KARYAWISATA
Aulia Yeru, Eldwin Pradipta, Irfan Hendrian, Nomas Kurnia, Theo Frids Hutabarat, Zaldy Armansyah
12 – 28 April 2015
kurator: Chabib Duta Hapsoro
Pembukaan:
Minggu, 12 April 2015, 19.00 WIB
Jogja Contemporary
Diskusi/Artists Talk:
Lalu Lintas Pengetahuan Seni Rupa Bandung – Yogyakarta
Kamis, 9 April, 16.00 – 18.00 WIB
Indonesian Visual Art Archive (IVAA)
Jalan Ireda, Gang Hiperkes MG I/ 188 A-B
Kampung Dipowinatan, Keparakan
Yogyakarta 55152
Jogja Contemporary dengan bangga mempersembahkan pameran Karyawisata. Dalam konteks sejarah pembentukannya, seni rupa Bandung dan Yogyakarta terbedakan dalam langgam dan pendekatan estetik. Secara singkat, umum dan sedikit stereotipikal, dapat dijelaskan bahwa seni rupa Yogyakarta dibentuk dengan pendekatan realisme sosial yang akhirnya terinstitusi pada lembaga pendidikan seni rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Di sisi lain seni rupa Bandung dirintis dengan pendekatan formalisme seni rupa modern yang terlembagakan secara akademis di Institut Teknologi Bandung (ITB). Konteks kesejarahan itu pada akhirnya membentuk identitas dua kutub seni rupa tersebut.
Pernyataan ini tidak bermaksud mendikotomikan seni rupa Bandung dan Yogyakarta hanya terkait pada keberadaan dua institusi pendidikan seni rupa itu. Namun sedikit banyak, ITB dan ISI Yogyakarta mempengaruhi corak seni rupa Bandung dan Yogyakarta, baik dalam konteks estetik maupun sosiologis. Secara kasat mata kita masih mampu menemukan perbedaan di antara seni rupa Bandung dan Yogyakarta oleh karena tradisi yang merupakan formulasi dari institusi pendidikan, kebiasaan dan cara berpikir yang dilangsungkan oleh para pelakunya secara turun temurun dan bertahun-tahun.
Pameran Karyawisata memiliki sebuah pendekatan khusus. Para seniman partisipan menempuh prosedur penciptaan karya yang spesifik. Mereka akan menjalani karyawisata di Yogyakarta selama beberapa waktu dengan melakukan kunjungan ke beberapa seniman senior yang sedikit-banyak menjadi rujukan kekaryaan mereka. Awalnya, mereka mengunjungi seniman-seniman itu bersama-sama. Setelah itu, secara khusus setiap partisipan berinteraksi dengan masing-masing seniman rujukan yang berorientasi pada pengayaan kekaryaan mereka sendiri. Theo Frids Hutabarat akan melakukan studi kepada Jumaldi Alfi dalam pengayaan praktik melukis dan perspektif otentik Alfi mengenai lukisan kontemporer. Dengan Jompet Kuswidananto, secara intensif Eldwin Pradipta akan melakukan studi mengenai praktik riset dalam penciptaan karya seni. Nomas Kurnia akan belajar kepada Uji “Hahan” Handoko mengenai praktik brandingdalam seni rupa kontemporer Indonesia. Irfan Hendrian akan menimba ilmu kepada A.T. Sitompul mengenai pengembangan dan urgensi seni rupa abstrak sekarang ini. Menemui Eko Prawoto, Aulia Yeru akan memperdalam pemahamannya mengenai konsep ruang, keruangan dan materialitas. Zaldy Armansyah akan belajar kepada sastrawan Joko Pinurbo untuk lebih mengerti persoalan struktur dan makna dalam karya seni.
Selain dalam konteks pengayaan teknik dan pengetahuan, metode kuratorial Karyawisata sebetulnya menekankan sebuah asumsi di mana identitas bukanlah suatu hal yang ajeg dan terus berkembang. Identitas estetik Mazhab Bandung maupun Yogyakarta yang saat ini berakhir sebagai mitos dan melahirkan stereotip-stereotip, secara tidak langsung dikonfirmasi dan diluruskan melalui dialog-dialog di antara seniman-seniman ini. Dialog-dialog ini pada akhirnya juga melahirkan perjumpan-perjumpaan perspektif, situasi dan cara berpikir spesifik termutakhir yang dianut para seniman yang mewakili lokus geografis dan sosiologis seni rupa Bandung dan Yogyakarta.
Karyawisata diartikan bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan. Dalam konteks aslinya, karyawisata memberi kesempatan kepada murid-murid untuk belajar di luar setelah selama satu semester mengalami kepenatan belajar di ruang kelas.
Dengan cara dan metode yang beragam pada seniman ini belajar kepada para seniman-seniman narasumber Yogyakarta yang lebih senior secara usia dan pengalaman dalam dunia kesenian. Karyawisata secara naif memang menjadikan istilah “belajar”, “menimba ilmu” dan “berguru” sebagai metode penciptaan karya seninya. Saat selesai mengikuti program karyawisata di sekolah dulu, kita selalu ditugaskan oleh guru untuk mengumpulkan makalah atau apapun yang merefleksikan proses belajar tersebut. Pameran ini juga menghendaki bahwa seniman muda ini akan mampu berefleksi setelah menjalani proses belajar bersama seniman-seniman senior tersebut melalui karya-karya seni di ruang pamer.
Chabib Duta Hapsoro
Kurator Pameran
—
____________________
Rismilliana Wijayanti
phone +62818260134
EXHIBITION:
KARYAWISATA
12 – 28 April
Mailing Address:
Kompleks Jogja National Museum
Jl. Prof Ki Amri Yahya no 1, Gampingan
Yogyakarta 55167
Indonesia
Open: Monday – Saturday 10.00 – 17.00