Dalam rangka menyambut Festival Sinema Prancis 2015, Institut Prancis di Indonesia (Institut Français d’Indonésie) menggelar Media Gathering and Press Screening pada 12 November di Auditorium IFI Thamrin.
Tahun ini, Festival Sinema Prancis akan berlangsung pada tanggal 3-6 Desember 2015 sekaligus merayakan ulang tahunnya yang ke-20. Selama perjalanan panjang 20 tahun tersebut, festival film asing tertua di Indonesia ini secara konsisten mempertemukan para pecinta dan pelaku film melalui pemutaran film-film berkualitas seperti antara lain Qu’est-ce qu’on fait au bon dieu? (Serial Bad Weddings) karya Phillippe de Chauveron yang masuk dalam daftar Box Office Prancis 2014 dengan 12 juta penonton dan Clouds of Sils Maria karya Olivier Assayas yang masuk dalam seleksi resmi Festival Cannes 2014.
Bekerja sama dengan Cinema XXI/21, kantung kebudayaan dan komunitas film lokal, Festival Sinema Prancis kembali hadir di 9 kota di Indonesia; Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar dan Balikpapan.
Kompetisi Film Pendek
Digagas pada 2012, Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis hadir sebagai batu loncatan bagi para sineas muda Indonesia. Mereka yang terpilih mendapat kesempatan untuk memutar karyanya sebagai pembuka dalam pembukaan film Prancis atau pada program penayangan khusus selama berlangsungnya festival. Pemenang kompetisi juga berkesempatan mempromosikan filmnya di festival film di Prancis seperti misalnya Festival Film Pendek Clermont-Ferrand, di mana para pemenang sebelumnya seperti Yusuf Radjamuda, B.W. Purba Negara, Jason Iskandar telah berangkat dan berpartisipasi.
“Di Clermont-Ferrand Short Film Festival, saya belajar budaya nonton film yang berbeda. Penonton rapi mengantri tiket 45 menit sebelum pertunjukan, usia penonton lebih dewasa dan seleksi program festival yang bervariasi. Banyak sekali eksplorasi gagasan dan bentuk film yang tidak pernah saya lihat di festival lain. Tiap film terasa semangat perlawanannya dan mengulik hidup dari segi pandang yang berbeda,” ungkap Jason, sutradara muda yang memilih pemakaman Père-Lachaise di Paris ini sebagai spot favoritnya.
Tahun ini pemenang Kompetisi Fillm Pendek selain mendapatkan hadiah jalan-jalan ke Prancis dengan tiket persembahan dari Air France, juga akan mendapatkan hadiah smartphone dari gadget kenamaan Prancis Wiko dan merchandise lainnya.
Terkait Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015, Koordinator Festival Sinema Prancis 2015, Meninaputri Wismurti mengatakan, “Tahun ini Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis menerima 183 film pendek, dimana 70% dari film yang diterima berasal dari luar Jakarta dengan tema beragam. Tak membahas cinta melulu dan banyak mengangkat masalah hidup dan kritik sosial yang dipaparkan dengan sentilan jenaka. Hal ini menunjukkan bahwa film tak lagi jadi dominasi ibukota dan semakin banyak sutradara muda di luar Jakarta yang harus diperhitungkan demi membakar gairah industri film Indonesia.”
Di tahun ke-4 ini, Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis mengalami kenaikan yang cukup drastis dalam penerimaan film pendek, dibanding tiga tahun sebelumnya. Selain menerima film pendek bergenre fiksi, sekitar 20% dari film yang masuk bergenre dokumenter dan 10% bergenre animasi.
Juri Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015 beranggotakan sineas muda Indonesia Sammaria Simanjuntak yang populer dengan karyanya Demi Ucok, Ci(n)Ta dan Selamat Pagi, Malam. Dimas Jayasrana, Content manager ViddSee di Indonesia serta Guillaume Catala, seorang produser film sekaligus penulis naskah dari Prancis.
“Film pendek semakin penting keberadaannya sebagai alternatif jawaban masalah industri film Indonesia yang temanya terbatas sensor dan logika komersial. Saya yakin suara-suara yang mengangkat tema yang lebih relevan dengan keadaan kita, bisa ditemukan dalam karya finalis Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis tahun ini”, demikian Sammaria mengapresiasi karya sineas muda peserta Kompetisi Film Pendek tahun ini.
Rangkaian acara Media Gathering dan Press Screening ini terdiri dari pemutaran film The Bélier Family, diskusi bersama juri dan koordinator festival serta pengumuman 8 finalis Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015.
Mari bergabung menyambut kemeriahan perayaan ke-20 Festival Sinema Prancis!
Sinopsis Film
The Bélier Family | La Famille Bélier
Selama 106 menit, sutradara Eric Lartigau mengajak kita menaiki roller-coaster kehidupan sebuah keluarga penyandang tuna rungu. Paula (Louane Emera), satu-satunya anggota keluarga yang dapat berbicara, adalah tumpuan keluarga dalam berkomunikasi sehari-hari. Konflik hadir ketika ia dihadapkan pada kesempatan emas mengikuti kontes bernyanyi di Radio France di Paris. Namun meninggalkan keluarganya sendirian baginya bukanlah pilihan yang mudah.
Louane Emera mendapat piala Cesar Awards 2015 kategori Most Promising Actress. Pada ajang yang sama, film ini dinominasikan dalam 5 kategori; Best Actress (Karin Viard), Best Actor (Francois Damiens), Best Supporting Actor (Eric Elmosnino), Best Original Screenplay dan Best Film
SANG PENARI // THE DANCER – Ifa Isfansyah
25 NOVEMBER 2015 – 16.00
DUSUN JOGJA VILLAGE INN Jl. Menukan 5, Karangkajen
SUTRADARA REALISATEUR DIRECTOR : Ifa Isfansyah
PEMERAN AVEC STARRING : Prisia Nasution, Oka Antara, Slamet Rahardjo
PRODUKSI PRODUCTION : Salto Films
2011 | 112’ | Drama | Berwarna couleur color | Digital
Bahasa Indonesia dengan teks Inggris
Sebuah cerita cinta yang terjadi di sebuah desa miskin Jawa Tengah pada pertengahan 1960-an. Rasus, seorang tentara muda, menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang: Srintil.
Ketika keduanya masih sangat muda dan saling jatuh cinta di kampung mereka yang kecil dan miskin, Dukuh Paruk, sesuatu menghalangi cinta mereka. Kemampuan menari Srintil yang magis membuat para tetua dukuh percaya bahwa Srintil adalah titisan ronggeng.
Ketika Srintil menyiapkan diri untuk tugasnya, ia menyadari bahwa menjadi ronggeng tidak hanya berarti menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas tari. Srintil akan menjadi milik semua warga Dukuh Paruk. Hal ini menempatkan Rasus pada sebuah dilema. Ia merasa cintanya dirampas dan dalam keputusasaan ia meninggalkan dukuhnya untuk menjadi tentara.
Zaman bergerak. Rasus harus memilih: loyal kepada negara atau cintanya kepada Srintil. Ketika Rasus berada dalam dilema, ia sudah kehilangan jejak kekasihnya. Pencariannya tidak mudah dan baru membuahkan hasil sepuluh tahun kemudian.
Garuda Power: The Spirit Within – Bastian Meiressonne
25 NOVEMBER 2015 – 19.00
DUSUN JOGJA VILLAGE INN
Jl. Menukan 5, Karangkajen
SUTRADARA/ REALISATEUR/ DIRECTOR : Bastian Meiressonne
PEMERAN /AVEC STARRING : Barry Prima, George Rudy, Imam Tantowi, Ackyl Anwari
PRODUKSI /PRODUCTION : Shaya Productions
2014 | 77’ | Documentary | Berwarna couleur color | Digital
Bahasa Indonesia dengan teks Inggris
Film laga terhitung konsisten hadir dalam fase-fase sejarah perfilman nusantara. Ia sudah ada sejak tahun-tahun pra-kemerdekaan pada dekade 20 dan 30an, mapan pada dekade 70 dan 80an, sekarat selama dekade 90an, lalu tumbuh lagi pada tahun-tahun pasca-reformasi hingga sekarang. Sepanjang keberadaannya, film laga punya tempat yang istimewa dalam keseharian penonton Indonesia. Inilah yang Garuda Power coba uraikan secara kronologis dan mendalam.
Garuda Power berlandaskan pada riset lapangan, materi audiovisual dari berbagai arsip, serta wawancara dengan pembuat, pekerja, dan pengamat film.
« Garuda Power » is the final result of many years of research about Indonesian Action Movies – or what’s still left of it. It focuses on Action Movies from the first Chinese-influenced martial arts movies of the 1930s, the James Bond copies of the swinging 1960s and super hero comic book adaptations of the 1970s up to recent worldwide success of the two « The Raid » movies. The documentary includes never-seen-before footage of movies as well as many interviews
The mirror never lies // Kamila Andini
26 NOVEMBER 2015 – 16.00 – FREE
DUSUN JOGJA VILLAGE INN Jl. Menukan 5, Karangkajen
SUTRADARA /REALISATEUR/ DIRECTOR : Kamila Andini
PEMERAN/ AVEC STARRING : Atiqah Hasiholan, Reza Rahardian, Gita Novalista, Ekp
PRODUKSI/ PRODUCTION : SET Film, WWF Indonesia, Pemda Wakatobi
2011 | 100’ | Drama | Berwarna couleur color | Digital
Bahasa Bajo dengan teks Inggris
Seorang gadis kecil bernama, Pakis (12) berusaha menemukan sang ayah yang hilang ketika berada di lautan. Pakis melakukan ritual suku Bajo di mana mereka percaya dengan menggunakan cermin. Pakis berharap dan terus menanti melihat bayangan ayahnya. Namun, apa yang diharapkannya tak kunjung terlihat. Harapan Pakis tersebut sering dihancurkan oleh ibunya, Tayung yang mencoba menutupi kejadian yang sebenarnya. Bersama sahabat karibnya, Lumo, Pakis terus mencari jawaban di Laut Wakatobi. Persoalan dan konflik Pakis dengan ibunya semakin pelik ketika Tudo, seorang peneliti lumba-lumba muncul kedalam hidup mereka. Ke empat karakter ini kemudian saling berinteraksi di kehidupan sehari-hari dan mereka juga punya penafsiran masing-masing terhadap laut. Namun, mereka sepakat bahwa lautlah yang membantu mereka menemukan jati diri mereka.