KDM #16 : MEI YANG TIDAK SEKEDAR

KDM #16
Klub DIY Menonton (KDM) adalah program pemutaran dan diskusi yang direalisasikan untuk pertama kalinya pada Maret 2016 lalu. KDM memosisikan diri sebagai program pemutaran dan diskusi yang berlangsung secara berkesinambungan,selaras dengan slogan dan seruan KDM: Durabilty! Sustanbility! Long Live Alternate Screening!.Tahun 2017 ini,KDM memasuki tahun kedua. Di tahun keduanya, KDM kembali didukung oleh Seksi Perfilman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta,dandikelola secara kolaboratif oleh SAAP – Think & Create, Paguyuban Filmmaker Jogja, dan Yuk Nonton!!!

besar yang akan menjadi payung program pemutaran KDM tahun 2017 adalah “Sinema & Konteksnya”. Tema tersebut kami pilih karena relatif fleksibel untuk mengelola dan membaca dinamika sinema dalam topik yang luas dan beragam, misalnya: sinema dan politik, sinema dan sejarah, sinema dan gender, sinema dan kota, dan lain sebagainya. Keluwesan dan keluasan potensi penafsiran tematik tersebut dipertahankan agar KDMtetap leluasa mengelola beragam potensi film dari jenis apapun dan dari manapun. Dalam pengantar program untuk KDM #16 Mei tidak sekadar bulan. Mei adalah sejarah perayaan, ingatan dan peringatan-peringatan. Mundur ke belakang, sepanjang Mei 1886, demonstrasi besar kelas pekerja terjadi. Ratusan ribu kemuakan tumpah memenuhi lapangan Haymarket, Chicago, Amerika Serikat. Para buruh mogok menuntut pemerintah untuk memberlakukan 8 jam kerja dalam sehari. Tuntutan tersebut merupakan lanjutan dari tuntutan yang dikabulkan puluhan tahun sebelumnya. Ujar Suluh Pamuji selaku programer.

Suluh Pamuji berpendapat bahwa di Indonesia, Mei mengandung dinamika tersendiri. Mei berisi perubahan-perubahan mendasar sebelum ditetapkan sebagai hari libur, sebelum kembali menjadi perayaan, sebelum meletus sebagai tragedi 1998. Singaktnya, Mei adalah sejarah politik bagi Indonesia berikut pergolakannya. Pemerintahan Orde Baru sempat meniadakan 1 Mei sebagai perayaan pada tahun 1967. Soeharto mengawalinya dengan penggantian nama Kementrian Perburuhan menjadi Departemen Tenaga kerja. Awaloedin Djamin, seorang perwira polisi kemudian ditunjuk sebagai mentri karena latar belakangnya dinilai mampu menghadapi kaum buruh. Dengan kata lain, perubahan dan penunjukkan tersebut diniatkan untuk meredam aksi kaum buruh dalam menuntut keadilan. Lebih dari itu, rezim juga melakukan penggembosan roda-roda yang menjadi gulir kesadaran politik kaum buruh di era pemerintahan sebelumnya.

Sejarawan Indonesia, Asvi Warman Adam mengatakan: “Tahun 1830-an telah muncul tuntutan agar jam kerja dijadikan 10 jam. Tetapi, itu pun kemudian dianggap terlalu lama, dengan patokan sebaiknya kehidupan seorang individu dalam sehari terbagi menjadi delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, dan delapan jam tidur atau istirahat.” Perlu menjadi ingatan bersama, peristiwa Haymarket bukannya tanpa martir. Saat itu, pemerintah AS yang mulai khawatir dengan aksi mogok kerja yang berlarut-larut, kemudian mengerahkan aparatusnya untuk mengehentikan aksi dengan senjata. Para demonstran ditembaki secara membabi buta. Beberapa orang tewas dan ratusan orang luka-luka. Peristiwa itu diingat dengan peristiwa The Haymarket Martyr. Dalam sidangnya di Paris 1889, International Working Men’s Association, kemudian menetapkan 1 Mei sebagai hari buruh sedunia.

Beberapa dinamika terjadi antara kelas pekerja dengan negara. Keduanya pernah mesra. Namun, rezim yang tumbuh dari masalah tetaplah berkembang menjadi masalah-masalah baru. Krisis moneter Asia Tenggara tak terhindarkan, ditambah kasus korupsi, kolusi, dan nepotismeyang tak lagi bisa ditutupi. Demonstrasi merebak. Kerusuhan meledak. Di Jakarta, sekelompok pribumi bermutasi menjadi setan penjarah dan pemerkosa warga negara Indonesia keturunan Tiong Hoa.Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia sama dengan apa yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat pada Mei 1886. Aparatus keamanan dikerahkan:polisi ditambah tentara. Hasilnya bisa ditebak, demo tidak teredam, karena moncong senapanmalah membuat massa kian membesar dan menyisakan masalah HAM. Soeharto akhrinya berhasil digulingkan pada 21 Mei 1998.Era reformasi kemudian bergulir dengan praktik demokrasi yang pasang dan surut. Tutur Suluh Pamuji.

Kali ini pemutara KDM bertempat di Bale Si Gala-Gala, Dusun Jogja Village Inn Hotel Jl. Menukan No.5, Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemutaran dibagi dalam 2 slot, Slot pertama dimulai jam 18:15 WIB untuk film Pekak karya Jaka Wiradinata, Semalam Anak Kita Pulang karya Adi Marsono, Xiao De karya Daniel victory. Untuk Slot kedua dimulai dengan Ruah karya Makbul Mubarak, Happy Family Eden Junjung, Kleang Kabur kanginan karya Riyanto Tan Ageraha, film tersebut kami anggap mampu merepresentasikan lanjutan sejarah yang telah kami papar secara lebih subtil.

Penonton diharap datang 30 menit sebelum acara dimulai pemutaran KDM#16 tidak menerima booking. Terimakasih salam sinema !!. Adi Rosidi Pandega (081227983180)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *