REST IN FEAR — 3
Berkolaborasi dengan Seniman Mural, Pendulum Pamer Sambat Pekerja di Biennale Jatim 8
Keluh kesah pekerja nyata dan ada di sekitar kita. Mulai dari teman-teman hingga
orang-orang yang tidak kita kenal sama sekali bisa kita jumpai keluh kesahnya di media
sosial. Dewasa ini lebih populer kita kenal dengan istilah sambat. Status Facebook, Instagram,
cuitan di Twitter hingga membuat video TikTok menjadi solusi alternatif untuk
sekadar melepas penat atau meluapkan emosi di tempat kerja. Sambatan di media
sosial tersebut penting untuk dimunculkan dalam ruang nyata, untuk membangun kesadaran
kolektif. Para pekerja yang memiliki keluhan atas ruang kerja, suasana kerja,
upah, dan sebagainya penting untuk sadar bahwa perasaan yang mereka miliki juga
terjadi pada pekerja lain.
Rest in Fear – 3, sebuah karya riset-seni Pendulum yang berusaha menyajikan gagasan
tentang minimnya (bahkan nihil) ruang istirahat bagi para pekerja ini, akan digelar di
Jawa Timur. Urun karya merayakan penyelenggaraan Biennale Jatim VIII, Pendulum
menghubungi beberapa seniman mural dari berbagai kota di Jawa Timur untuk berkolaborasi.
Yang selanjutnya, karena berbagai pertimbangan mengerucut pada 2 kota
yaitu Tulungagung dan Malang. Kelompok seni/seniman yang melakukan kerja kolaboratif
dalam kegiatan ini yaitu Malang Mural Family (MMF) dan Excris dkk.
Konsep penyajian karya ini berbeda dengan dua penyajian sebelumnya yang pernah
digelar di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) pada 1-20 Agustus 2019
dan Jogja National Museum (JNM) pada 20 Oktober – 30 November 2019. Dua penyajian
tersebut berbentuk mix media yang terpajang dalam sebuah ruang pamer. Pada penyajian
yang ketiga ini, Pendulum mencoba untuk membawa karya berikut isunya ke ruang
publik yang lebih luas lagi. Kutipan dari hasil wawancara dengan para informan (pekerja)
menjadi bagian penting yang akan menjadi objek utama dari karya ini. Tampak
sederhana, tapi sarat makna. Kutipan-kutipan ini kemudian akan direspons dan diinterpretasikan
oleh para kolaborator dalam bentuk mural.
Pendulum menyerahkan pemilihan tempat kepada kolaborator yang tentu lebih memahami
kota tempatnya berkarya. Pertimbangan yang disepakati adalah terpampang
dengan jelas, dapat diakses khalayak luas, lebih khususnya oleh para pekerja. Pendulum
mengharapkan kutipan-kutipan yang diproyeksikan itu mampu membangkitkan
refleksi-kritis bagi para pekerja. Di tengah kesibukannya bekerja, setidaknya kutipan
yang dimuralkan tersebut dapat memberikan spirit baru, membangkitkan kesadaran
betapa pentingnya ruang istirahat itu. Kutipan seperti Bareng2 Kita Udah “Kayak”
Sarden dan Dibuat Nyaman Aja mencitrakan keluh-kesah para pekerja yang di satu sisi
terucapkan secara jujur, sedangkan di sisi lain menegaskan ungkapan satire bagi siapa
pun yang “membacanya” secara jeli.
Di samping tema Rest in Fear 3 yang akan disemarakkan di tiga tempat itu, Pendulum
berencana mengeksplorasi wacana-wacana lain yang berpaut erat dengan kajian
budaya dan media. Proyek Rest in Fear ini barangkali akan diteruskan sampai gelombang
entah sampai berapa, menyesuaikan isu-isu ruang istirahat pekerja yang memerlukan
respons lanjutan. Selama proses itu, selain membangun jaringan kesenian yang
lebih luas, Pendulum hendak meneruskan eksperimentasi dimensi ataupun bentuk seni
lainnya—dengan dan melalui penggalian berbasis penelitian empiris di lapangan. Tentu
saja kerja riset dan seni di sini diorientasikan dalam rangka merayakan kebebasan
kreatif anak muda.
Narahubung
+62 852 91834515 (Benny Widyo)
@pendulum.id – http://www.pendulum.id