ARTIFICIAL IS EVERYTHING: BRONXINC SEASON #6 LAUNCHING
“Artificial is Everything” Keterangan: Adalah sebuah pertunjukan pameran seni rupa yang di kemas santai dengan tambahan suguhan musik EDM dimaksudkan untuk merayakan peluncuran SEASON 6 dari BRONXINC. Peserta Pameran: – Ahmad Oka – Muchlis...
AN INTIMACY VOL. 9: ELECTRONIC EDITION
An Intimacy Vol. 9: Electronic Edition “Splattering The Space” Sukses hingga edisi kesembilan, An Intimacy kembali hadir membawa konten spesial. Kini giliran Colorfast, Mocha Addict, Europe in de Tropen, dan Homogenic yang akan meramaikan An Intimacy Vol. 9: Electronic Edition, tanggal 12 Juni 2015. Lou Belle Shop (Jl. Dr. Setiabudhi no. 56) kembali didaulat sebagai venue pertunjukkan. An Intimacy Vol. 9 akan memaksimalkan potensi ruangan, musik, dan konten visual sesuai dengan tagline ‘Splattering The Space’. Acara ini mengangkat konsep Boiler Room, bersinergi dengan visual mapping, dan flow musik yang pas. Diharapkan, penonton dapat merasakan pengalaman berbeda dalam menonton sebuah micro-gig musik. “Kita memang butuh regenerasi seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, bahkan kalau bisa sampai ke ranah sub-genre. Ya, dalam hal ini electronic music.” Ucap Marine Ramdhani dari FFWD Records. Berikut sedikit informasi mengenai line-up An Intimacy Vol. 9: Electronic Edition; Colorfast adalah band synthpop beranggotakan Nadia Primadini, Muhammad Fadhil Muawwal, dan Cahya Sofyan yang baru saja merilis single berjudul ‘Lo-Fi Love’. Kemudian ada Mocha Addict, pengusung musik ambient – future bass – down tempo, yang mendapat influence besar dari music production Jepang. Keduanya akan berbagi panggung bersama dua nama senior yang sudah tidak asing lagi, Europe in de Tropen dan Homogenic. Tetap pada visi bekerja sama dengan elemen kreatif lain, An Intimacy Vol. 9 didukung oleh artwork karya Donny Pandega, visual mapping dari UVISUAL, serta berbagai food tenant, merchandise booth, dan brand clothing lokal. Hal ini disususn demi menciptakan budaya positif dalam skena kreatif Bandung hingga Indonesia. Dwi Lukita
LOLENLONES RILIS SINGLE BARU “HEDONESIA”
LOLENLONES RILIS SINGLE BARU “HEDONESIA” Sebuah perhelatan panjang, band yang berdiri 2005 dengan nama yang sulit untuk dilafalkan “LOLENLONES”, Gober (Drumer), Desi Nugroho (Bass), Kharisma (Gitar), Roni (Keyboard). Akhirnya mengeluarkan single terbarunya “Hedonesia”. Hedonesia...
DIORAMA LABUH IMAJINASI
Diorama Labuh Imajinasi “Melabuhkan Nusantara Dalam Keintiman Imajinasi” The Curious Band – Relung Band – Teater Amarta dan Seniman Muda di Jogjakarta mempersembahkan “Diorama Labuh Imajinasi”, sebuah acara pertunjukan yang mengkolaborasikan seni musik dengan seni pertunjukan teater, pantomime, seni tari dan kemudian diintepretasikan dalam bentuk karya rupa melalui media batik tulis pada hari Jum’at, 5 Juni 2015 di Pendopo Paseban Rt.05 Kersan Tirtonirmolo Kasihan Bantul, Yogyakarta. Berakar dari sebuah niat untuk membuat sebuah pertunjukkan dengan ruang yang tanpa batas, “Diorama Labuh Imajinasi” kemudian mengawinkan berbagai aspek dalam ruang kesenian. Diorama merupakan sebuah gambaran dari keadaan yang sesungguhnya berupa masa lalu yang tak bisa diubah dan harapan masa depan yang seakan masih tampak semu. Gambaran keadaan tersebut kemudian dilabuhkan dengan keberagaman yang memadukan antara bunyi-bunyian modern dari The Curious Band ( Essa Solomon R , Alan Baharani, Lukius Arifin, Ruben Betarushi, Samuel Bezaliel Sitohang) dengan bunyi-bunyian Relung Band (Ridho Dwi Satriadi, H. Andy Krisnanto, M. Gilang Setiawan, Setyawan Budhidarma, Tabitha Banu Krisnanti) yang memadukan sisi tradisi dengan sentuhan nuansa Jawa. Repertoar dari ke dua group tersebut memiliki kesamaan dalam konteks yaitu tentang sebuah