11th Jogja-Netpac Asian Film Festival
“ISLANDSCAPE”
Menikmati Film Asia-Pasifik dalam JAFF 2016
Jogjakarta, 24 November 2016, “Kian luas pulau pengetahuan, kian panjang garis pantai keingintahuan,” ujar pemimpin agama Amerika Ralph Washington Sockman. Lebih dari sekadar metafora ihwal pengetahuan, pulau menyimbolkan keterbukaan dan mengandaikan beragam interaksi. Perhelatan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang ke-11 ini memilih “Islandscape” sebagai tema festival yang menggarisbawahi tak hanya keragaman ungkapan artistik dan representasi budaya dalam sinema Asia, tapi juga sebentuk tanda bagi pertukaran dan silang pengaruh budaya sinema di kawasan Asia. Tema Islandscape sekaligus menandai perluasan sinema yang dipromosikan JAFF – yang mulai tahun ini menjangkau wilayah Pasifik. JAFF edisi ke-11 ini akan diselenggarakan pada tanggal 28 November – 3 Desember 2016 di tiga lokasi utama: Empire XXI, Taman Budaya Yogyakarta, Grhatama Pustaka Yogyakarta. JAFF dalam setiap penyelenggaraannya, selalu mengusung tema yang akan menjadi benang merah bagi film-film yang terpilih dan acara diskusi (Public Lecture).
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, JAFF menyelenggarakan beberapa program rutin, yaitu: Asian Feature, Light of Asia, The Faces of Indonesian Cinema Today, Asian Doc dan Layar Komunitas. Asian Feature menyajikan film-film panjang Asia sedangkan Light of Asia mewadahi film pendek yang kini telah menjadi salah satu tren perfilman. The Faces of Indonesian Cinema Today menghadirkan wajah perfilman Indonesia terkini, baik panjang maupun pendek. Asian Doc merupakan program pemutaran film dokumenter Asia yang kami rintis pada JAFF ke-10, kini resmi menjadi program regular. Layar Komunitas merupakan program pemutaran film pendek produksi komunitas film se-Indonesia (Pada tahun lalu, program ini bernama Short Film Splashes). Pada tahun ini JAFF akan dibuka dengan film Salawaku besutan sutradara perempuan, Pritagita Arianegara. “Film Salawaku dipilih sebagai film pembuka karena merefleksikan dengan tepat tema Islandscape yang menjadikan wilayah kepulauan sebagai ilham kreatif pembuat film serta mampu merepresentasikan kepulauan sebagai ruang yang mempertautkan mereka yang memiliki latar budaya berbeda” demikian ujar Direktur JAFF Budi Irawanto. Tak kalah menarik dengan film pembuka, Tahun ini JAFF menghadirkan film dari Kirgizstan, Travelling With Bomb karya Nurlan Abdykadyrov sebagai penutup JAFF.
Tahun ini, JAFF menghadirkan banyak tontonan baru bagi penikmat film dengan menghadirkan 138 film pilihan dari 309 film yang mendaftar dan tercatat terdapat perluasan negara yang ikut serta dalam JAFF pada tahun ini menjadi 27 negara dari tahun sebelumnya 23 negara. Penonton dapat menikmati film-film panjang Asia Pasific dalam program spesial ISLANDSCAPE : Asian Pasific Films. Film panjang Korea dalam Korean Cuts sedangkan film pendek Korea dalam Cuts of Busan Short 2016. Film panjang fiksi, dokumenter dan experimental Jepang dalam program Connect Japan. (O)Zeeing The Neighbour hadir dan mengajak penonton “mengintip” film-film negara tetangga, Australia. Perhatian terhadap pembuat film Indonesia pun hadir melalui film-film karya sutradara perempuan Djenar Maesa Ayu dalam program Focus On Djenar Maesa Ayu. JAFF juga menyelenggarakan program khusus untuk pembuat film Yogyakarta dalam DIY Short 2016, dengan menghadirkan film-film pendek pilihan buatan sineas Yogyakarta.
Seperti kita tahu, pada 4 Juli 2016 jagad film Asia sungguh kehilangan sosok penting karena meninggalnya sutradara besar Iran, Abbas Kiarostami. Di samping meletakkan film Iran di peta sinema dunia, Kiarostami sejatinya telah menjadikan film Asia diapreasiasi sekaligus disegani di seluruh dunia. Karena itu, kami menyajikan program bertajuk “Tribute to Abbas Kiarostami” dengan memutar film Kiarostami terakhir Take Me Home dan dokumenter mengenai Kiarostami bertajuk “76 Minutes” yang dibuat oleh sahabat dekatnya Saifollah Samadian. Lebih jauh, kami menyajikan gambaran sekilas karya generasi pasca Kiarostami dalam “Iranian Independent Films”.
Selain program pemutaran regular dan spesial tersebut, masih ada empat program fringe: Open Air Cinema, Forum Komunitas, Public Lecture dan Workshop. Program Open Air Cinema ada di 3 titik seputar Yogyakarta yaitu Tebing Breksi, Plasa Ngasem, dan Amphiteater Grhatama Pustaka yang tentunya akan memberikan tontonan baru bagi masyarakat. Forum Komunitas Film yang merupakan ajang berkumpul dan diskusi komunitas film dari seluruh penjuru Indonesia yang juga akan diikuti dengan program tambahan yaitu Workshop meliputi Lokakarya Pengelolaan Komunitas Pemutaran oleh Kolektif, Curating & Programming oleh Gertjan Zuilhoff dan Journey from Camera to Screen bersama Focuseducation Workshop. Public Lecture tahun ini hadir berbeda dengan diselenggarakan di beberapa kampus di Yogyakarta. Sejalan dengan film-film yang diputar, Public Lecture mendiskusikan beberapa topik penting, yaitu: Asia Pacific Film Market, Oceanic Culture in Asian and Pasific Cinema, Problems and Prospects of Film Archive in Asia,, Beyond Cinema, Film Education. Menyelenggarakan festival film nyaris menjadi kemustahilan tanpa dukungan tak pernah letih dan antusias dari pelbagai institusi seperti Badan Ekonomi Kreatif, Asia Center Japan Foundation, Korean Cultural Center, Australian Embassy dan Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami sangat berterima kasih pada institusi tersebut yang telah menjadikan JAFF festival film yang berhasil dan bermakna dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, kami menerima penghargaan sebagai festival terbaik dalam ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) tahun ini yang sungguh melecut kami untuk terus-menerus melakukan perbaikan diri dan menjadi yang lebih baik. Pada akhirnya, dengan menjelajahi kepulauan di Asia dan Pasifik secara sinematik, Anda tak hanya menyaksikan kontur geografis yang berbeda-beda, tapi juga lanskap sosial dan kultural yang beragam. Dengan jiwa petualang dan keterbukaan pikiran dalam mengeksplorasi budaya dan wilayah yang tak terpetakan, Anda mungkin akan memperoleh pengertian baru dan pandangan alternatif.
Animo masyarakat terhadap JAFF tahun ini begitu mengejutkan, tercatat 30 menit setelah tiket online dapat diakses film Ziarah karya BW Purba Negara habis terjual. Hal ini bisa dipengaruhi prestasi film tersebut yang baru saja mendapatkan penghargaan Best Film pada ajang Salamindanaw Asian Film Festival 2016 di Filipina. Selain itu tercatat juga beberapa judul film yang tiket onlinenya habis terjual seperti Salawaku karya Pritagita Arianegara, Istirahatlah Kata-Kata karya Yosep Anggi Noen, Worked Club karya Tunggul Banjaransari dan Moammar Emkas Jakarta Undercover karya Fajar Nugros dalam Program The Faces of Indonesian Cinema Today dan Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo. Saat ini JAFF memberlakukan 2 sistem pembelian tiket yaitu secara online melalui arenatiket.com dan secara offline yang dapat dibeli penonton di setiap venue pemutaran.
Maka, mari kita rayakan keluasan bentang pulau (Islandscape) di Asia dan Pasifik lewat lensa
sinematik dan nikmatilah festival!
*****
Informasi lebih lanjut :
Website: www.jaff-filmfest.org
Twitter & Instagaram : @JAFFJogja
Lidia (0853 3000 0600)