KATA RUPA FESTIVAL

01 Poster Utama Kata Rupa Fest

Kata Rupa Festival di Selatan

26 April – 6 Mei 2016

Gedung Balai Black Box Indonesia Buku/Radio Buku

Jl Sewon Indah No 1, Panggungharjo, Sewon, Bantul

(Barat Kampus ISI Yogyakarta)

Narahubung 085 868 357 537 (Fairuz)

Kata Rupa Festival adalah peristiwa perjumpaan teks-teks sastra dengan pergelaran seni rupa. Perjumpaan itu hadir dalam perbincangan dan perayaan sastra dalam ruang bersama bernama persamuan literasi.

Kata Rupa Fest diniatkan sebagai bagian dari perayaan World Book Day (23 April) dan Hari Sastra Nasional (28 April); dan sekaligus perayaan ulang tahun Indonesia Buku ke-10 (21, 22, 23 April | 2006-2010).

Mempertemukan pegiat sastra, aktivis literasi, dan kreator seni visual memang menjadi kegiatan organik di Indonesia Buku/Radio Buku. Bertumpu pada sistem jaringan dan kolaborasi, Indonesia Buku adalah ruang yang ramah dan sepenuhnya terbuka bagi beragam ekspresi seni, literasi, dan kesusasteraan dengan menjadikan pengarsipan dan kerja dokumentasi sebagai pengikat jejak.

Inilah rangkaian lengkap pergelaran Kata Rupa Festival di Yogyakarta bagian selatan; Sewon, Bantul:

26 April 2016 | 15.30-17.30 WIB

Haul #10 Pramoedya Ananta Toer, Peluncuran Buku “Ideologi Saya adalah Pramis” karya Muhidin M. Dahlan, dan “Cerita dari Dalam” oleh Astuti Ananta Toer

26 April 2016 | 19.00-19.30 WIB

Peluncuran Buku Akademi Komunitas Indonesia Buku: (1) “Pendidikan Komunitas: Merajut Keragaman dari Pinggir Yogyakarta” karya Moh Saripudin dkk; (2) “Tisu Basah Samlah: Sehimpunan Cerita Pendek” karya Tikah Kumala.

26 April 2016 | 19.30-23.00 WIB

Pembukaan Pameran Seni Rupa “Atmosfer Sewon” (berlangsung tiap hari hingga 6 Mei 2016)

27 April 2016 | 15.30 – 17.30 WIB

Perbincangan Eka Kurniawan dengan Bernard Batubara: Aku, Buku, Pembaca

28 April 2016 | 18.00 – 00.00

Parade Obrolan Karya Sastra APSAS dalam Semalam #9

26-28 April 2016 | 15.00 – Selesai Acara

Lapak Buku dari Gabungan Penjual Online

03 Poster Pameran Atmosfer Sewon (Kata Rupa Fest)

#KATARUPAFEST

Pameran Geneng Art Project “Atmosfer Sewon”

26 April – 6 Mei 2016 | Buka Selasa-Minggu; 13.00 – 22.00 WIB

Pembukaan: 19.30 – 23.00 WIB

Dinding Massa: Balai Black Box Indonesia Buku/Radio Buku

Jl Sewon Indah No 1, Panggungharjo, Sewon, Bantul

(Barat Kampus ISI Yogyakarta)

Para Seniman: Muhammad Nurudin, Alam Wisesha, Hermawan Agustian. K, Meta Enjelita, Ely Siti kholifah, Reza alfin Syah, Dwi Handoko Putra, Anugrah Dwi Anvari, M. A. Wira haidharie, Dky Arif Prasetyo, Ahmad Kurnia T, Ikhsan , Ali Akbar, Feroz alvansyah Romi Siregar, Dery Pratama

Pameran yang juga disertai dengan pembacaan puisi dan lokakarya ini merupakan program reguler yang diproduksi komunitas seni rupa Ruang Kelas SD yang berbasis di pedukuhan Geneng, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY. Program yang dinamai Geneng Art Project (GAP) sebagai upaya mengelola kinerja manajerial ruang pamer melalui mekanisme kerja kolektif dalam setiap eksekusinya.

Strategi yang disepakati adalah dengan membangun kerja sama dengan Indonesia Buku dalam usaha merekreasi sebuah ruang bacaan dan arsip untuk lebih interaktif lewat kehadiran karya seni rupa tanpa menggangu fungsinya sebagai perpustakaan komunitas untuk orang banyak.

