JOGJA CROSS CULTURE : “UNITY IN INFINITY”

Festival Jamu dan Kolaborasi Lima Dalang Milenial Membuka Rangkaian Jogja Cross Culture

Perhelatan Program Jogja Budaya dengan Jogja Cross Culture diselenggarakan di Titik 0 Kilometer Jogja pada tanggal 3-4 Agustus 2019. Hari pertama, Sabtu, 3 Agustus 2019, agenda acara menyajikan Festival Jamu dan Kuliner, Pambuka dan Pagelaran Wayang Kota. Direncanakan Wakil Walikota Yogyakarta, Drs. Heroe Purwadi, MA akan hadir dan membuka acara ini pada pukul 20:00 WIB.

Sebelum itu pada sore harinya sejak 15:00 WIB, terlebih dahulu digelar Festival Jamu dan Kuliner (JAMFEST) melibatkan pelaku budaya kuliner di masyarakat yang telah bergelut sebagai pelaku usaha dan juga penghayat makanan dan minuman tradisional. Mereka juga mewakili wilayah masing-masing. Dalam festival ini sesama pelaku tidak dikompetisikan untuk menjual, tetapi saling menyanding untuk memberikan informasi kepada pengunjung tentang jamu dan kuliner, bahkan mereka berbagi minuman tradisional kepada pengunjung. Festival Jamu dan Kuliner ini dimaksudkan sebagai ruang edukasi bagi masyarakat akan budaya dalam bentuk minuman dan makanan.

Pada malam harinya, nuansa perpaduan budaya tradisi dengan kekinian dipersembahkan melalui sajian wayang. Menghadirkan kolaborasi Wayang Ukur yang dimiliki oleh Maestro Wayang asal Kota Yogyakarta, Sigit Sukasman dengan lima dalang generasi milenial. Wayang Ukur sendiri telah memiliki konsep unik yang membuat penontonnya menyaksikan wayang dengan pengembangan konsep pakem wayang diperkuat dengan tata cahaya, tata suara, serta diimbuhi dengan wayang orang.

Pagelaran kali ini mencatatkan sebuah proses fase demi fase penyatuan para dalang. Diawali dengan kegiatan workshop Wayang Ukur, para dalang usia muda yang awalnya hanya mendengar tentang keunikan Wayang Ukur, kini memiliki kesempatan untuk menyentuh
bahkan memainkannya dalam sebuah pementasan. Bagi mereka, konsep Jogja Cross Culture, yang mempertemukan mereka dengan Wayang Ukur, merupakan sebuah penghargaan dan pengalaman pertama dan berharga dalam perjalanan pedalangan mereka.

Tantangan terbesar kelima dalang dengan ciri khas masing-masing, ada pada penyatuan kelimanya untuk membuat kisah yang dibuat utuh dan harmonis. Kekuatan Kelima dalang ini dalam Jogja Cross Culture adalah keinginan kuat mereka untuk membuat pertunjukan wayang bisa diminati oleh generasi muda.

“Saat ini mulai banyak anak-anak muda yang terlibat di paguyuban dalang. Tetapi para penontonnya masih dari kalangan sepuh. Di Jogja Cross Culture ini, disajikan sebuah konsep wayang secara kekinian, sehingga penonton tidak seperti melihat wayang, tetapi menonton bioskop. Ini bisa menjawab tantangan masuknya wayang untuk anak muda,” ujar Bumi Gedhe Taruna, salah seorang dalang yang juga seniman penginisiasi Wayang Cinema, konsep wayang yang memang hendak menjangkau anak-anak muda, dengan memberikan pengalaman menonton wayang seperti melihat bioskop.

Pendapat tersebut disepakati oleh empat dalang lainnya yaitu Bayu Probo dan Ganesh Sutono, anak-anak muda yang tumbuh di keluarga dalang; Sunu Prasetyo, anak muda yang belajar dalang secara otodidak, memadukan kemampuan tari, karawitan dan pedalangan
untuk menjadi bekal dalam pementasan wayangnya; serta Bayu Gupito yang meskipun sudah mengenal dengan baik Wayang Ukur, namun kali ini mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan bergabungnya empat dalang lain.

Team dalang ini dibesut oleh Ki Catur Benyek Kuncoro, yang telah memiliki daftar panjang pementasan wayang. Dengan aransemen musik Rajiv Setyadi, dan juga menambahkan penampilan Elisha Orcarus Allaso, serta wayang orang oleh Anter Asmorotedjo dan Olivia
Tamara. Wayang Kota disajikan di hamparan kelir sepanjang 10 meter dan setinggi 2,5 meter dengan lakon Kancing Jaya, mengedepankan tokoh Gatot Kaca.

“Mbah Kasman seingat saya dulu paling sering menggarap tentang ketokohan. Dan karena ini juga ditujukan untuk anak muda, maka kami mengambil tokoh yang sudah sangat dikenal, sangat heroic. Dan satu nama Gatot Kaca yang tidak banyak dikenal orang, yaitu Kancing Jaya. Kisah ini menjadi menarik karena keutuhan cerita, fase demi fase dibangun dari penyatuan kelima dalang,” tandas Ki Catur Benyek Kuncoro, sutradara pertunjukkan yang juga menjadi penulis naskah.

Kegiatan Jogja Cross Culture hari kedua akan dilaksanakan esok harinya yaitu Minggu, 4 Agustus 2019 di lokasi yang sama. Adapun acara yang akan disuguhkan pada hari itu antara lain Historical Trail, Jogja Sketsa bersama Maestro, dan penampilan Cross Culture
Performance.

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi:
SEKRETARIAT JOGJA CROSS CULTURE 2019
Mergangsan Kidul Mg II 1328, Wirogunan
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta 55151

Telepon : 0813-9210-7496
Email : jogjacrossculture@gmail.com
Facebook Page : Jogja Cross Culture-JCC
Instagram : @jogjacrossculture
Twitter : @JGJcrossculture

Narahubung:
Lisa Febriyanti (0812-1575-4349)

JADWAL ACARA:
HARI 1: Sabtu, 3 Agustus 2019:
15:00 WIB Festival Jamu dan Kuliner – JAMFEST
19:30 WIB PAMBUKA
20:00 WIB WAYANG KOTA – Wayang Ukur dengan lakon KANCING JAYA

Hari 2: Minggu, 4 Agustus 2019:
08:00 WIB Historical Trail – JERON JOURNEY
10:00 WIB JOGJA SKETSA bersama MAESTRO
12:00 WIB KERONCONG PARAMUDA
15:00 WIB Dolanan Bocah – nJOBO LATAR
16:00 WIB nJoged nJalar – JOG JAG NONG
19:30 WIB Historical Orchestra – SELARAS JUANG
20:30 WIB CELEBRATION (Launching GANDHES LUWES; Launching JENANG
GOLONG GILIG; Road to JOGJA CROSS CULTURE 2020)
21:00 WIB Cross Culture Performance – réUnèn

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *