Pergelaran Musik Kuaetnika
“UMBUL DONGA”
Peringatan 1000 Hari G. DJADUK FERIANTO
Kuaetnika, sebuah kelompok musik dari Yogyakarta yang sudah berkarya sejak tahun 1996, selama tiga tahun terakhir ini seakan memulai segala sesuatunya dari awal kembali. Banyak penyesuaian yang dilakukan dengan situasi baru sepeninggal Djaduk Ferianto, salah satu pendiri Kuaetnika (bersama dengan Butet Kartaredjasa dan Purwanto). Mereka merasa kehilangan sosok yang mendorong proses berkarya serta kreator yang selalu gelisah dengan karya musik. Adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada proses berkesenian Kuaetnika karena terbatasnya ruang interaksi langsung dengan publik.
Pada awal tahun 2020 Kuaetnika sudah menggarap dua lagu yang berasal dari melodi siulan Djaduk Ferianto ketika berkunjung ke Table Mountain, Cape Town, Afrika Selatan. Dua lagu tersebut adalah Angin dan Dua Benua yang sudah pernah ditampilkan secara langsung pada acara Ibadah Musikal – 100 Hari Djaduk Ferianto pada 25 Februari 2020 yang lalu. Kedua lagu ini rencana akan dibawa ke suatu festival jaz di Afrika Selatan. Namun karena adanya Covid-19 rencana kedua tersebut terpaksa batal.
Bertepatan dengan peringatan 1000 hari Djaduk Ferianto (7/8) Kuaetnika menyelenggarakan sebuah pergelaran musik sebagai bentuk doa untuk mengenangnya. Kuaetnika merasa ini adalah saat yang tepat untuk menghadirkan satu karya yang selama ini sudah ditabung. Pada Pergelaran Musik Kuaetnika “Umbul Donga” pada hari Senin, 8 Agustus 2022 ini Kuaetnika akan merilis satu komposisi baru yang berjudul Panuntun.
Panuntun memiliki persamaan dengan seorang pemimpin, orang yang berada di depan yang bisa ditiru hal-hal baiknya, seperti halnya sebuah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulodho. Judul komposisi ini secara khusus didedikasikan kepada Djaduk Ferianto yang dianggap sebagai seorang pemimpin di Kuaetnika. Sosok figur yang selalu dekat dengan anggota Kuaetnika, teman, kolega dan siapa saja yang pernah bersinggungan dengannya. Panuntun secara khusus dibuat dengan memasukkan olah vokal Endah Laras yang juga pernah merasakan gojlokan tempaan ilmu tentang musik darinya.
Panuntun merupakan satu dari sembilan komposisi dari album Manitik, sebuah album yang digarap oleh Kuaetnika sejak tahun 2019. Manitik dimaknai dengan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Djaduk Ferianto selama bersama-sama bergelut di dunia musik. Selama kurang lebih 25 tahun bergumul bersama dalam pencarian, perdebatan dan pergulatan dalam olah musik, tentu tidak sedikit yang didapat darinya. Album ini berisi kumpulan 9 komposisi dengan rangkaian karya baru disertai komposisi karya Djaduk Ferianto yang dikerjakan dan ditafsir ulang oleh Kuaetnika dan direncanakan akan rilis pada Ngayogjazz 2022 yang akan datang.
Selain satu komposisi baru, pada pergelaran ini ditampilkan juga komposisi Kuaetnika dan Djaduk Ferianto dari beberapa album sebelumnya, seperti Jawadwipa, Pesisir, dan Swarnadwipa dari album Gending Djaduk (2014), Merapi Horeg dari album Orkes Sumpeg (1997), dan Tresnaning Tiyang dari album Nusaswara (2010) yang turut dimeriahkan oleh Trie Utami. Secara khusus hadir juga Ajie Wartono (Board of Creative Ngayogjazz – rekan Djaduk Ferianto) sebagai penghantar acara yang mengajak Pardiman Djoyonegoro, Jono Wiyoga, dan I Nyoman Cau Arsana untuk bercerita tentang perjalanan berkarya mereka ketika berproses bersama Kuaetnika. Petra (istri Djaduk Ferianto) juga turut menyapa tamu undangan serta memberi pesan dan harapan bagi teman-teman Kuaetnika, “teruslah tumbuh, tetaplah hidup.”
Narahubung
082247286412 (Kandida Nyaribunyi)
Informasi
Instagram : @kuaetnika