proses perjalanan diri dengan berbagai keresahan dan kegelisahan hingga akhirnya menemukan jawaban-jawaban atas dirinya sendiri. Proses perjalanan diri tersebut kemudian disambut oleh Nunung Deny Puspitasari dari Teater Amarta dengan tangkapan ide mengenai penggambaran keadaan sesungguhnya hingga akhirnya proses perjalanan diri melabuhkan imajinasi bersama Dian Adi Mardiyanto (Violin), Febri Kriswanto ( Pantomime), Megatruh Banyu Mili ( Tari), Shinta Kusumasari (Teater). Kemudian Joan Widya Anugrah ( Seni Rupa) mempertemukan unsur bunyi-bunyian, gambaran keadaan sesungguhnya tentang proses perjalanan diri pada Diorama Labuh Imajinasi pada sebuah rupa yang berupa Batik Tulis. Perjalanan diri “Diorama Labuh Imajinas” mengambil sebuah tokoh bernama “wAKtU”. Ketika “wAKtU” lahir, dirinya mulai belajar tentang laku manusia. Laku pikiran, perkataan dan perbuatan membuatnya belajar mengenal ketidaktahuan dan mengenal Tuhan. Sebagai seorang yang lahir di tanah jawa, ungkapan “adigang, adigung, adi guna” merupakan sebuah tegesan dalam komposisi Warana – Relung Band. Dalam sebuah perjalanan untuk menemukan, munculah banyak pertanyaan yang mengharapkan jawaban, namun tidak semua jawaban dalam pertanyaan dapat dinyatakan dalam kata-kata. “wAKtU” mulai lelah mencari, kemudian berkaca dalam diri hingga akhirnya mampu menumbuhkan harapan yang membawanya pada sebuah tempat peristirahatan. Harapan bagi manusia itu sama seperti sebuah mimpi. Harapan, mimpi ataupun asa mampu menjadi zat pembolak-balik rasa. Posisi larut pagi, “wAKtU” terus berpikir tentang dunia yang ideal namun dirinya merasa sulit untuk menuangkannya. Segala sesuatu hanya berada terbatas dalam imajinasinya saja hingga membuat dirinya terjaga dalam sepi. Secangkir kopi belum mampu menggambarkan dunia yang ideal, kepulan asap rokok hanya mampu menjadikan imajinasinya semakin bebas. “wAKtU” pun menepi dalam diam, dan dirinya terus ber- Reaksi Kimia – The Curious bersama imajinasinya. Dalam sebuah rotasi perjalanan, akhirnya “wAKtU” menyadari bahwa perjalanan itu tentang dirinya sendiri. “wAKtU” lah jawaban dari seluruh perjalanan imajinasi yang membuatnya kosong, tak berdaya, hilang arah dan merasa bodoh. Perjalanan “wAKtU” bukan untuk dunia karena dunia memiliki jawaban atas berbagai pertanyaan tentang dunia itu sendiri.
MERAH BERCERITA MERILIS ALBUM SELF TITLED
Memaknai “Merdeka” Lewat Nada Setelah berproses hampir setengah dekade dari lahirnya Merah Bercerita. Akhirnya Merah Bercerita meluncurkan album perdananya yang berjudul “Merah Bercerita”. Usai merilis single terbarunya “Derita Sudah Naik Seleher”, kini album dari band yang digawangi Fajar Merah (Vokal/Gitar), Gandhiasta Andarajati (Gitar), Yanuar Arifin (Bass) dan Lintang Bumi (Drum) siap untuk dinikmati. Buah dari berproses dalam menempa nada, mencerna arti dan mengenyam manis-pahitnya kehidupan di usung dalam musik yang beragam warna. Di “Merah Bercerita“ judul album ini, berisikan sepuluh lagu yang bernuasa paduan musik rock, balada, keroncong dan punk. “Ini bentuk pengungkapan tentang apa yang kami pikirkan melalui musik” kata Gandhi. “Musik yang kami usung, merupakan penggambaran jiwa yang merdeka” imbuh Fajar Merah. Sebagai band yang berjalan di jalur indie, Merah Bercerita menggarap album ini secara mandiri. Album ini telah dikerjakan sejak Agustus 2014 hingga Januari 2015, namun karena penggarapannya yang mandiri, sehingga Merah Bercerita harus mengatur jadwal manggung agar bisa menyesaikan peluncuran album ini. “Ini adalah ketulusan kami berproses untuk mencapai tujuan kami yaitu, berbagi” ujar Yanuar. Album perdana “Merah Bercerita” ini di garap di salah satu studio lokal kota Solo, dibantu oleh Budi Pasadena sebagai sound engineer. Album yang diproduseri oleh Merah Bercerita