DOZAN FUJIWARA BAWA ANGIN DARI TIMUR

Dozan Fujiwara Bawa Angin dari Timur

Penampilan musisi Jepang Dozan Fujiwara dalam ‘Shakuhachi Concert’, di Panggung Pasar Seni FKY 30, Planet Pyramid Jalan Parangtritis KM 5,5 Yogyakarta, Rabu (8/8) mampu memukau penonton. Konser yang merupakan hasil kerjasama FKY 30 dan Min-On Global Music Network tersebut diawali dengan karya Dozan Fujiwara berjudul ‘Ku’ (langit) yang dilanjutkan deretan lagu lain seperti ‘Kohaku No Michi’ dan ‘Kokoro No Tomo’. Min-On Global Music Network sendiri merupakan program dari Min-On Concert Association yang menjadi sarana memperkenalkan budaya dan musisi Jepang untuk memperkuat pertukaran kebudayaan antara Jepang dan negara lain.
“We are going to collaborate with Indonesia artist,” ungkap Dozan Fujiwara yang kemudian menghadirkan karya berjudul ‘Harutsugedori’ dan ‘Ceh’.

Tidak berhenti disitu, musisi Indonesia yang terdiri dari Darman Merdeka (multi percussionist), Joel Tampeng (gitaris Sirkus Barock), dan Firman Djalut (seniman tradisi Betawi) tampil bertiga dengan membawakan ‘Lingkaran Aku Cinta Padamu’ medley ‘Yamko ambe Yamko’. Dilanjutkan ‘Kebyar-Kebyar’ bersama Dozan Fujiwara dan Seigo Takimoto.
Sedangkan ‘Spain’ memberikan suasana berbeda karena semua musisi tampil sepanggung. Begitu pula dengan repertoar berjudul ‘Kochi’ (angin dari timur) yang merupakan karya Dozan Fujiwara. Musisi lain yang menyertai penampilan Dozan Fujiwara adalah Renzan Kudo, Kohzan Shiba, Hozan Murasawa, Keizan Tanabe, dan Yuko Nakakita.

Hadirnya lagu-lagu dari Indonesia tidak lepas dari kolaborasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dozan Fujiwara mengaku bahwa sudah bertanya kepada pihak Indonesia terkait lagu yang direkomendasikan dan mendengarkan semuanya. Hingga dipilihlah lagu-lagu yang cocok dengan shakuhachi. Mengingat, kalau tidak cocok dan dipaksakan dengan shakuhachi, maka menjadi tidak merdu.

“Kami ingin menciptakan kolaborasi dari kedua belah pihak dan mendapatkan ekspresi yang lebih indah,” ujar pria yang memainkan shakuhachi sejak usia 10 tahun ini.
Sedangkan dalam berkarya, Dozan Fujiwara seringkali terinspirasi dari berbagai ide, yang kemudian dikembangkannya. Hanya saja, kalau sudah ada tema akan lebih mudah. Jadi kalau belum ada tema, ia memulainya dari pencarian tema terlebih dahulu.

Begitu pula dengan ’Kochi’ yang diciptakan karena berangkat dari kegelisahan bahwa budaya kerapkali datang dari barat. Kedepan, ia berharap agar Asia atau negara dari timur termasuk Jepang dan Indonesia yang menjadi sumber untuk menyampaikan budaya-budaya baru ke barat. “Itu yang saya inginkan. Karenanya, saya menciptakan ‘Kochi’,” ungkap Dozan Fujiwara yang mendapat sebutan Pangeran Musik Tradisional Jepang Shakuhachi ini.

Terkait Shakuhachi, Dozan Fujiwara melihat pecinta dan pemainnya semakin bertambah banyak di luar negeri. Itu tandanya, orang luar negeri mengakui nilai-nilai budaya dari Jepang, dan masyarakat Jepang melihat orang asing senang dengan tradisi tersebut, sehingga mendapat kesadaran betapa indahnya budaya Jepang. “Saya juga ingin agar pecinta, penonton dan pemain shakuhachi bertambah. Karenanya, saya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan shakuhachi,” ujarnya.

Sedangkan Presiden Min-on Concert Association, Ito Kazuto mengaku bahwa sebelum datang ke Indonesia, ia sudah mendengar bahwa Indonesia kaya dengan keberagamannya, atau biasa dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Dan ketika datang serta menginjakkan kaki di Indonesia, ia betul-betul merasakan bahwa apa yang ia dengar memang demikan adanya. Indonesia memang benar-benar kaya dengan keberagaman.

Selain itu, jarak antara Indonesia-Jepang kelihatannya dekat, tapi rupanya masyarakat Jepang tidak banyak yang mengetahui Indonesia. Contohnya, masyarakat Jepang mengenal Bali, tapi tidak tahu menahu tentang Indonesia. Kali ini kami bisa pentas di Yogyakarta dan Jakarta sekaligus merasakan keberagaman yang begitu kaya di Indonesia, dan ingin memperkenalkan keberagaman tersebut di Jepang.

“Saya sendiri ingin mengenal Indonesia lebih dalam lagi karena Indonesia punya budaya yang sangat menarik dan tak tergantikan dengan yang lain. Kedepan, ingin memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya musiknya di Jepang,” paparnya.

Indonesia, tambah Ito Kazuto, dipilih karena di tahun 2018 ini juga bertepatan dengan Perayaan 60 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang. “Kami juga memiliki pengalaman pentas semacam ini di Singapura, Korea Selatan dan Malaysia. Karenanya, tahun 2018 ini memiliki makna yang penting bagi Indonesia-Jepang,” tuturnya.

Tentang FKY 30 :
Tema yang diangkat FKY 30 adalah MESEMELEH, berasal dari dua kata yaitu MESEM yang berarti senyum, dan SEMELEH yang bermakna ikhlas atau nrima.

MESEM merepresentasikan kedewasaan FKY untuk tetap menyajikan festival yang menarik, menghibur dan edukatif, sekaligus relevan dengan perkembangan zaman, baik dalam karya hingga penyajiannya. SEMELEH merepresentasikan FKY sebagai festival seni yang memberikan ruang kepada semua pihak yang berpartisipasi di dalamnya, baik itu kreator, panitia, masyarakat, hingga pemerintah. Tentunya, untuk saling memberikan kontribusi demi menciptakan FKY yang lebih baik.

Terima kasih dan Salam Budaya,

FKY 30 – MESEMELEH

KONTAK DAN INFORMASI :
SEKRETARIAT FKY 30 2018
Planet Pyramid, Jl. Parangtritis Km. 5,5 Bangunharjo, Bantul, Yogyakarta
www.infofky.com

Divisi Markom-Media Relation :
Diendha Febrian – 0817 2711 09
Pramesthi Ratnaningtyas – 0815 7893 9806
Iwan Pribadi – 0812 1567 003

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *