PAMERAN IMAJI #2:
Alternative Photographic Prosseses
Kurator: Irwandi dan Edial Rusli
Salam Fotografi,
Fotografi telah berumur hampir dua abad, ia sempat mengalami evolusi dan revolusi. Rupa fotografi yang terlihat saat ini merupakan hasil dari kedua dinamika budaya fotografi tadi. Ada banyak peninggalan budaya fotografi yang diwariskan kepada generasi penerusnya. Sebagian terus dikembangkan, sebagian lagi berhenti sebagai artefak dari ide-ide teknologi yang jarang dibuka lagi. Di antara sekian banyak ide yang diwariskan para pendahulu fotografi ialah teknologi cetak-mencetak, atau proses visualisasi imaji fotografi. Tahun 1826 merupakan titik awal keberhasilan manusia dalam menciptakan imaji fotografi yang permanen melalui penemuan Joseph Nicéphore Niépce. Penemuan ini pada kemudian hari diteruskan oleh ilmuwan lain seperti Louis-Jacques-Mandé Daguerre dengan teknik cetak Daguerreotype, William Henry Fox Talbot dengan teknik Calotype, Sir John Herschel dengan penemuan Cyanotype-nya, serta ilmuan-ilmuan lainnya. Hasilnya, fotografi sebagai sebuah ranah visualisasi kini mewarisi puluhan metode cetak yang dahulu sempat mendunia. Kini ide-ide budaya tersebut terabadikan dalam artefak-artefak yang masih dapat dipelajari kembali. Ide-ide itu kini disebut sebagai old photographic processes.
Pameran Imaji #2, yang kali ini bertajuk “Alternative Photographic Processes” merupakan salah satu hasil dari pembacaan kembali artefak-artefak budaya fotografi masa lalu, khususnya ide teknologi cetak foto pada abad ke-19. Dalam pameran ini ditampilkan karya-karya terpilih yang dibuat dengan menerapkan metode cetak fotografi masa lalu, di antaranya cyanotype/blue print, vandyke/brown print, dan gum bichromate. Mengingat kesemuanya merupakan temuan fotografi abad ke-19, berarti para peserta memamerkan foto-foto yang mereka buat secara non-masinal atau “main tangan”. Untuk membuat karya semacam ini, mereka harus terlebih dahulu meracik ramuan bahan kimia agar mendapatkan emulsi peka cahaya, mengaplikasikannya ke atas media yang dijadikan “kertas foto”, serta memprosesnya agar menghasilkan imaji fotografis yang khas dan layak pamer.
Apa yang para peserta lakukan dalam pameran ini pada satu sisi dapat dipandang sebagai suatu upaya rekonstruksi sejarah teknologi cetak fotografi pada masa awal penemuannya. Di sisi lain ia juga dapat dipandang sebagai upaya estetis guna berempati kepada para pendahulu fotografi. Atau dapat pula dibilang bahwa lelaku untuk mendapatkan foto-foto dalam pameran ini merupakan ungkapan rasa penasaran para peserta untuk berkreasi serta bereksperimen dengan media fotografi lama yang “tampak baru” bagi para peserta pameran bila dikontraskan dengan teknologi fotografi masa kini. Hasil dari beberapa cara pandang terhadap old photographic processes tampak dalam karya-karya yang ditampilkan para peserta pameran kali ini. Walaupun tidak semua, karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini cenderung menunjukkan bagaimana old photographic processes dipandang sebagai media bagi anak-anak “muda” dalam berkreasi dengan fotografi “tua”. Selebihnya, masih setia untuk merekonstruksi sejarah teknis. Semangat berkreasi menjadi penyebab mengapa karya ke-27 pengkarya dalam pameran ini terkesan eksperimental. Memandang old photographic processes sebagai sarana bereksperimen ternyata menghasilkan karya-karya yang tidak statis atau monoton. Karya-karya yang disajikan dalam pameran ini dapat dikatakan beragam. Para peserta pameran menampilkan foto-foto dengan tema eksplorasi aspek teknis pencetakan serta menampilkan sintesis antara karakter cetakan ‘lama’ dengan subject matter yang bermuatan jurnalistik. Sebagai contohnya, dalam sebagian foto ditampilkan ‘permainan’ teknis cetak seperti photogram dan foto-foto yang dicetak di atas media nonkertas, sementara di sisi lain, hadir pula foto yang ditampilkan dalam format foto seri yang memiliki nilai cerita.
Sebagai informasi tambahan, dalam pameran ini juga dijabarkan secara singkat beberapa proses cetak fotografi yang digunakan. Ini dilakukan untuk memberi gambaran kepada pemirsa tentang proses yang harus dilakukan oleh para pengkarya dalam pameran ini. Selain itu, juga diselenggarakan mini workshop tentang cyanotype yang diisi oleh Kelompok Kegiatan Mahasiswa KOPPI (Keluarga Old Photographic Processes) ISI Yogyakarta. Tanpa dipungut biaya.
Sebagai penutup dapat disampaikan, bahwa pameran ini merupakan karunia yang luar biasa dari “Sang Maha Kuasa”. Betapa tidak, pameran ini sesungguhnya berangkat dari ide yang sederhana, yaitu ‘hanya’ pameran Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Proses Imaji 2 di Program Studi Fotografi, FSMR, ISI Yogyakarta. Namun berkat semangat dari para peserta, didukung oleh respons yang baik dari lembaga yang menaungi mereka, pameran ini dapat terlaksana di Neo Journalism Cafe, LKBN ANTARA sebuah tempat yang representatif dan telah memiliki nilai sosial dan sejarah yang tinggi. Artinya, pameran ini menjelma menjadi lebih dari sekadar pameran ujian. Ia menjadi pameran seni. Untuk itu, izinkan saya selaku dosen pengampu mata kuliah Proses Imaji 2 serta selaku tim kurator pameran ini menyampaikan rasa terima kasih kepada segenap panitia yang telah bekerja mewujudkan pameran ini; kepada Direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara, Bapak Oscar Motuloh beserta segenap jajaran di LKBN ANTARA atas perkenannya memberikan arahan dan kesempatan kepada para mahasiswa Jurusan Fotografi, FSMR ISI Yogyakarta untuk tampil di Neo-Journalism Café; Marsudi, S.Kar., M.Hum. selaku Dekan FSMR, ISI Yogyakarta; Mahendradewa Suminto selaku Ketua Program Studi Fotografi, ISI Yogyakarta; segenap pengelola LKBN ANTARA; Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, M.F.A., Ph.D., Drs. H. Risman Marah, M.Sn., serta Drs. Alexandri Luthfi selaku tokoh-tokoh di FSMR, ISI Yogyakarta, serta rekan-rekan sejawat di Program Studi Fotografi, ISI atas berbagai kontribusinya dalam pameran ini. Semoga kerja sama seperti ini dapat langgeng dan semakin intens pada kemudian hari.
Kepada para peserta pameran, saya ucapkan selamat berpameran, jagalah semangat ini, jangan cepat puas, apalagi sampai “besar kepala”. Bagikan dan manfaatkanlah pengetahuan yang kalian dapatkan kepada khalayak yang lebih luas, semoga Anda mendapat berkah dan pahala. Kepada para pemirsa pameran, terima kasih telah hadir, selamat menikmati dan mengapresiasi karya-karya fotografi “tua” yang dibuat oleh anak-anak “muda” Indonesia.
Salam,
Rangkaian Acara Pameran IMAJI #2:
Waktu pelaksanaan:
3 – 16 Juni 2016
Pembukaan:
Jumat, 3 Juni 2016, 19.00 WIB
Kafe Neo, Galeri Foto Jurnalistik Antara
Workshop:
“Alternative Photographic Prosseses” Oleh KOPPI
Sabtu, 4 Juni 2016, 10.00 – 12.00 WIB
(Gratis, kuota terbatas), Pendaftaran: Via, Hp: 082354406226
Sarasehan:
Selasa, 4 Juni 2016, 13.00 – 15.00 WIB