ini, menggandeng beberapa kawan untuk ikut berpartisipasi. Seperti, sampul album yang di buat oleh Irham Adi P, booklet oleh Alfin Ardian dan logo Merah Bercerita oleh Gege Saga. “Semoga dengan lahirnya album ini bisa di terima oleh masyarakat luas dan mereka paham akan apa yang kami sampaikan dalam karya-karya kami” ungkap Lintang. Didalam album ini, Merah Bercerita juga mengangkat isu menolak lupa tentang kasus-kasus pelanggaran HAM. Seperti yang tergambar di beberapa lagu mereka yang berjudul “Bunga dan Tembok”, “Derita Sudah Naik Seleher”, “Kebenaran Akan Terus Hidup” dan “Apa Guna”. Lagu-lagu tersebut merupakan musikalisasi puisi karya Wiji Thukul. Tokoh pejuang HAM ini merupakan salah satu tokoh yang menjadi inspirasi mereka. Lagu-lagu tersebut didedikasikan kepeda para aktivis HAM seperti Wiji Thukul, Munir, Marsinah, dan aktivis HAM yang lainnya. Kasus-kasus pelanggaran HAM, penculikan dan pembunuhan yang menimpa para aktivis HAM seperti Wiji Thukul atau Munir ini, belum menemui titik terang dan kejelasan sampai sekarang. Bila sebelumnya lagu “Bunga dan Tembok” pernah dibawakan duet bareng Cholil Mahmud-Efek Rumah Kaca, secara akustik. Maka di dalam album ini, Merah Bercerita akan membawakannya dengan format band, dengan warna yang lebih tajam dan membara. Kali ini Merah Bercerita juga berkolaborasi dengan Fitri Nganthi Wani dalam lagu “Derita Sudah Naik Seleher”. Lagu yang penulisan liriknya diadopsi dari puisi karya Wiji Thukul, di padu dengan puisi karya Fitri Nganthi Wani yang berjudul “Dalam Keabadian Kebenaran Membatu”. Dipertengahan lagu tersebut akan terdengar Wani membacakan puisinya. Suasana lagu ini menjadi semakin semakin gagah dan mengancam, di saat Fajar dan Wani bersahut-sahutan menyanyikan lagu tersebut. Musik yang membakar dan semakin padat membuat suasana semakin meghantam. Tak hanya itu, di dalam album ini juga terdapat lagu yang diciptakan oleh Danto – Sisir Tanah yaitu “Lagu Anak”. Lirik diciptakan oleh Danto sedangakan musik dari lagu tersebut diaransemen oleh Danto dan Fajar. “Lagu ini begitu dekat dengan saya, seolah-olah ini terasa lagu saya” ujar Fajar. Turut juga Dankie/Dadang Pohon Tua – Navicula/Dialog Dini Hari dalam album “Merah Bercerita”. Ia menyusun dasar dari lagu “Yang Aku Tahu” yang kemudian di kembangkan oleh Merah Bercerita. Dan mulai saat ini kami umumkan, album Merah Bercerita sudah resmi dirilis. Untuk mendapatkannya kalian bisa menghubungi kontak yang tertera di twitter @MerahBercerita atau bisa juga di website www.merahbercerita.com / email: surat@merahbercerita.com Dari kami, selamat melebur dalam cerita kami… Judul Album : Merah Bercerita Artis : Merah Bercerita Tahun Rilis : 2015 Format : CD Durasi : 45 menit Produser : Merah Bercerita Track list : Lagu Anak, Orkes Bahagia, Apa Guna, Kebenaran Akan Terus Hidup, Bunga Dan Tembok, Derita Sudah Naik Seleher, Negeriku Semakin Horor, Bom Waktu, Ilusi, Yang Aku Tahu Teaser album merah bercerita
PELUNCURAN & BINCANG BUKU “PERAHU NAPAS”
PERAHU NAPAS Peluncuran dan Bincang Buku Seunting Puisi dalam napas Rabu Pagisyahbana Senin 08 Juni 2015, sore hari di sebuah warung kopi di Jl. Wachid Hasyim, Nologaten. Bakal ada peluncuran dan bincang buku Perahu Napas. Sebuah kumpulan puisi karya Rabu Pagisyahbana. Seorang penyair kelahiran Purwokerto yang menghabiskan masa kanaknya di kota Cirebon, dan pernah tinggal selama beberapa tahun di salah satu Pesantren Babakan-Ciwaringin. Lebih dari separo tahun usianya jarang tidur menggunakan kasur dan lebih suka jalan kaki, namun faktanya memang tidak bisa naik motor. Penyair yang beberapa tahun ini juga akrab di ruang sastra dan teater di Yogya, membidani komunitas Ngopinyastro pada tahun 2011,―salah satu ruang sastra alternatif bagi kawula muda. Dalam buku kumpulan puisi perdananya ini. Rabu Pagisyahbana dalam Perahu Napas-nya menghadirkan puisi-puisi yang dia pilih dalam kurun tahun 2011-2014. Mengangkat tema-tema sederhana yang diambil dari ihwal keseharian, Rabu Pagisyahbana melalui puisinya ingin memberi penawaran pada hal-hal yang begitu dekat, suatu hal yang dianggap sepele, kucel, dan biasa namun patut disinggahi. Segala tentang diri dan sekitar yang selama ini dibuat begitu asing oleh kemudahan dan ketergesaan. Mendayungi rentang hidup (napas) yang telah dan akan, dengan kesadaran sedekat apa membicarakan, dan sejauh apa mengartikannya kembali. “… kita sama-sama memiliki rahasia satu napas yang selamanya samar.” ―Dalam Waktu. Acara yang digagas oleh Komunitas Ngopinyastro, Penerbit Interlude, dan Warung Ngopi Bjong ini akan dimulai pada pukul 15.30 WIB hingga selesai. Senin, 08 Juni 2015 bertempat di Warung Ngopi Bjong. Menghadirkan Iman Budhi Santosa (penyair dan budayawan) sebagai pembicara, dan menyuguhkan beberapa apresiasi karya baik dalam bingkai komunitas ataupun para pelaku sastra, teater, musik dan senirupa. Ada pembacaan puisi, performance art, OHP visual art & poetry, dan musik puisi, antara lain oleh: Teater MISHBAH, Ingsun, KOPIBASI, FJ Kunting, Egi Azwul, VJ Psychbiji ‘Ѧteng’, Donni Onfire., Ilham Maulana (0813-92844-833)
A DAY IN A PARK
AXE BLACK LAB TOUR 2015 Press Release AXE Indonesia, bekolaborasi dengan FFWD Records dan Geometry Global, mempersembahkan sebuah event musik istimewa dengan tajuk ‘AXE Black Lab Tour’. Acara ini mengambil tempat di NuArt Sculpture Park, Bandung, tanggal 5 Juni 2015. Adapun talent yang akan tampil adalah SORE, Polyester Embassy, dan The Pilsner. SORE adalah band indie asal Jakarta yang mengedepankan konsep eklektik dengan campuran genre progressive pop, jazz rock, hingga jazz pop psychedelia. Kuartet Awan Garnida (bass, vocals), Ade Paloh (guitar, vocal), Bemby Gusti (drum, vocali),dan Reza Dwi (guitar, vocal) ini telah menghasilkan tiga album: ‘Centralismo’ (2005), ‘Ports of Lima’ (2008), dan ‘Sorealist’ (2013). Lagu mereka juga turut berpartisipasi dalam berbagai kompilasi seperti ‘JKT: SKRG’, ‘OST Janji Joni’ dan ‘OST Berbagi Suami’. Nama kedua adalah Polyester Embassy. Band asal Bandung yang telah terbentuk sejak tahun 2002 dan beranggotakan Elang Eby (vocal, guitar, piano, synthesizer, sampler), Sidik Kurnia (guitar, piano, synthesizer, sampler), Givari MP (drums, percussion), Ekky Dharmawan (vocal, guitar, piano, synthesizer, sampler) dan Ridwan Aritomo (vocal, bass, piano, synthesizer, sampler). Polyester Embassy telah merilis dua album, yaitu ‘Tragicomedy’ (2006) dan ‘Fake / Faker’ (2011) dengan unsur experimental-rock-electronica-progressive. Sedangkan The Pilsner berperan sebagai nama baru yang belakangan ramai diperbincangkan di skena musik Bandung. Semangat kebebasan anak muda terpancar dari lagu-lagu garage rock berjudul ‘Smoke, Beer, and Rock’ dan ‘Bunkerhood’. Ketiga band tersebut akan berbagi panggung dengan dua pemenang dari AXE Black Lab Music Challenge yang telah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Acara akan dibuka pada pukul 15:00 WIB. Informasi lebih lengkapnya dapat dilihat di akun twitter @AXE_ID. NuArt Sculpture Park dipilih sebagai venue karena atmosfir nyaman dan sejuk, lengkap dengan tata akustik musik yang baik. Diharapkan tempat ini dapat memberikan pengalaman menonton konser secara clean, disertai tata cahaya apik, serta flow setlist dua sesi (sore – malam) yang disesuaikan dengan segmentasi audiens. Arena juga akan diramaikan oleh berbagai food truck dan merchandise booth. Lebih jauh lagi, AXE Black Lab Tour diproyeksikan mengeluarkan output berupa video dari Production House Cerahati yang berguna sebagai after-event promotion tools. – Dwi Lukita