FESTIVAL FILM DOKUMENTER #13: JOURNEY
Festival Film Dokumenter 2014 Di usianya yang ke-13 ini, Festival Film Dokumenter (FFD) tetap konsisten menjadi salah satu tempat bertemunya film-film dokumenter, baik dari seluruh penjuru Indonesia maupun mancanegara. Hal ini tak lain karena FFD meyakini bahwa penyelenggaraan festival memiliki peran yang strategis dalam perputaran iklim film dokumenter di Indonesia. Tak hanya sebagai ajang eksibisi film-film dokumenter, tapi juga juga untuk mendekatkan masyarakat kita dengan medium film, khususnya dokumenter yang selama ini aksesnya dirasa masih terbatas. Sekitar dua sampai tiga tahun yang lalu FFD sempat memfokuskan diri pada pembuat film dengan menghadirkan progam Masterclass sebagai ruang pertemuan antar pembuat film satu dengan lainnya untuk kemudian saling berbagi pengalaman perihal produksi dokumenter. Program ini awalnya tercetus atas kegelisahan mengenai minimnya produksi film dokumenter di Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas. Kini ketika produktivitas dan kualitas film dokumenter Indonesia sudah tak perlu ditanyakan lagi, FFD mulai menggeser fokus ke arah penonton. Bermula dari pertanyaan : di tengah masifnya produksi film dokumenter dengan kualitas yang mumpuni hingga mampu bersaing dalam skala internasional, apakah ini sudah dibarengi dengan kesiapan penonton kita (Indonesia) dalam menerima film dokumenter sebagai medium alternatif, tidak hanya dalam bidang akademik tapi juga sebagai refleksi cerita sehari-hari yang sejatinya tengah berlangsung di tengah masyarakat, di tengah penonton? Berangkat dari pertanyaan itulah FFD sejak tahun 2013 mulai memfokuskan diri pada penonton. Program-program serta film-film yang dihadirkan sebisa mungkin mampu hadir dengan skema yang interaktif. Artinya penonton tak hanya menjadi penonton pasif, yang begitu saja menerima film yang hadir di depannya tanpa punya kesempatan untuk mempertanyakan apa yang tengah disaksikannya, tapi mampu mengolahnya, bahkan mengkritisi film yang ditonton bahkan dengan cara yang paling sederhana seperti membicarakannya dengan penonton lain. Itulah salah satu alasan FFD tahun ini mengangkat “Journey” sebagai tema utama festival. Dengan mengusung tema “Journey”, FFD akan mengajak penonton berjalan-jalan dari waktu ke waktu, satu tempat ke tempat lain, serta dari satu peristiwa ke peristiwa lain, untuk kemudian merefleksikan segala yang hadir di layar sinema yang begitu dekat di depan mata, tetapi sesungguhnya sangat berjarak dari tempat di mana kita berada saat ini. Gagasan ini kemudian dimanifestasikan ke dalam beberapa tawaran program, seperti Perspective, Retrospective, Spesial Program, Showcase, dan masih banyak lagi, yang semuanya akan diputar pada tanggal 10-13 Desember 2014. Dalam rangka memperingati Hari HAM sedunia, FFD juga akan menayangkan film Senyap (The Look of Silence) yang juga akan diputar secara serentak di beberapa kota di Indonesia. Sekuel dari Jagal (The Act of Killing) yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer ini bercerita tentang sejarah sebuah keluarga yang menjadi korban pembantaian 1965. FFD tahun ini juga bekerja sama dengan beberapa lembaga yang memiliki perhatian di bidang film, seperti DMZ, International Documentary Film Festival (Korea Selatan), Documentary Dream Centre dan Eiganabe Jepang, IFI-LIP Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Guna mendekatkan diri pada karakter penonton yang cukup heterogen, pelaksanaan FFD tahun ini tersebar di 4 tempat dengan latar yang beragam : Tembi Rumah Budaya, IFI-LIP, Auditorium Fakultas Ilmu Budaya, UGM, dan Jogja Library Center. Selain film-film dari beberapa program di atas, FFD tentunya tetap memberikan prioritas pada program Kompetisi Dokumenter Indonesia sebagai program utama sejak FFD diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 2002. Kompetisi Dokumenter Indonesia adalah sebuah proyek panjang dari Festival Film Dokumenter sejak dari 2002. Melalui Program ini, FFD ingin berpartisipasi dalam membangun iklim film dokumenter yang sehat di Indonesia. Tahun ini FFD menerima 59 film dokumenter dari seluruh Indonesia, dengan rincian 37 film kategori Film Dokumenter Pendek, 9 film kategori Film Dokumenter Panjang, dan 13 film kategori Film Dokumenter Pelajar. Dari seluruh film yang masuk dan melalui proses penjurian madya, maka dipilihlah 3 film sebagai Finalis Dokumenter Pendek, 4 film Finalis Dokumenter Panjang, dan 4 film Finalis Dokumenter Pelajar. Dari 11 film tersebut akan dipilih film terbaik dari masing-masing kategori. Penjurian film finalis akan diselenggarakan selama festival berlangsung oleh 9 juri, yakni Sandeep Ray (sutradara The Sound of Old Rooms), JB Kristanto (kritikus film), dan Budi Irawanto (penulis, akademisi film) sebagai juri kategori Film Dokumenter Panjang. Lalu ada Nuraini Juliastuti (co-founder KUNCI Cultural Studies), Nia Dinata (sutradara dan produser film), dan Adrian Jonathan (kritikus, founder Cinema Poetica) sebagai juri kategori Film Dokumenter Pendek. Sementara film-film finalis dari Kategori Film Dokumenter Pelajar akan dijuri oleh ST.Kartono (guru SMA Kolese de Britto dan penulis), Zamzam Fauzannafi (antropolog, pemerhati film), dan Seno Aji Julius (sutradara film). Malam penganugerahan Kompetisi Film Dokumenter Indonesia FFD 2014 akan dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014 di Tembi Rumah Budaya.