Festival Film Dokumenter 2012

 

Press Release Festival Film Dokumenter 2012

Yogyakarta, 03 Desember 2012

“Demi Waktu Demi Sejarah, Hidupi dan Berbuatlah!”

Selamat datang bulan Desember, selamat datang di Festival Film Dokumenter (FFD). Tahun ini Komunitas Dokumenter Indonesia kembali menyelenggarakan festivalnya yang ke-11 bertempat di Taman Budaya Yogyakarta pada tanggal 10-15 Desember 2012. Dasar dari terciptanya FFD adalah untuk mengukur pola kembang pikir para penggiat dan pembuat film dokumenter Indonesia, menjadi sebuah ruang temu para penggiat film dokumenter dalam dan luar negeri dan menjadi salah satu barometer film dokumenter di Indonesia. FFD sendiri hadir pada tahun 2002 dengan dua program utamanya yaitu kompetisi dan edukasi, dan kini mencoba untuk tetap setia, berjalan dan berada dalam jalurnya, mencoba meningkatkan kualitas para pembuat film dokumenter serta membagi pengetahuan dan memasyarakatkan film dokumenter tersebut seluas-luasnya. Kita bahagia bukan karena tujuan kita tercapai, tapi karena proses dalam perjalanan mencapai tujuan tersebut.

Komunitas Dokumenter adalah sebuah kelompok kerja yang bergiat di bidang film dokumenter. Komunitas Dokumenter dibentuk oleh beberapa anak muda dengan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan untuk aktivitas-aktivitas apresiasi, produksi, dokumentasi, penelitian, dan sosialisasi film dokumenter dengan tujuan utama membangun infrastruktur di bidang film dokumenter, dengan program-program: pengembangan SDM, pusat data dan informasi, sosialisasi dan jaringan kerja, pendidikan dan pelatihan, serta penyelenggaraan Festival Film Dokumenter tiap tahunnya. Komunitas Dokumenter bersifat nirlaba dan non-partisan.

Mencermati beberapa tahun belakangan ini, beberapa film dokumenter Indonesia mulai menempatkan posisinya dalam festival-festival yang sudah punya nama di mata internasional. Hal ini pun mulai dilirik oleh pemerintah, yang kemudian pula memberikan kontribusi terhadap para penggiat film. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran pemerintah ini membuka babak baru dalam dunia perfilman, tak terkecuali film dokumenter. Beragam festival pun mulai hadir dan mewarnai dunia perfilman di Indonesia.

FFD, sebagai salah satu festival dokumenter yang tertua di Asia Tenggara ketika melihat fenomena ini menyambut dengan riang karena secara tidak langsung, kualitas penggiat film dokumenter beserta karyanya bisa didongkrak lebih maksimal. Namun disisi lain, kehadiran banyak festival film di Indonesia menjadi “cambuk” bagi kami untuk mengerahkan segala tenaga dan pikiran kami dalam meningkatkan kualitas festival. Hasilnya kami salurkan dalam bentuk program-program festival: mulai dari Kompetisi Nasional, Masterclass, Diskusi, Perspektif, Spektrum, SEADOC, Docs on Stage, dan SchoolDoc.

Pada tahun ini terdapat 19 film finalis dari tiga kategori. Untuk kategori film panjang terdapat dua film FINALIS KATEGORI PANJANG yaitu;

  1. Nuklir Jawa (Nuclear of Java) | Sulfikar Amir | 48’ |Nanyang Tech. Univ | Indonesia

Film ini menggambarkan debat dan kontroversi seputar pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jawa Tengah. Film ini menunjukkan bagaimana berbagai kelompok social memiliki persepsi dan opini tentang resiko nuklir yang beragam. Film ini mengungkap dimensi social dari teknologi yang memiliki resiko tinggi.