Menurut salah satu inisiator pameran ini, Andreas Busrianto, percobaan perdana mengundang mahasiswa/i dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Kriya, Institut seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Proyek ini dikemas dalam proses dialektis yang menerapkan skema kurasi terhadap kehadiran karya. Koridor yang ditekankan mulai dari membongkar  tujuan berkarya, perkenalan karya antarpartisipan, presentasi konsep karya yang hendak divisualkan dan merumuskan penyusunan dalam ruang pamer.

Andreas Busrianto adalah salah satu pendiri dan penggagas lahirnya kerja kolektif seni rupa bertajuk Geneng Street Art. Dengan komunitas Ruang Kelas SD, ia dan para kolaborator dalam kerja-kerja seni jalanan terus bergerak dari kampung ke kampung; dari dinding ke dinding mengintevensi ruang-ruang yang makin ke sini makin komersial.

02 Haul 10 Pram (Kata Rupa Fest)

#KATARUPAFEST

Haul #10 Pramoedya Ananta Toer

Hari/Tanggal: Selasa, 26 April 2016

Pukul: 15.00 – 19.00 WIB

Gedung Balai Black Box Indonesia Buku/Radio Buku

Jl Sewon Indah No 1, Panggungharjo, Sewon, Bantul

(Barat Kampus ISI Yogyakarta)

Barangkali Kota Yogyakarta tak terlalu istimewa bagi prasais Pramoedya Ananta Toer. Saat muda dan bergolak bersama Lekra di tahun 60-an, ia hanya sekali dua kali menyampaikan referat di UGM tentang sastra daerah, khususnya pembaruan wayang untuk para petani dan kalangan rendahan. Empat tahun setelah Soeharto tumbang, Pram berkunjung ke Yogyakarta. Bukan lantaran panggilan keistimewaan Yogyakarta, namun karena buku-bukunya “Edisi Pembebasan” dicetak di kota yang terbebani oleh setumpuk sandangan ideal ini.

Dan, Pram muncul pertama kali berhadapan dengan publik seni rupa di kawasan Karangkajen pada November 2002. Galeri Gelaran Budaya mengundang Pram karena sebuah kedekatan dan persahabatan; Ilustrasi dan sampul “Edisi Pembebasan” Tetralogi Pulau Buru dikerjakan seniman-seniman Gelaran.

Pertemuan kecil yang disertai “insiden” di Karangkajen itu membuka pintu Pram berjumpa dengan ribuan pembaca novel-novelnya di Yogyakarta. Akademi Kebudayaan Yogyakarta (AKY) pada 2003 menjadi penyelenggara “seminar besar” di UC UGM dengan menghadirkan Gus Dur, Mansour Fakih, dan Gadis Arivia yang dipandu Taufik Rahzen.

Seminar ini lebih menyerupai perjumpaan Pram dengan pembacanya dan Gus Dur dengan santri-santrinya yang membuat gedung pertemuan itu berlimpah manusia.

Pram senang, Pram semringah. Gairahnya menyala-nyala. Tak putus-putus dia tersenyum. Dia merasakan semangatnya pulih kembali setelah sekian puluh tahun dipingit kekuasaan dalam penjara dan dalam rumah.

Tapi, ia tetap irit mengomentari kota yang separuh kerajaan separuh republik ini. Setahun kemudian ia masih berkunjung ke Yogyakarta, namun dalam sebuah perjumpaan terbatas di hotel di perbatasan kota.

Sampai di situ! Pram tak pernah lagi berjumpa dengan pembacanya di kota yang pernah di suatu masa yang jauh berjuluk “Ibu Kota Revolusi” ini. Hanya keluarga besar saja yang bolak-balik Jakarta-Yogyakarta karena Penerbit Lentera Dipantara yang menerbitkan semua buku sastrawan kelahiran Blora 6 Februari 1925 ini dibikin dan dikelola di sini.

Sampai di situ! Hingga Pram wafat saat kalender menunjuk tahun 2006, bulan April, tanggal 30, hari Ahad, pukul 08.55 WIB.

Merujuk pada linimasa, satu dekade lebih dua tahun nyaris tak ada kegiatan yang menghadirkan Pram dan membicarakan karya-karyanya secara terbuka di Yogyakarta. Juga setelah kepergian Pram yang tahun ini berusia satu dekade, Pram lindap dan hanya hidup dalam benak para pembaca karya-karyanya di kota yang belum lama menikmati status ekonomi-barunya berkat keberkahan “Istimewa”.

Yayasan Indonesia Buku dan Radio Buku menghadirkan kembali Pram dalam gelaran “Haul dan Cerita”. Si penyelenggara haul ini, Indonesia Buku, adalah metamorfosis-tak-utuh dari gelaran budaya yang menjadi pengundang pertama Pram berhadapan dengan publik sastra-seni (kata-rupa) di Yogyakarta di tahun 2002.

Haul ini diisi serangkaian acara:

– Pemanjatan Doa

– Kesaksian dari Keluarga Besar Pramoedya Ananta Toer oleh Astuti Ananta Toer

– Peluncuran buku “Aku adalah Seorang Pramis” karya Muhidin M. Dahlan (Octopus, 2016)

– Penyerahan Berkas Reading Group Roman “Gadis Pantai” oleh Klub Baca Buku Yogya

– Peluncuran Buku Akademi Komunitas Radio Buku: (1) “Pendidikan Komunitas: Merajut Keragaman dari Pinggir Yogyakarta”; (2) “Tisu Basah Samlah: Sehimpunan Cerita Pendek” karya Tikah Kumala

Ayo, pembaca buku Pramoedya! Mari berkumpul, berdoa, sambil menyelami kisah teladan kegigihan Pram berkarya. Kami menunggu Anda di kawasan Selatan Yogyakarta (Sewon, Bantul).

04 Poster Eka Kurniawan-Bernard (Kata Rupa Fest)

#KATARUPAFEST

Percakapan Eka Kurniawan dan Bernard Batubara: Aku, Buku, Pembaca

Hari/Tanggal: Rabu, 27 April 2016

Pukul: 15.30 – 17.30 WIB

Gedung Balai Black Box Indonesia Buku/Radio Buku

Jl Sewon Indah No 1, Panggungharjo, Sewon, Bantul

(Barat Kampus ISI Yogyakarta)

Eka Kurniawan (40) adalah seorang pembelajar keras kepala. Jauh sebelum internet menjadi gaya hidup terkini, Eka sudah menjadi pembaca dan penyusun koding. Jadilah situs web “bumimanusia”. Tak banyak komunitas maupun sastrawan yang “ngeh” dengan dunia website dengan pengodean yang njlimet di masa yang jauh itu; tapi Eka sudah menjajal diri menjadi “programmer” secara otodidak. Bukan hanya itu saja; sebelum dikenal sebagai penulis, ia juga layouter dan juga pembikin sampul majalah dan buku di kawasan Bulaksumur dan sekitarnya.

Yogyakarta adalah kota kedua Eka Kurniawan dan bahkan kota pertama untuk urusan pencarian kreativitas. Ia belajar nyaris tanpa batas. Ia mungkin bukan seorang organisatoris yang aktif dan lincah; namun ia selalu berada di tengah-tengah mereka. Ia pintar mengambil posisi dan sekaligus membuka jalannya sendiri. Ia menyeimbangkan kehidupan komunal yang riuh (mulai dari komunitas bumi manusia hingga Akademi Komunitas Yogyakarta/AKY) dan jalan olah pedang sendiri.

Jauh sebelum ia menjadi penulis dunia yang namanya berkali-kali ditulis di media internasional, Eka sudah merancang bacaannya sebagai bagian dari jalan perseorangan menuju dunia mahaluas itu.

Mula-mula ia menjadi penerjemah. Ia menjadi pemamah yang rakus karya-karya prosa sastrawan dunia; Kafka, Borges, Marquez, Gorki, Dostoyevsky, Twain, hingga Pram. Nama terakhir ini bahkan mengantarkannya lulus dari Filsafat UGM dengan skripsi di seputar Pramoedya dan Realisme Sosialis. Dalam perjalanan sunyi membacanya, Eka tertarik memang dengan sastra kiri dan kemudian merembet ke sastra-sastra nobel terkini.

Bacaan sastra dunia itulah yang dikawinkannya dengan bacaan remajanya: cerita silat, novel seks stensilan, dan komik. Maka jadilah karya-karya Eka Kurniawan yang Anda bisa baca di pelbagai buku himpunan cerita pendek dan sejumlah novel.

Dari rute bacaan itu, Eka jelas sangat sadar merancang bacaan dan asupan untuk kepalanya yang kemudian membias dalam karya-karyanya. Karya-karya Eka Kurniawan diterjemahkan dalam pelbagai bahasa dunia tak terlepas dari bias dan tendensi bacaan yang dikonsumsinya itu.

Eka adalah teladan untuk sebuah pencarian gaya, bahasa, lewat jalan membaca yang tak main-main. Ia bukan datang tiba-tiba, ujug-ujug. Jalan ini ia rawat siang-malam hingga batas: “nggak masuk rumah sakit jiwa aja sudah syukur”. Ke mana-mana jalan kaki dengan sandal jepit, kaos oblong kedodoran, jins butut, dan menenteng tas kresek; mirip gembel.

Di hari ke-2 #KataRupaFest Eka berkisah buku-buku yang menjadi pondasi batu-kali membangun jalan kreativitasnya dan sekaligus persahabatannya yang hangat dengan teman-temannya dalam berkomunitas. Terutama di kota bernama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dipandu dan dipacu Bernard Batubara, sastrawan terkini yang menjanjikan, mari mendengarkan cerita Eka Kurniawan!

05 Poster Apsas 9 (Kata Rupa Fest)

#KATARUPAFEST

Parade Obrolan 10 karya APSAS #9

Waktu: Kamis, 28 April 2016

Pukul: 18.00 – 00.00 WIB

Radio Buku

Sewon Indah 1, Panggungharjo, Sewon, Bantul

(Barat Kampus ISI Yogyakarta)

Apresiasi Sastra adalah salah satu komunitas sastra di dunia daring. Mula-mula membangun dialog dan apresiasi di mailing list dan kemudian hijrah di Facebook.

Salah satu board Apresiasi Sastra adalah Sigit Susanto. Lahir 1963 di Kendal, Jawa Tengah yang kini tinggal di Swiss. Setiap tahun ia pulang kampung dan menjadikan “jadwal kepulangan” itu sebagai rangkaian perjumpaan kopi darat.

Salah satu bentuk kopi darat itu adalah mengapresiasi karya-karya peserta komunitas Apsas dengan cara merayakannya. Sepuluh karya, sepuluh pembahas, dan berlangsung secara maraton semalam.

Tahun 2016 adalah edisi ke-9 Komunitas Apsas menggelar malam bertajuk “Parade Obrolan 10 Buku Sastra Semalam” ini. Artinya sudah sembilan tahun acara yang digelar di Yogyakarta ini digelar secara reguler.

Dalam parade ini buku sebagai mesin utama. Bukan hanya penulis berjumpa dengan pembaca, tapi juga komentator berhadapan dengan pendengar. Penerbit berhadapan dengan penulis. Penjual berhadapan dengan pembeli. Dan yang terpenting pula, setiap yang berkata-kata dibolehkan memilih buku yang disediakan panitia dan “dewan” Apsas.

Berikut ini adalah buku esai, terjemahan, cerpen, puisi, dan novel yang diparadekan semalam suntuk:

PUISI:

1. 69 Puisi di Rumah Dedari karya Dewa Putu Sahadewa | Pembahas: Raudal Tanjung Banua

2. Mengukur Jalan, Mengulur Waktu karya Yopi Setia Umbara | Pembahas: Dian Hardiana

CERITA PENDEK:

3. A Graveside Ritual – Apsasian | Pembahas: Naafi Awwalunita

4. Kotbah Hari Minggu karya Saut Situmorang | Pembahas: Wayan Jengki Sunarta

NOVEL:

5. TAN karya Hendri Teja | Pembahas: Aguk Irawan M.N.

6. Rima Rima Tiga Jiwa karya Akasa Dwipa | Pembahas: Fanny Chotimah

TERJEMAHAN:

7. Proses karya Franz Kafka; Diterjemahkan Sigit Susanto | Pembahas: Katrin Bandel

8. Mati Bahagia karya Albert Camus; Diterjemahkan Widya Mahardika Putra | Pembahas: Prima Sulistya

ESAI:

9. Perjumpaan: Santiago, Martin, dan Boja karya Heri CS | Pembahas: Muhidin M. Dahlan

10. Karya-karya Lengkap Sugiarti Siswadi karya Fairuzul Mumtaz | Pembahas: Ragil Nugroho

Moderator Utama: Endah S.R.

Tersedia doorprize buku yang melimpah dan diakhir acara dipungkasi dengan makan tengah malam bersama!

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *