An Intimacy Vol. 7
MARCHing The Movement
Bagian mana yang paling menyenangkan dari rekoleksi keintiman ini? Beberapa mungkin menjawab “lineup-nya seru!”, “suasananya akrab banget!”, atau “lumayan, bisa nambah teman.” Namun yang kerap menyalak dari An Intimacy adalah pergerakkannya yang begitu manusiawi. Layaknya manusia, An Intimacy tumbuh, berkembang, berpikir, berstrategi, berproses, dan terus merangkul ‘wajah-wajah’ baru. Semangat dan hasrat yang dimilikinya menjadikan rangkulan tersebut seperti jamuan kopi di sore hari. Ramah dan menyenangkan.
Gelaran An Intimacy Vol. 7 akan tetap diselenggarakan di Lou Belle Shop (Jl. Dr. Setiabudhi no.56, Bandung) pada tanggal 27 Maret 2015. Meski tetap tanpa pungutan biaya, kali ini An Intimacy mulai menerapkan sistem invitation bagi para penonton yang akan datang.
“Kami sama sekali tidak bermaksud mengeksklusifkan diri. Sistem invitation dirancang untuk mengutamakan kenyamanan agar pesan dari event ini sampai. Keputusan ini pun diambil berdasarkan evaluasi dari volume-volume sebelumnya.” Ujar Adli sang Project Officer. Kerangan lebih lanjut bisa dilihat di http://t.co/QJ8zsChI7F.
Line-up An Intimacy Vol. 7 juga tidak kalah menarik. Kuartet pemuda indie rock asal Bandung yang menamakan diri Pipepole, nafas britpop revival dalam Good Morning Breakfast, Raungan psychedelic blues rock sebagai identitas Lamebrain, serta satu nama asal ibukota yang sudah tidak asing lagi, Pandai Besi.
Masih merupakan hasil kolaborasi Monsterstress Records, Lou Belle, Komunitas Musik Fikom UNPAD, dan FFWD Records, An Intimacy Vol. 7 juga didukung oleh Literature Optical Cinema, Eightlightment, Yogya Music Store, Cirebon Store, Underdog Division, serta bantuan sponsor dari berbagai brand clothing lokal. Edisi ini juga menghadirkan konten spesial, yakni products launching dari Motiviga dan Do Shoes.
Kembali ke sifatnya sebagai manusia, ada sebuah rasa yang terus bertambah seiring berjalannya waktu, yakni rasa percaya. An Intimacy percaya skena ini perlu regenerasi. Skena ini masih memiliki harapan, bukan seonggok raga usang yang menunggu digerus zaman. Skena ini menyimpan sejumlah karya yang perlu didengar dan mengangkasa. Dan ketika ide tersebut mulai hinggap ke masyarakat, saatnya pergerakan ini melangkah maju. Marching The Movement.