Seniman Lintas Profesi, Lintas Generasi Ramaikan Acara Musik Puisi “Duduk Bersama”
Sejak dua tahun terakhir gelaran Duduk Bersama berhasil dilaksanakan di beberapa venue yang berbeda. Debut dimulai pada 15 April 2015 di Roots Café, berlanjut sebulan berikutnya Duduk Bersama #2 digelar di Suave Café. Sempat vakum beberapa bulan, Duduk Bersama #3 berhasil diselenggarakan kembali pada bulan Oktober di Alive Fusion Dining pada tahun yang sama.
Mengenang begitu masif jumlah pengunjung yang datang, Komunitas Ngopinyastro dan Huhum Art Organizer selaku pengelola event membuat rencana untuk menggelar Duduk Bersama #4. Tak berbeda dengan gelaran sebelumnya, Duduk Bersama #4 tetap setia dengan ajang penampilan performer dalam khidmat perpaduan dua narasi; musik dan puisi. Nantinya, Duduk Bersama #4 akan mengambil venue di sebuah kafe di Jalan Tirtodipuran, Asmara Art & Coffee Shop (Ascos). Acara akan dilaksanakan pada hari Selasa, 26 September 2017. Pengunjung Duduk Bersama #4 sekaligus penikmat Ascos dapat melihat performa ciamik dari beberapa line up pengisi acara sejak pukul 19:00 WIB. Beberapa penampilan di antaranya dibagi menjadi dua sesi, pembacaan puisi dan penampilan musik. Performer yang akan ikut meramaikan gelaran ini di antaranya; Samuel Indratma, Bayu Widodo dan Eka Nusa Pertiwi sebagai pembaca puisi. Selain itu Kopibasi, Agoni dan Kalesang Artsas juga dengan puitis akan menyuarakan beberapa musik dalam gelaran Duduk Bersama #4.
Untuk mengawali perkenalan lebih dalam tentang Duduk Bersama sejatinya tak jauh beda dengan gelaran apresiatif lainnya di Yogyakarta. Satu hal berbeda, Duduk Bersama sedari awal dibentuk untuk fokus dalam upaya mendokumentasikan karya-lagu para pengisi dalam format audio visual (video) untuk kemudian diunggah ke media sosial seperti; Youtube. Hal ini mengingat minimnya ruang apresiasi (direktori) musik puisi, maka dirasa perlu membangun wadah guna mengapresiasi karya-karya dari para musisi ataupun penyair.
Tidak hanya habis dalam upaya apresiatif memadukan puisi dan musik, tetapi juga menyasar ruang-ruang kreatif dalam ritus kolaborasi. Sebut saja komunitas-komunitas seni dan lingkaran teater seperti: Teater Misbah, Teater Terpidana, Gigi Nyala, dan Roemansa Gilda. Hal-hal tersebut dilakukan karena dirunut dari prosesnya, Duduk Bersama bisa dianggap sebagai sarana untuk saling berbagi karya, kegelisahan, gagasan, dan proses kreatif. Tak khayal gelaran Duduk Bersama bersinggungan dengan beberapa seniman berbasis rupa, sebut saja Samuel Indratma(performer), Bayu Widodo (performer), Bambang Nurdiansyah (ilustrator) dan Fajar Abadi (designer).
Harapan selanjutnya, semoga dalam setiap gelaran Duduk Bersama banyak kesempatan berlanjut untuk menjembatani para pegiat sastra, perupa dan musisi untuk berkolaborasi, saling memberikan gagasan dan menjelma jadi ruang apresiatif yang subur. Huhum Hambilly selaku penanggung jawab acara menyampaikan “Gelaran musik puisi Duduk Bersama 4 lebih mempertimbangkan laku strategis, melibatkan berbagai basis massa sekaligus lintas generasi. Hal ini memungkinkan terjadinya dialog, masing-masing dapat menyampaikan apa yang menjadi kegelisahan bersama, untuk kemudian dapat memacu semangat secara lebih masif demi masa depan dunia yang lebih baik.” Berkaitan dengan harapan-harapan tersebut, kesuksesan acara ini tak bisa meninggalkan para pengunjung kafe dan penonton yang hadir untuk mengapresiasi setiap penampilan di atas panggung saat acara digelar maupun melalui sajian review di media daring Duduk Bersama. (Galih Fajar)