KLa Project – Konser Satu Hati: Jogjakarta Aku Kembali
Jika ada musisi atau group yang mulai memunculkan karyanya di tahun 80an dan sampai sekarang masih eksis, aksi panggungnya ditunggu banyak orang dan masih mengadakan show, salah satunya adalah KLa Project.
KLa Project yang fenomenal pada saat pertama kali muncul di dunia industri musik Indonesia pada tahun 1988 dengan single nya saat itu, Tentang Kita, memang group yang inovatif. Di tahun 80an, ketika pendengar musik Indonesia termanjakan oleh pop kreatif yang disuarakan oleh Chrisye, Vina Panduwinata, 2D, Ruth Sahanaya maupun yang mulai akrab dengan musik jazz macam Krakatau, Karimata, Bhaskara, Emerald dan lain-lain, mendapatkan suguhan baru dari musik yang dimainkan KLa Project.
Selain musik yang memasukkan unsur techno dan bersifat progresif, lagu-lagu KLa Project menjadi istimewa karena liriknya yang sangat puitis dan bernilai sastra. Lirik lagunya tak eksplisit, yang sekali dengar sudah bisa dimengerti artinya. Perlu “pencernaan” lebih dalam untuk memahami tema lagu-lagu mereka. Dan, kehadiran lagu Yogyakarta di album Kedua KLa Project (1990), telah menancapkan KLa Project sebagai super group saat itu. Lagu Yogyakarta sudah menjadi image yang menempel lekat pada KLa Project.
Sejak saat itu, karya-karya KLa Project laris manis. Pendengar musik Indonesia tak perlu menunggu mengenal semua lagu dari satu album untuk memutuskan membeli kaset mereka. Radio yang saat itu menjadi media terdepan untuk mendengarkan lagu-lagu, sering memutar lagu-lagu KLa Project. Request lagu-lagu KLa Project di radio membuat penyiar radio kewalahan memutar lagu mana karena pendengar memilih lagu-lagu KLa Project yang berbeda. Tiap pendengar tak terfokus pada satu lagu yang sedang hits. Masing-masing pendengar KLa Project memiliki cerita sendiri dari lagu-lagu mereka yang sesuai dengan kondisi mereka. Tinggal pilih mana yang lebih “jleb” buat mereka masing-masing.
Live show mereka selalu dinanti dan ketika berada di tempat pertunjukan yang terjadi adalah karaoke berjamaah. Jelas ini adalah sebuah ukuran betapa mereka sukses membius pendengar musik Indonesia. Dan, penggemar KLa Project pun terangkul & terangkum dalam sebuah wadah dan disebutlah mereka KLanese. KLanese selalu memenuhi pertunjukan mereka.
Begitu halnya dengan show mereka di Yogyakarta, 8 Desember 2012, dua hari yang lalu. Konser yang bertajuk Konser Satu Hati: Jogjakarta Aku Kembali ini benar-benar ditunggu para KLanese yang terakhir kali menyaksikan pertunjukan KLa Project di kota “pulang ke kotamu” dua tahun lalu, 5 Juni 2010 pada tajuk KLa Returns With Love setelah rencana konser KLa Project pada 11 Maret 2012 yang bertajuk Romantic Groovy Night Concert batal.
Konser yang juga menghadirkan group Violet, yang bernaung di bawah bendera KLa Corp dan juga Ada Band ini memang benar-benar ditunggu. Satu bulan sebelum hari H, publikasi sudah menyebar lewat media jejaring sosial Facebook dan Twitter. Diperkirakan sekitar 1000 penonton berada di Ballroom Sahid Rich Hotel Yogyakarta. Penonton yang tercampur baur antara KLanese dan Armada (fans Ada Band) terdiri dari mereka yang berusia 40an sampai belasan (ABG). Jelas bahwa kelompok usia established merupakan KLanese dan para ABG sampai usia baru lulus mahasiswa adalah Armada. Toh, kedua kelompok umur tersebut sama-sama menjadi penonton yang baik. Mereka bisa berkaraoke berjamaah ketika Ada Band & KLa Project tampil.
Konser dibuka oleh Violet, group dengan tiga cewek yang semuanya memainkan biola sambil bernyanyi dan berkoreografi. Sebagai group baru, binaan dan berada di bawah satu bendera dengan KLa Project, group ini memang belum begitu melekat dengan penonton namun penampilan mereka terbilang rapi dan tak mengecewakan. KLanese bisa mengikuti mereka karena mereka membawakan Bahagia Tanpamu milik KLa Project yang mereka bawakan dalam album A Tribute to KLa Project. Sebagai group baru, mereka masih punya banyak waktu untuk mematangkan diri agar bisa menjadi group yang dinantikan penampilannya.
Setelah Violet, tampil Ada Band. Para Armada kali ini menunjukkan tajinya ikut bernyanyi lagu-lagu yang dilantunkan oleh Donnie bersama Dika pada bass, Marshal pada gitar dan Adhy pada drum. Mereka membawakan 12 lagu. Lagu-lagu yang akrab terdengar membuat penonton juga ikut bernyanyi. Mereka membuka dengan Pemain Cinta, dilanjutkan Karena Wanita, sebuah medley (Jadikan Aku Raja & Nyawa Hidupku), Surga Cinta, Masih, Haruskah Kumati, Yang Terbaik Bagimu, Takkan Bisa, Manusia Bodoh, Langit 7 Bidadari, Pemujamu, dan Kau Auraku menjadi penutup penampilan mereka.
Penampilan Ada Band yang memiliki karya-karya berkualitas tak mengecewakan. Usia perjalanan karir mereka selama 15 tahun (sejak 1997) memang tak bisa membohongi bahwa mereka terus beranjak matang. Mereka memiliki fans yang tak kalah setia dengan KLanese yang tak sabar menunggu KLa Project yang muncul sebagai band yang ditunggu.
KLa Project membuka show nya dengan Satu Kayuh Berdua dari album Ungu (1994) dilanjutkan dengan Bantu Aku (Kedua, 1990). Wajar jika penonton tak henti-hentinya ikut bernyanyi. Mereka memang rindu pada KLa Project. Begitu mendengar intro musik Menjemput Impian (KLasik, 2000), sebagian penonton berteriak histeris. Selepas Menjemput Impian, Katon Bagaskara memberikan sedikit speech untuk menghantarkan lagu berikutnya, Cinta Bukan Hanya Kata, yang diambil dari album terbaru, eXellentia (2010). Meskipun lagu ini relatif baru dibanding lagu-lagu lain, toh para KLanese ikut berdendang.
Setelah itu, mereka membawakan Baiknya (Kedua, 1990). Sebuah lagu yang jarang dibawakan pada live performance KLa Project. Dan ketika intro Romansa (V, 1995) mengalun, penonton kembali histeris. Sedikit di luar kebiasaan, kali ini Lilo yang menyanyikannya. Inilah kejutan yang selalu saja ada dan baru dalam setiap penampilan KLa Project. Setelah lagu Romansa, ada ruang buat Adi memainkan keyboard secara solo. Setelah Adi memainkan tuts keyboard selama hampir dua menit (tepatnya menit ke 1:50) dan nada berikutnya terdengar akrab bagi KLanese, histeria berlanjut. Mereka tau, mereka hafal, ini adalah lagu Semoga dari album Kedua (1990). Tak dapat dihindari dan tak dapat dicegah, seisi ruangan bersama-sama dengan Katon menyanyikan lagu itu.
Setelah selesai dengan lagu Semoga yang begitu syahdu, panggung langsung dihentakkan oleh intro Lagu Baru (masih dari album Kedua) yang begitu riang. Di komposisi ini, panggung menjadi begitu ramai dengan tambahan tiupan saxophone dan gesekan biola. Musiknya menjadi lebih “gurih” dan ramai! Tak usah ditanyakan apakah para penonton ikut menyanyi. Mereka sepakat untuk “lupakanlah problema, anggap saja tiada” dengan iringan musik yang sesekali terdapat improvisasi sedikit dangdut. Para pemain musik pun jadi “gila”. Mereka ikut berjingkrak di panggung. Selesai menghentakkan isi ruangan dengan musik yang ramai, KLa Project melagukan Gerimis (KLakustik #1, 1996). Dan setelah Gerimis, lagu lain yang ditunggu KLanese muncul. Tak Bisa Ke Lain Hati (Pasir Putih, 1992). Dan, jangan heran jika penonton ikut bernyanyi terutama pada bait….. “Sungguh kuakui, Tak bisa ke lain hati…. Sungguh kuakui…. Tak bisa ke lain hati…”
Apalagi yang ditunggu dari KLa Project? Tak lain tak bukan adalah Yogyakarta (Kedua, 1990). Mengalunlah lagu ini setelah Tak Bisa Ke Lain Hati. Biasanya, lagu ini menjadi penutup konser KLa Project, khususnya ketika manggung di kota ini. Tapi, kali ini konser ditutup dengan lagu Tentang Kita (KLa Project, 1989) yang mempopulerkan nama mereka di dunia musik Indonesia. Dan ketika mereka selesai menyanyikan lagu ini, mereka turun dari panggung. Tapi KLanese tak menyerah. Mereka tanpa dikomando meneriakkan “lagi….lagi….lagi….lagi….lagi…..” sepanjang-panjangnya sampai KLa Project balik ke panggung. KLa Project memang tak pernah membuat KLanese pindah ke lain hati. Mereka memiliki komitmen pada fans nya. Dan, mengalunlah lagu Terpuruk Ku Di Sini (Ungu, 1994). Setelah selesai, Katon Bagaskara, Lilo Radjadin dan Adi Adrian bersama ke tengah panggung, membungkuk, memberi hormat pada penonton dan mendapatkan pujian balik dari penonton yang nampaknya belum puas dengan 13 lagu. Mereka ingin lebih karena masih ada beberapa lagu hits yang tak dibawakan malam itu. Konser dibuka dan ditutup dengan lagu-lagu dari album Ungu (1994), album dimana Ari Burhani tak lagi menjadi pemain drum di KLa Project.
Penonton harus pulang. Panggung harus ditutup, lampu harus dimatikan dan penonton membawa kenangan indah malam itu. Personil KLa Project menuju ruang artis dan semuanya berteriak gembira. Mereka dapat merasakan energi positif dari penonton dan menganggap konser ini benar-benar sebuah sukses. Penonton puas! Katon pun terduduk di sofa dan berujar: “Anda puas, saya lemassss” dan wajahnya memerah beserta tetesan keringat yang mengucur.
Sementara Katon Bagaskara, Lilo Radjadin dan Adi Adrian rehat di antara orang-orang yang berada di ruang artis, para KLanese masih setia menunggu mereka keluar. Mereka masih ingin berinteraksi dengan idolanya. Lilo dan Adi berjalan menghampiri mereka dan bercakap-cakap sementara Katon yang energinya terkuras paling banyak masih membutuhkan waktu untuk relaksasi. Banyak dari KLanese yang ingin bersalaman dan berfoto. Dan, Lilo & Adi bersedia melayani permintaan mereka. Dan ketika Katon sudah beranjak menuju kamar untuk beristirahat, sebagian KLanese yang masih menunggu berkesempatan foto bersama Katon dan Lilo karena Adi sudah naik ke kamar untuk ganti baju karena keringat yang membasahi bajunya di pertunjukan yang berdurasi hampir dua jam itu.
Yang menarik dari setiap penampilan KLa Project adalah mereka selalu tampil dengan aransemen berbeda. Pada penampilan malam itu, kesan progresif begitu jelas terdengar. Musik mereka “crunchy”. Dengan tambahan iringan saxophone dan biola oleh Ava (personil Violet) musik mereka jadi rame. Perjalanan karir mereka yang sebentar lagi seperempat abad tak menunjukkan penampilan mereka menjadi “letoy”. Inilah bukti bahwa KLa Project memang inovatif, kesan yang muncul ketika pertama kali mereka tampil dengan single pertamanya, Tentang Kita di tahun 1988. Kalaupun ada yang kurang dari pertunjukkan ini, sifatnya lebih teknis. Beberapa kali terdengar suara feedback ketika Katon bernyanyi. Tata lampu konvensional dan tak memanjakan fotografer untuk bisa mendapatkan gambar yang lebih colorful. Ada baiknya juga jika MC yang dipilih adalah MC tuan rumah, yang lebih menguasai kultur dan kebiasaan Yogyakarta.
Waktu menunjukkan pukul 00:15. Sudah 15 menit lewat dari tenggat waktu sang kereta kencana dan Putri Cinderella berubah bentuk aslinya menjadi tikus, labu dan Cinderella yang berbaju coreng moreng. Hari tlah menjadi Minggu, semua butuh waktu untuk istirahat namun KLanese tetap tak bisa ke lain hati dan menunggu pertunjukan KLa Project lagi. Mereka ingin personil KLa Project berujar: “Jogjakarta Aku Kembali” seperti yang terpampang pada poster publikasi event ini.
Pengagum Berat Mahakarya KLa Project
Tulisan ini juga dimuat di sini.