Jogja Student Award. Mereka memilih karya Lanka Bandaranayakeh berjudul Tradition sebagai film favorit.

Kategori Blencong Award dari Program Light Of Asia dimenangkan oleh My Father’s Room karya Nari Jang. Film animasi yang mengangkat sosok perempuan di tengah keluarga patriarki ini begitu memikat para juri. Tiga juri, Reza Rahardian, Wregas Bhanuteja, dan Anocha Suwichakornpong memberi catatan untuk film ini sebagai film animasi yang amat kuat dengan gaya yang cair dan memberikan dampak yang besar kepada penonton.

Geber Award yang menjangkau film-film sutradara muda memilih Aqerat karya Edmund Yeo sebagai yang terbaik. Film ini memikat hati ketiga juri dengan komentar sebagai karya personal yang membawa muatan yang aktual dan relevan dalam kemasan yang segar.

Tiba giliran Program JAFF-Indonesia Screen Award (JAFF-ISA) yang menampilkan deretan film buatan para sutradara Indonesia. Enam kategori pemenang diberikan untuk program ini. Film Posesif mendominasi penghargaan dengan perolehan tiga piala. Untuk kategori Film Pendek Terbaik, dewan juri memberikan penghormatan kepada Adi Marsono dengan filmnya bertajuk Kisah di Hari Minggu. Penulis naskah Galih & Ratna, Fatha Todjon, mendapatkan kehormatan sebagai pemenang kategori Penulis Naskah Terbaik. Kategori Sinematografi Terbaik jatuh kepada Batara Gumpar dari Posesif. Putri Marino sebagai salah seorang aktor yang bermain di Posesif juga menyusul dalam daftar pemenang, Aktor Terbaik. Komika tanah air, Ernest Prakasa, secara mengejutkan berhasil menyabet penghargaan Sutradara Terbaik. Penghargaan terakhir dalam program JAFF-ISA ialah Film Panjang Terbaik, jatuh kepada Posesif.

Tiba waktunya untuk pengumuman pemenang untuk dua kategori inti dalam program JAFF, yaitu Netpac Award dan JAFF Award. Film Love and Shukla terpilih sebagai pemenang Netpac Award. Film karya Jatla Sidharta itu dipilih karena mengungkapkan kejujuran tentang dunia yang kompleks dan sesak tetapi senantiasa berusaha mencari bentuk komunikasi yang sejati.

Kategori JAFF Award memiliki dua kategori pemenang: Silver Hanoman dan Golden Hanoman. Namun, sebelum memasuki inti acara, tiga juri JAFF Award, Tony Rayns, Mira Lesmana, dan Heri Pemad menyebut nama Mouly Surya, sutradara Marlina: The Murderer in Four Acts, sebagai film pilihan juri (Special Jury Mention). Juri menyebut Marlina: The Murderer in Four Acts sebagai perwujudan sinema Asia modern bergenre pop yang menampilkan fantasi balas dendam. Penghargaan Silver Hanoman membubuhkan nama Anocha Suwichakornpong. Film Suwichakornpong bertajuk By The Time It Gets Dark mencampurkan relasi masa lampau yang kelam dengan masa kini yang cenderung kelam dan hampa. Terakhir, puncak acara berisi pengumuman pemenang kategori Golden Hanoman yang jatuh kepada The Seen and Unseen karya Kamila Andini. Film tersebut mendapat pujian dari dewan juri sebagai puncak pencapaian teristimewa dari sinematografi yang mampu menciptakan unsur-unsur aural-visual dari narasi perjalanan penuh emosial seorang anak dalam penantian jawaban.

Puncak perhelatan JAFF ke-12 ini sangat istimewa dengan kehadiran pembuat film, aktor, dan penggiat dunia perfilman di Asia-Pasifik. Hadirin di Cieolo 37 Degree by Javanegra bersorak riang pada waktu penutupan acara yang didukung oleh Natasha. JAFF ke-12 sudah berakhir, selamat bertemu kembali pada perhelatan tahun depan yang lebih seru, dengan film-film dari sutradara-sutradara terbaik di Asia-Pasifik.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *