MASIHKAH ADA CINTA D(AR)I KAMPUS BIRU?

3. Poster Masihkah ada Cinta d(ari) Kampus Biru copy

“MASIHKAH ADA CINTA D(AR)I KAMPUS BIRU ?”
Produksi Teater Gadjah Mada bersama Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM

Pertunjukkan Teater “Masihkah ada Cinta d(ar)i Kampus Biru ?”
(Tafsir ulang novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar)
Sutradara: Irfanuddien Ghozali
11  s.d. 12 Februari 2016, Jam 19.30 WIB, di Ruang Galeri PKKH UGM (eks Purna Budaya)
HTM :
Presale : Rp 20.000,00 (Pelajar/Mahasiswa) | Rp 30.000,00 (Umum) | On the spot : Rp 40.000,00 (Pelajar/Mahasiswa) | Rp 60.000,00 (Umum)
Info Tiket: 085640013792 (Elfi)

Pengantar Pertunjukkan
Pertunjukan “Masihkah ada Cinta di Kampus Biru?” adalah tafsir ulang novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar. Novel Cintaku di Kampus Biru bercerita tentang kisah cinta seorang mahasiswa bernama Anton di kampus UGM. Novel tersebut pernah diangkat ke dalam medium film dengan sutradara Ami Prijono.
Pertunjukan ini akan mengambil sebagian kisah cinta Anton di Kampus Biru. Yakni, kisah cinta Anton dengan mahasiswi bernama Marini serta seorang dosen bernama Yusnita. Ruang gallery PKKH UGM akan digunakan sebagai panggung pertunjukan “Masihkah Ada Cinta di Kampus Biru?”. Tokoh – tokoh di dalam cerita akan diperankan secara bergantian oleh para aktor.

Diskusi “Menggunjingkan Kembali Cintaku di Kampus Biru Sebagai Penanda Zaman”
Pembicara :
a.    Dr. Paripurna P. Sugarda, S.H., M.Hum, L.L.M (Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM)*
b.    Prof. Dr. Faruk H.T. (dosen Sastra Indonesia FIB UGM)
c.    Syafiatudina (peneliti Kunci Cultural Studies / alumni UGM)
Waktu dan tempat : Selasa, 09 Februari 2016, jam 13.00 WIB, di Ruang Gong, PKKH UGM.

Pengantar Diskusi
Patut diakui, selama mengenyam dunia kampus, kita akan bertemu dengan tiga hal, yaitu buku, cinta dan pesta. Ketiga kata tersebut disematkan dalam sebuah kalimat yang ditulis oleh Ashadi Siregar di novelnya, yaitu Cintaku di Kampus Biru. Tiga kata yang tentu akan dikenang oleh setiap orang yang pernah merasakan manis dan pahitnya menjadi mahasiswa. Novel Cintaku di Kampus Biru mulai muncul pada tahun 1974. Sebelumnya, pernah terbit sebagai cerita bersambung di harian Kompas sejak tahun 1972.
Novel Cintaku di Kampus Biru sudah menyedot perhatian publik sejak pertama kali diterbitkan oleh Gramedia. Pada tahun 1974, tercatat sekitar 9.200 novel Cintaku di Kampus Biru laku di pasaran. Angka tersebut naik di tahun 1975 menjadi 14.120. Puncaknya, pada tahun 1976, novel tersebut terjual mencapai angka 16.730. Di tahun yang sama juga lahir film “Cintaku di Kampus Biru” yang dibintangi Roy Marten dan Yati Octavia. Pada periode tersebut, novel semacam Cintaku di Kampus Biru memang naik popularitasnya. Selain Cintaku di Kampus Biru, beberapa novel lain milik Ashadi Siregar juga laku di pasaran. Semisal, Kugapai Cintamu dan Terminal Terakhir, keduanya juga diterbitkan oleh Gramedia. Novel milik Ashadi Siregar tersebut, bersanding dengan novel Karmila dan Badai Pasti Berlalu karya Marga T.
Bagi Ashadi Siregar, novel mempunyai sebuah fungsi bagi lingkungan sosial. Fungsi tersebut bercabang menjadi dua. Pertama,  berfungsi untuk menghibur sebagai kebudayaan massa yang paling murni. Kedua, sebagai pembentuk sikap sosial. Kedua fungsi diatas berangkat dari ide pokok prinsip-prinsip komunikasi massa. Novel yang ditulis oleh Ashadi Siregar berangkat dari pengalaman individual serta kebudayaan kolektif masyarakat saat itu. Karena itu, novel seperti Cintaku di Kampus Biru memang ditujukan untuk generasi saat itu. Sebab, problem sosial yang dibicarakan sesuai dengan periode tersebut. Selain itu, setiap generasi mempunyai problem sosial yang berbeda-beda. Ashadi menyatakan, bahwa novelnya tidak berpretensi untuk menjadi karya yang abadi dan akan dikenang sepanjang masa. Hanya saja, novel Ashadi Siregar, terutama Cintaku di Kampus Biru sampai sekarang masih dikenang, bahkan dikenal oleh publik sekarang. Terutama trademark “Kampus Biru” yang masih melekat di tubuh Universitas Gadjah Mada
Nilai-nilai zaman yang ada dalam novel Cintaku di Kampus Biru merupakan sebuah pergunjingan. Bagi Ashadi Siregar, novel merupakan sebuah cara untuk mempergunjingkan manusia. Karena itu, diskusi “Mengunjingkan Kembali Cintaku di Kampus Biru Sebagai Penanda Zaman” yang sekiranya akan diselenggarakan oleh Teater Gadjah Mada (TGM) pada tanggal 9 Februari 2016 di PKKH UGM merupakan sebuah wadah untuk “ngrasani” kembali novel Cintaku di Kampus Biru serta kampus UGM sendiri. Diskusi tersebut bertujuan untuk menggali nilai-nilai zaman yang ada dalam novel Cintaku di Kampus Biru. Serta, mengulik korelasi novel Cintaku di Kampus Biru dengan kehidupan kampus UGM sekarang. Selain itu, diskusi ini juga berniat untuk memancing beberapa pandangan dari berbagai generasi yang semoga saja berguna bagi kemajuan UGM. Patut dipertanyakan, masihkah ada cinta d(ar)i Kampus Biru?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *