Press Release “7th Ramadhan Blues 2016”
Sebagian kalangan menyebut, bahwa kami adalah gerakan sub kultur bagi wajah musik. Kami tak menampik anggapan tersebut, buka Luthfi Yahya, Project Officer “7th Ramadhan Blues 2016”. Gerakan perubahan budaya yang di lakukan oleh Ramadhan Blues Festival, semakin terasa dampaknya pada tahun – tahun belakangan ini. Bahwa kami melihat kondisi minimnya karya musik dan pengarsipan dalam bentuk album, ini yang berusaha kami rubah. Dengan policy yang dibuat oleh Ramadhan Blues Festival, yang mewajibkan para penampil nya untuk memiliki dan menampilkankarya musik sendiri dan album rekaman bagi para penampil utama nya. Alhamdulillah, ini makin terasa dampaknya sekarang. Semoga terus berlanjut hingga tahun – tahun mendatang, tutup Luthfi.
Memasuki usia ke tujuh Ramadhan Blues(pertama digelar 2010:red), telah banyak cerita manis yang berhasil ditoreh oleh festival mini besutan dari Unit Kegiatan Mahasiswa Galeri Seni & Budaya (Gasebu) Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini. Mendatangkan musisi – musisi kelas nasional non mainstream yang tidak populerserta minim ekspos publik di setiap tahun nya, tapi ternyata tampil penuh dengan kejutan dan akhirnya mendapatkan tempat di hati dan mendapatkan cinta dari para pengunjung setia Ramadhan Blues. Hingga mampu ikut menjadi pendorong utama lahir nya karya – karya musik yang brilian dari kota ini. Termasuk lahirnya album – album rekaman para musisi Banyumas yang mampu mendapatkan sorotan dari publik pecinta musik nasional. Ramadhan Blues menjelma menjadi sebuah ikon kebanggaan bagi warga Banyumas, khususnya mereka yang mencintai musik. Tidak lagi hanya menjadi milik penyelenggaranya saja, kini Ramadhan Blues menjadi milik masyarakat dan semakin dicintai serta dinanti – nantikan kehadiran nya oleh pecinta musik Banyumas pada khusus nya, serta publik pecinta musik Indonesia pada umumnya.
Festival ini mampu bertahan selama 7 (tujuh) tahun lamanya tanpa pernah putus. Sebuah prestasi yang tidak biasa. Mengingat, bahwa untuk menjaga eksistensi keanggotaan timproduksi acara pada sebuah unit kegiatan mahasiswa di sebuah kampus tentu tidak mudah. Karena mahasiswa memiliki batas waktu dalam urusan menyelesaikan studi mereka. Disinilah peran dan keterlibatan para alumni Gasebu Ump menjadi sentral. Menjadi semacam perekat antar generasi anggota Gasebu untuk terus kesinambungan dalam berproses. Karena memang Ramadhan Blues juga terus mendapatkan dukungan tidak hanya dari anggota aktif nya saja, namun dukungan dan peran alumni nya.
Pada “7th Ramadhan Blues 2016” kali ini, ada beberapa nama – nama penting dalam scene musik sidestream yang dihadirkan oleh penyelenggara. Dengan menganut prinsip “almost famous” sebagai dasar pemilihan para penampil nya, terpilihlah 6 (enam) nama penampil utama yang akan tampil pada Rabu (22/6) esok di Halaman Rektorat Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Adaptasi Diri, Gendit, Brightsize Trio (Yogyakarta), Mutiara, Nissan Fortz (Bandung) serta Adie Unyiel & The Bawor. Tiga nama yang terakhir disebut, tercatat telah memiliki album yang wajib disimak. Sementara, tiga nama lain nya tengah disibukkan dengan aktifitas di dalam studio rekaman dan akan berencana merilis album pada akhir tahun ini. Tidak terlalu banyak mengundang musisi dari luar kota pun, menjadi salah satu prinsip yang masih dipegang oleh Ramadhan Blues setiap tahun. Alasan nya, Ramadhan Blues ingin festival ini mampu menjadi taman bermain bagi para musisi putra daerah Banyumas itu sendiri. 70% kuota diberikan kepada musisi Banyumas, sedang sisa 30% diberikan kepada musisi kota lain.
Festival yang senantiasa dipandu oleh host Aziz No End ini, terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berlangsung sejak pukul 15.30 – 17.30, kemudian jeda hingga masuk sesi kedua yang dimulai pukul 20.30 hingga 24.00. Ini demi menghormati ibadah umat Muslim untuk dapat menjalankan Taraweh berjamaah di masjid yang terletak di selatan area festival. Di area festival, juga terdapat booth yang menyediakan official merchandise Ramadhan Blues, serta booth yang menjual album CD dari para musisi sidestream. “Panggung” kecil yang “dibangun” di atas sebuah permadani menjadi simbol kesederhanaan festival ini. Berukuran 5×4 meter saja, tidaklah terlalu besar dan megah, juga tanpa tata lampu yang gemerlap penuh warna menjadi ciri khas yang tak pernah hilang setiap tahun nya. Tanpa panggung tinggi nan megah, menjadikan para musisi pengisi acara bisa sangat begitu dekat dengan penonton. Wajah mereka bisa menatap dengan jelas wajah – wajah para pengunjung festival dari dekat. Membangun sebuah keintiman dan kehangatan pertunjukan. Menjadikan interaksi antara musisi dan penggemarnya semakin terasa. Teriakan, siulan dan riuh tepuk tangan penonton akan terdengar dekat dan nyata.
Untuk mendapatkan info terkini tentang Ramadhan Blues, bisa didapat melalui akun resmi berikut:
Instagram : https://www.instagram.com/ramadhanbluesfestival/
Fan Page : https://www.facebook.com/ramadhanbluesfestival/
Twitter : https://twitter.com/_RamadhanBlues_
Youtube : https://www.youtube.com/c/ramadhanblues