  1. Rock for Kamtis | Agni Tirta | 60’ | Endank Soekamti | Indonesia

Band PUNK Endank Soekamti memulai rekaman album kelima tepat di awal bulan Ramadhan, mereka mendokumentasikan dan mengunggah di youtube setiap hari. interaksi antara fans melalui twitter menjadi salah satu cara untuk menemukan bentuk tema dalam album ini. ini adalah kembalinya mereka ke semangat Do It Yourself. Ini adalah saatnya mereka mengenal Endank Soekamti. Ini adalah Rock for Kamtis !

Kemudian untuk film FINALIS KATEGORI PENDEK terdapat sebelas film finalis, yaitu:

  1. Berani Mati Takut Lapar (Dare to Die, Fear of Hunger)|Aank Risyal |21.18’ |Boyrain Pictures | Indonesia

Sulitnya para penambang dalam mencari belerang tidak sepadan dengan apa yang dihasilkan. Dihargai dengan harga Rp 625/kg belerang adalah upah yang diberikan PT Sulfatara sebagai pemegang tunggal kontrak sumber daya alam belerang kawah ijen. Bahaya medan jalan yang curam dan gas beracun yang berasal dari sumber gas bumi disana adalah ancama yang selalu menyertai mereka. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat para penambang untuk tetap bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

  1. Pendaki Gerbong Kaleng (Riding on The Tin Roof) |Rinno Fahbi Yan Noor |24’ | DEKHACERIA PRODUCTION| Indonesia

Film ini menceritakan tentang permasalahan kereta api di jabodetabek dengan menempatkan Miko (22 tahun) sebagai benarng merah penuturannya. Sehari – hari, ia selalu mengandalkan kereta api, khususnya kereta ekonomi. Kedatangan kereta yang tidak sering, membuat kereta selalu penuh sesak sehingga beberapa orang termasuk Miko, menjadi seorang atapers—sebutan untuk orang yang sering duduk di atas kereta. Meski sudah banyak korban berjatuhan, Miko dan atapers lainnya tak merasa takut. .

  1. Buruh Seni | Eden Junjung | 19’ | Indonesia

Digie Sigit adalah seorang tokoh yang memiliki pemikiran dan kepeduliannya akan masalah social politik khususnya terhadap buruh dengan cara menghasilkan karya – karya stencil di ruang- ruang public dan berorasi di ats panggung bersama grup musiknya TeknoShit yang mengangkat tema buruh dan solidaritas buruh, karena menurut sang tokoh selama kondisi social politik masih seperti sekarang dan kita di bawah tekanan penguasa maka kita semua adalah seorang buruh termasuk sang tokoh yang menganggap dirinya seorang buruh seni.

  1. Day In.Day Out. | Mr Carl Valiuet |29’ | GONE FISHING PRODUCTION | Indonesia

Film pendek ini adalah montase gambar diam dan bergerak yang secara visual menggambarkan perjuangan hidup melelahkan para pekerja yang berada di berbeda pulau di Indonesia. Ini adalah pelajaran tentang orang yang mencari nafkah hidup dengan cara angkat berat menggunakan tenaga mereka. Gambar diam menampilkan fitur mereka di bawah stress berat dan ketegangan. Gamabr video ini menyusun gerakan pekerja, beberapa dalam gerakan lambat, membaut film ini seperti tari balet visual.

  1. Lima Menit Lagi Ah Ah Ah (Five Minutes of Fame)| Sammaria Simanjuntak & Sally Anom Sari |30’ | Kalyana Shira Films | Indonesia

Hidup Ayu Riana (12) berubah setelah memenangkan kontes idola dangdut di televisi. Dia menjadi tulang punggung keluarga dan impian orang – orang disekitarnya. Inikah hidup yang dia impikan?

  1. Mama, Anak Perempuanmu Bertato (Mama, Your Daughter Has Tattoos)| Citra Melati|4’ | THE REYNOLD COMPANY & BINUS INT. | Indonesia

Di Indonesia, perempuan muda bertato dianggap tidak lazim. Apa jadinya bila para Ibu mengethaui bahwa putrinya punya tato permanen?

  1. Wayang Kampung Sebelah | Hari Suryanto | 34’| Hari Sinthu | Indonesia

Mengangkat persoalan-persoalan yang serius tidak harus dengan pengungkapan yang serius merupakan karakter pertunjukan Wayang Kampung Sebelah. Muatan sinisme, satire, hingga kritikan tajam yang begitu dominan dalam pertunjukan ini dikemas secara segar penuh humor, baik melalui format alur, penokohan, dialog maupun syair lagu iringan. Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah tidak menggunakan iringan gamelan, melainkan menggunakan iringan musik. Lagu-lagu iringannya lebih banyak menyajikan lagu-lagu karya cipta musisi Wayang Kampung Sebelah sendiri untuk memperkuat karakter pertunjukan. Dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah, kisah di depan layar bukanlah semata-mata milik dalang. Pemusik maupun penonton berhak nyeletuk menimpali dialog maupun ungkapan-ungkapan dalang. Dalam setiap adegan sangat dimungkinkan berlangsungnya diskusi antara tokoh wayang, dalang, pemain musik, maupun penonton. Bahkan untuk kepentingan tertentu dapat dihadirkan nara sumber untuk melakukan diskusi membahas suatu persoalan sesuai tema yang disajikan.Wayang Kampung adalah sebuah gambaran nyata kondisi dan situasi masyarakat di negara ini.

  1. @L4Y : According to Alay | Candra Aditya | 8.59 | BINUS INT | Indonesia

Alay telah menjadi sebuah fenomena yang menarik di kalangan anak muda. Film ini mencoba menelusuri fenomena alay di kalangan anak muda Jakarta. Perjalanan Candra Aditya dalam mencari arti alay ini akhirnya menjadi semakin menarik ketika dia menemui seorang narasumber bernama Esti di facebook, yang memberikan komentarnya tentang alay dari mata seorang alay.

  1. Jadi Jagoan ala Ahok (Fight Like Ahok)| Chandra Tanzil / Amelia Hapsari |39’ | Chandra Tanzil / Amelia Hapsari | Indonesia

Ahok baru dikenal secara luas sebagai calon wakil Jokowi,pemimpin Jakarta di Pilgub 2012. Tetapi bagaimana ketika Ahok sendirian mengkampanyekan dirinya, ditengah –tengah warga Bangka Belitung yang 80% Muslim?

  1. Young Man and The Sea | Yusron Fuadi |32.32 | Akasacara Film | Indonesia

Seorang filmmaker memutuskan untuk bekerja di kapal pesiar selama 3 tahun demi mencari biaya untuk melanjutkan S2 Videografi. Disana dia menjadi saksi sekaligus merasakan apa yang dihadapi TKI. Dari sistem busuk yang diciptakan Carnival Cruise Line untuk menekan gaji karyawan, hingga upacara Galungan dan Lebaran di kapal. Banyal pula diantara mereka yang terjebak kehidupan konsumtif dan berprilaku hedonis.

  1. Kematian di Jakarta (Lagi) (Death in Jakarta Reloaded) | Ucu Agustin | 12’| Ucu Agustin | Indonesia

Kekerasan adalah hal yang identik dengan kota besar. Banyak yang disembunyikan Jakarta, salah satunya kematian mereka yang tak memiliki identitas. ‘Kematian di Jakarta (lagi)’, mengcapture salah satu bagian kekerasan kota yang kerap luput dari perhatian : Kematian mereka, manusia – manusia yang tak dikenal.

Sedangkan untuk film FINALIS KATEGORI PELAJAR, terpilih sebanyak enam film finalis. Diantaranya;

  1. Bangku untuk Remaja (Bench For Teens)| Dwi Astuti | 7’.58 | PAPRINGAN PICT. | Indonesia

Remaja putus sekolah yang bekerja di plasma bulu mata. Mereka tidak melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi. Orang tua mereka hanya bisa pasrah.

  1. Sebongkah Asa di Sambirata (A Piece of Hope in Sambirata)| Heri Afandi | 13.13’ | PAK DIRMAN FILM | Indonesia

Kerajinan gabah yang telah menjadi identitas Grumbul Sambirata, Desa Wanoraga Kulon, Kecamatan Rembang, Purbalingga sejak dahulu. Kini terancam hilang. Generasi muda lebih memilih ke Jakarta dibandingkan meneruskan tradisi leluhur mereka.

  1. Ada Apa Dengan Kitorang Pu Sekolah? (What Is It With Our School?)| Kampung Halaman | 9.22’|Kelompok Prote(k)sionis | Indonesia

Film ini menyuarakan pendapat remaja yakni, ‘kami ingin hidup bersama, orang Papua dan non Papua, kami ingin komunikasi diantara kami lebih lancar, terbuka, tidak saling curiga dan kami ingin itu terjadi di sekolah kami’.

  1. Ratu Niang | I Gusti Bagus Pramundana |6.09| Madyapadma Trisma | Indonesia

Sungai adalah sumber dari kehidupan. Sebagai salah satu sungai yang terkenal di Bali, Tukad Badung telah mengalami pencemaran dari berbagai macam limbah. Segala kearifan lokal, yang salah satunya mitos Ratu Niang mulai diaplikasikan untuk melestarikan sungai tersebut. Bukan hanya dari segi ‘Niskala’, tapi juga ‘Sekala’.

  1. Teladan Totem Pro Parte | Suryo Buwono |29.32’ |SMAN 1 Yogyakarta | Indonesia

Film ini memaparkan pendapat beberapa siswa SMAN 1 Teladan Yogyakarta tentang sekolah dan aktivitasnya, serta beberapa problematika social di dalam angkatannya.

  1. Pesona Sidoarjo (Charm of Sidoarjo)| M. Bismar Fahmi |16’ | SMK N 2 BUDURAN SIDOARJO | Indonesia

Kota Sidoarjo yang terletak di selatan Surabaya mempunyai berbagai tempat wisata yang menarik. Seperti industri krupuk, wisata cagar budaya, hingga kuliner yang khas.

Kemudian Program Master Class; Program ini diharapkan dapat memberikan wacana baru, memperkuat pengetahuan dan keterampilan teknis dan estetis, meningkatkan apresiasi dan mendorong perkembangan film dokumenter Indonesia. Tujuan utama program ini adalah penguatan pembuat film muda Indonesia, membangun kultur dokumenter, membangun jaringan antar pembuat film muda nasional dan internasional. Dan fokus Master Class tahun ini adalah MUSIC ET DOCS.

Dunia dokumenter adalah dunia audio visual. Kehadiran sebuah audio maupun sebuah visual, merupakan kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Kehadiran audio (suara) dalam sebuah film dokumenter, dapat dibedakan menjadi enam macam: VO (Voice Over)–lebih merujuk pada narasumber, narasi–lebih merujuk pada sutradara atau pencerita, suara sinkronis, sound effects, suara hening (keheningan), dan musik. Musik sebagai salah satu bentuk audio, memiliki kerumitan tersendiri ketika hendak “dipasang” dalam film. Ada idiom mengatakan, daripada memasang musik jelek, lebih baik sebuah film tidak perlu diberi musik sama sekali.

Berkaca pada film-film dokumenter yang masuk ke FFD, masih banyak penggunaan musik dalam film yang bermasalah. Contoh masalah yang klise tapi selalu tetap ada adalah pemakaian musik yang sudah komersil tanpa disertai perizinan. Lalu contoh yang lain adalah penempatan dan pengaturan musik itu sendiri, yang justru terkesan “dipaksakan” sehingga malah merusak mood penonton. Keadaan ini menjadi semakin paradoks ketika melihat ada “tren baru” dalam dokumenter Indonesia beberapa tahun terakhir, yang mengangkat cerita tentang musik.

Untuk tahun ini Program Perspektif Festival Film Dokumenter 2012 adalah “Ya Basta”

Setelah menjejak “Sejarah” pada tahun lalu, kali ini FFD yang ke 11 akan melangkah dengan semangat Ya Basta/ Enough Is Enough/ Sing Waras Ora Entuk Ngalah.

Dengan singkatnya, mengutip kata-kata Napoleon, dunia ini telah banyak menderita; bukan karena kekerasan orang-orang jahat; tetapi karena kebisuan orang-orang baik – kami mengajak anda untuk melihat bagaimana seseorang atau sekumpulan orang mengambil sikap atas sebuah fenomena.

Dan dalam Program Spektrum, Festival Film Dokumenter 2012;

Pertanyaan yang paling besar dalam film dokumenter adalah; apakah film anda dapat benar-benar merubah keadaan?. Disadari atau tidak pertanyaan ini akan muncul ke permukaan. Di program Spektrum ini anda tidak akan mendapatkan jawabannya, karena kami ingin anda terlena dengan beragam jenis dokumenter bisa dihasilkan.

Program SEA DOCS Festival Film Dokumenter 2012, South East Asia Documentary, Focus On: Vietnam

Program SEA Docs 2012 kali ini akan menghadirkan karya-karya filmmaker Vietnam. Kita akan disajikan berbagai film yang bertutur dengan santai dan lugas, tentang kisah-kisah paska-perang Vietnam hingga kehidupan sosial-ekonomi masa kini. Para film maker ini mengajak kita memandang Vietnam dengan sudut pandang mereka sendiri.

Dan kemudian, Program Docs on Stage

Akhir-akhir ini banyak dokumenter menyajikan tema-tema seni panggung pertunjukan. Ini menjadi salah satu indikator perluasan tema dokumenter Indonesia. Sebelumnya dokumenter Indonesia didominasi oleh tema-tema sejarah, politik, budaya, dan lingkungan. FFD ingin mendokumentasikan perkembangan perluasan tema ini dalam program “ Documentary on Stage “.

Rhythm is it! Sebuah masterpiece dari Enrique Sanchez dan Thomas Grube tentang kolaborasi konduktor dan koreografer dalam mempopulerkan musik klasik melalui pertunjukan balet. Medan Hardcore menceritakan scene hardcore di Medan dan segala bentuk sikapnya. Nyanyian Senja Untung Basuki mengajak kita mengenali seorang Untung basuki yang bahkan kita tidak pernah tahu siapa dia. Persona yang menampilkan kehidupan seorang Rita Matu Mona di panggung maupun tidak. Sebuah anthem rock Indonesia, Rock Bergema dan semua cerita dibalik kemegahannya. Rock In Solo, sebuah konser tempat para metalhead Indonesia berkumpul di sebuah kota yang sedang berkembang.

Dan salah satu program yang menjadi unggulan kami, Program School Docmerupakan salah satu program dari Festival Film Dokumenter 2012 yang bertujuan yang memberi wacana baru bagi para pelajar dalam memahami film documenter baik dari segi genre maupun film dokumenter itu sendiri. Program ini juga bertujuan memberikan kesadaran pada para pelajar agar dapat membaca peristiwa dan persoalan lewat film dokumenter serta meningkatkan kemampuan apresiasi di bidang Audio–Visual.

Program School Doc tahun 2012 telah dilaksanakan di 3 (tiga) SMA/SMK Yogyakarta, yaitu di SMKN 2 Sewon, SMA Stella Duce 1 YK, SMAN 8 YK dan SMAN 1 YK. Pada program School Doc ini, Komunitas Dokumenter Indonesia berkerja sama dengan Kedutaan Kanada yang berada di Indonesia.

Sekian, dan selamat berfestival!

Surya Adhy Wibowo

Koordinator Festival

Festival Film Dokumenter – Komunitas Dokumenter

Jalan Sajiono No. 15, Kotabaru

Yogyakarta 55224, Indonesia

P : 0852 9000 70 69

E : ffdnews@gmail.com

W : www.festivalfilmdokumenter.org

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *