Gelaran Musik Puisi, Duduk Bersama 3
Muara dari kegelisahan mengenai minimnya ruang apresiasi musik puisi telah melahirkan gelaran seni pertunjukan bertajuk “Duduk Bersama”. Acara tersebut diinisiasi oleh beberapa anggota komunitas sastra yang berbasis di Jogja, Ngopinyastro. Duduk Bersama merupakan gelaran musik yang sedikit atau banyak berbau puisi. Misal menghadirkan lagu-lagu dengan lirik yang puitis atau menampilkan karya sastra puisi yang digubah menjadi sebuah lagu.
Mengapa harus musik puisi? Pastinya akan lebih menyenangkan bila musik dan puisi hadir, duduk dan saling bekerja bersama. Musik dan Puisi mulanya adalah suatu kabar. Kabar dari keberadaan jiwa seseorang; sehat-sakit, cidera-bahagia, cinta dan nestapa, dan lain-lain. Berbicara musik berarti kita bicara perihal keadaan yang tersirat dari suatu jiwa. Begitupun sebaliknya di dalam puisi, perihal keadaan jiwa seseorang dikabarkan lewat cara tersurat.
Mengenai kriteria musik puisi itu seperti apa, mengapa harus dibedakan dan sebagainya, tentu dapat menimbulkan perdebatan yang panjang. Membicarakan keduanya seperti halnya kita memaksakan diri untuk berbicara mengenai pesona hutan. Mana kiranya yang berarti lebih dahulu antara pohon dan benih. Keduanya memiliki kedudukan yang masif dan terukur. Masing-masing dari keduanya memiliki ukuran yang patut diperhatikan, dan tidak hanya sekedar oral dari jiwa semata. Untuk itu gelaran musik puisi Duduk Bersama boleh ditilik, disaksikan dan dimaknai dengan cara apapun.
Rangkaian acara Duduk Bersama yaitu menampilkan beberapa band atau solois yang telah diundang untuk menunjukan karyanya dan menyuguhkan puisi-puisi sebagai bumbu penyedap acara. Duduk Bersama mengambil konsep tour dari cafe ke cafe, diadakan selama tiga bulan sekali. Konsep ini sengaja diambil untuk mengakrabkan musik puisi kepada responden yang lebih variatif, semakin banyak tour semakin beragam pendegarnya.
Pada 2 Oktober 2015 nanti Duduk Bersama mencapai edisinya yang ke-3. Menilik ke belakang pada Duduk Bersama 1 dan 2, antusiasme penonton semakin meningkat. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa karya musik yang bernafaskan puisi semakin diminati. Fenomena itu juga sebagai titik cerah dari ide dan gagasan awal lahirnya Duduk Bersama, sebagai wadah untuk mengapresiasi karya dari para musisi ataupun penyair. Selanjutnya, dengan semangat yang sama Duduk Bersama akan hadir dan kembali memberikan pertunjukan yang lebih menarik oleh penampilnya.
Musisi-musisi solois seperti Lembah Manah, Egi Azwul dan Prosanada juga group musik seperti Kami Bertetangga, Talamariam serta Mishbah telah hadir berbagi karya pada Duduk Bersama edisi yang lalu. Kini giliran Half Eleven PM, Secangkir Senja, Kopibasi dan teman-teman penyair Jogja bakal unjuk suara. Tentunya akan ada banyak kejutan di setiap edisi Duduk Bersama. Acara Duduk Bersama 3 bakal digelar di cafe Alive Fusion Dining yang beralamat di Jalan Timoho no. 49A, Yogyakarta. Ketika puisi berpagut dengan musik maka sudah waktunya untuk duduk bersama.
.
“If there is anything intelligent, effective and at the same time formless, it is music. Poetry suggests form, line and colour suggest form, but music suggests no form,” The Sufi Message of Hazrat Inayat Khan, Vol II.
Purworejo Streetart
Kehadiran street art (mural&graffiti) di Purworejo tidak terlepas dari pengaruh booming Distro (Distribution Outlet) kisaran tahun 2005-2006. Dimana menandai pergerakan semangat DIY (Do It Yourself) berbagai wilayah; musik,graffiti,clothing. Saat itu referensi gambar banyak dipengaruhi para pelaku urban art, seperti #yorc #artcoholic. Dulu gambar banyak dikerjakan menggunakan teknik kuas namun berupa gambar graffiti, seperti yang pernah dikerjakan Prima, Duta, Nchis, dkk yang menggarap tembok di wilayah Doplang, terutama tikungan strategis timur SMA 1 Purworejo. Lalu di wilayah barat (Kutoarjo) ada rekan Sigit Cs. Pernah suatu hari membawa kerabat dari jogja, salah satunya bersama Oka. Mulai 2006 disusul oleh grup bentukan Riski dan Ilham cs, menggarap beberapa tembok seputaran Sindurjan dengan inisial #hits #psychoart #sucksick. Kemudian 2008 terdapat lomba mural bertema Global Warning #metamorphosix (SMA 6) dimenangkan oleh Huhum dan Risky cs. Lalu pada 2010 digelar acara mural pertama “Artventure Yearbook” Purworejo Artcrimes, dengan mengambil tema gambar Kebudayaan Purworejo. Terlihat hasil gambar seperti ndolalak, kuliner, kambing etawa dll. Pada momen itulah ditemukan dengan pemain-pemain yang sampai kini masih aktif seperti Bendil, Fob, Kepala Balok. Mereka masih aktif dengan aktifitas graffiti jamming juga menambah beberapa personel. Mereka kini membentuk grup SEC (Style Effect Crew), satu diantaranya yang menonjol adalah @rudclass dengan gaya realis. #graffiti #streetart #mural #urbanculture #purworejo #purworejokita #purworejostreetart #sec #