PRESS RELEASE
PISOWANAN AGUNG RAKYAT JOGJA ISTIMEWA
“JOGJA GUMREGAH”
Launching Rebranding Jogja
Pagelaran Keraton Yogyakarta, 7 Maret 2015
Hari ini rakyat Yogyakarta berpesta, “Jogja Gumregah” launching Rebranding Jogja dalam bentuk
Pisowanan Agung dan berbarengan dengan Pengetan Jumenengan Ke-26 Sri Sultan HB X. Seluruh
lapisan masyarakat Yogyakarta berkumpul di Alun-Alun Utara dan Pagelaran Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Acara yang berlangsung Sabtu (7/3) ini merupakan wujud partisipasi
masyarakat Jogja dalam hajatan besar pesta rakyat diluncurkannya brand baru Jogja Istimewa.
Rangkaian acara Jogja Gumregah ini diawali dengan Kirab Budaya yang diikuti sebanyak 4000 peserta
yang terbagi dalam 60 kontingen yang berasal dari berbagai komunitas dan lapisan masyarakat dari
berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kirab Budaya dimulai tepat pukul 14.00 dari titik
start Taman Parkir Abu Bakar Ali – Jl. Malioboro – Jl. Margomulyo – Jl. Pangurakan – Alun-alun Utara
dan berakhir di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Hujan yang mengguyur Jogja tidak menyurutkan
minat masyarakat menjadi saksi sejarah baru Jogja.
Kontingen terakhir Kirab Budaya tiba di Pagelaran Keraton Yogyakarta tepat pukul 15.50, rangkaian
acara di panggung utama dibuka. Persembahan “Dance of Sabdatama” menjadi penampil pertama di
panggung utama Pagelaran Keraton Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan Gending Rajamanggala,
iringan musik gamelan yang menyertai kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Para tamu undangan dari semua wilayah kabupaten / kota di DIY dan masyakarat membaur menjadi
satu di Pagelaran Keraton. Sebagian besar masyarakat mengenakan busana adat Yogyakarta duduk
bersila sowan menghadap Sri Sultan HB X. Hal ini menjadi nilai sakral dan budaya yang wajib dijaga.
Rakyat dengan antusias menyambut kedatangan Sri Sultan HB X di Pagelaran Keraton.
Agenda kedua dalam Pisowanan Agung ini adalah penyerahan piagam logo Jogja Istimewa oleh Tim
11 –Tim yang ditugaskan untuk membantu memfasilitasi partisipasi warga dalam Rebranding Jogja–
yang diwakili oleh Herry Zudianto selaku koordinator. Dan penyerahan brand guidance oleh
Hermawan Kertajaya sebagai konsultan kepada Sri Sultan HB X. Kemudian dilanjutkan dengan
penyerahan penghargaan secara simbolis oleh Sri Sultan HB X kepada Tim 11. Dan penyerahan
penghargaan kepada beberapa perwakilan penyumbang ide logo dan beberapa wakil penyumbang
tagline Rebranding Jogja. Wakil yang hadir menerima penghargaan diantaranya Aditya Wardani,
Dedi Purnomo Sari, Hartanto, Reiga B Tom, Yohanes Kristianto dari penyumbang ide logo dan
Andrian Tri Prasetyo, Bayu Aji Pamungkas, Ebdi Aditama, Isyudi dari penyumbang ide tagline.
Jogja Gumregah ini juga sekaligus memperingati Jumenengan ke-26 Sri Sultan HB X. Dalam pidato
sambutannya, Sri Sultan HB X menyampaikan pernyataannya untuk selalu menunaikan misi
“Hamangku, Hamengku, dan Hamengkoni” bagi Rakyat Yogyakarta. Meski iklim sosial-politik sudah
berbeda, tetapi “ruh” keIstimewaannya tetap sama. Sri Sultan HB X akan tetap konsisten, “oramingkuh”, untuk meneguhkan tekad dan mewujudkan Ikrar: “ Sebuah Tahta dan menjadi Sultan
hanya demi Kesejahteraan Rakyat”.
Makna dari peringatan ke 26 Jumenengan ini yang digelar bersamaan dengan Pisowanan Agung,
sebuah Gerakan Kebudayaan yang sekaligus ditandai pencanangan logo “Jogja Istimewa”. Logo Jogja
Istimewa dilukiskan dengan huruf kecil, melambangkan semangat egaliter, kesederajatan,
persaudaraan dan kesetiakawanan sosial antara Keraton dengan Rakyat Yogyakarta. Warna “merah
raja” menyimbolkan semangat keberanian untuk mewarnai zaman baru, Renaisans Yogyakarta,
kembangkitan kembali “Semangat Yogya” guna menuju kesejatian “Jogja Istimewa”.
Sri Sultan HB X dalam pidatonya juga mengajak pemerintah kota dan kabupaten untuk mengangkat
pamong budaya berbasis masyarakat kampung untuk ikut mengatur lalu lintar agar tercipta Jogja
yang tidak semrawut. Selain itu, Sri Sultan HB X juga mengajak seniman-budayawan untuk berkreasi
dengan memberikan warna Istimewa, baik berupa ornamen, patung dan seni instalasi sebagai street
furniture untuk mengukuhkan karakter dan ciri khas “Jogja Istimewa” dengan dibarengi
menghidupkan kembali kantung-kantung budaya di kampung-kampung, sehingga tercipta suasana
kehidupan berkebudayaan menuju peradaban baru.
Setelah menyampaikan pidatonya, Sri Sultan XB X menyerahkan Branding Book kepada para kepala
daerah sebagai simbol amanat dan kesepakatan bersama antara Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten. Kemudian dilanjutkan penandatanganan
prangko edisi khusus yang dikeluarkan PT Pos Indonesia dalam rangka Jogja Istimewa oleh Sri Sultan
HB X.
Doa bersama dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh Sri Sultan HB X yang diserahkan kepada kepala
daerah Kabupaten dan Kota. Nasi tumpeng sebagai simbol perwujudan syukur kepada Tuhan YME.
Kurang lebih 120 nasi tumpeng persembahan rakyat kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir dan jadi saksi perubahan baru Jogja. Dan
berlangsunglah acara Kembul Bujono atau makan bersama Sri Sultan HB X dan rakyat. Sebuah
peristiwa yang sangat jarang terjadi.
Hujan yang semakin deras pun mengiringi penampilan Jogja Hip Hop Foundation dalam menutup
rangkaian acara launching Rebranding Jogja dengan lagu “Jogja Istimewa” dan “Cintamu Tak Sepahit
Topi Miring”. Masyarakat Jogja tidak beranjak hingga akhir rangkaian acara.
“Saya berharap bahwa proses rebranding Jogja yang penuh drama ini menjadikan refleksi bagi kita
semua, bahwa rakyat perlu diajak rembugan untuk beberapa persoalan dan tantangan yang akan
dihadapi Jogja kedepan. Jika model partisipasi warga seperti ini terus berlanjut, pasti Jogja bisa
semakin istimewa. Jelek-jelek, sebagai warga kita ini gak bodoh-bodoh banget, koq” – Butet
Kartaredjasa
Logo Jogja Istimewa berikut filosofi yang terkandung di dalamnya adalah tantangan bagi Jogja untuk
bisa membuktikan keistimewaannya. Perlu semangat golong-gilig di mana para pemimpin dan
rakyat bersatu untuk membangun Jogja yang benar-benar istimewa melalui gerakan Jogja
Gumregah itu” – Herry Zudianto
“Logo baru Jogja Istimewa baru menyumbang 1% dari kesuksesan branding. 99% -nya lagi
dibutuhkan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat untuk menjadikannya citizen branding yang
bisa dibanggakan” – M. Arif Budiman
“Kalo sudah punya logo, lalu apa lagi ? Kalo produknya busuk kan branding tidak ada artinya?!
Dengan tagline ‘istimewa’, sekarang pemerintah Jogja tersandera untuk membuktikan. Harapannya
‘istimewa’ bukan hanya status politik, tapi merupakan roh kehidupan yang bisa dirasakan setiap
lapisan warganya” – Marzuki Mohamad
Salam Istimewa,
Tim Media “Jogja Gumregah”
Diendha Febrian 0817271109
Ovie Ermawati 085640829376
Tovic Raharja 081802799911
Berhard Awuy 085643069572