Oksigen Usai Berperang
“Jika engkau sudah selesai melakukannya maka lakukan-lah hal yang menyenangkan perasaan, sebagai tanda kasih sayang” – Assikalaibineng
Assikalaibineng, masih banyak yang belum mendengar tentang kitab seksual asal Bugis ini. Layaknya Kamasutra, kamus ini memberikan penjelasan tentang “berperang” sebagaimana mestinya, tentunya melibatkan perasaan pun. Perasaan tersebut tak lain tak bukan adalah cinta. Rasa sayang yang selalu terdefinisikan dalam berbagai persepektif. Berawal dari manapun tetap saja bemuara pada hati. Banyak-nya persepektif memberikan varian ekspresi dari perasaan tersebut. Salah satu hasil ekspresi cinta, bisa melahirkan sebuah prosa, puisi ataupun lirik lagu. Sementara itu, lagu yang terkonstruksi dari lirik, tempo dan harmonisasi nada sekiranya menjadi sebuah kanvas suratan perasaan.
Lalu, bagaimana hasilnya kalau cinta yang berujung pada “berperang” ternyatakan sebagai inspirasi dari proses kreatif seni ? Tentu saja beragam hidangan yang tersaji, mulai dari penyesalan “berperang” masa lalu hingga ekspresi kenikmatannya. Setiap perasaan yang dirasakan manusia, mengisyaratkan untuk didokumentasikan, sebab tiap peristiwa memiliki keunikan tersendiri. Konkrit mendokumentasikannya jelas berupa lirik lagu. Membabat mengadu hasrat bersama dengan pasangan, tak ada opini atauak ada sangkalan jijik dari aktivitas tersebut. Menikmati surga duniawi dengan penuh kepuasan menjulang dan tak ada proses busuk, mulai dari ajakan “berperang” hingga akhir babak rampung.
Kemudian setelah itu, apa ? Seperti cuitan kamus Assikalaibineng di muka, setelah selesai menjadi tentara di sebuah ranjang, sekiranya meredakan seluruh emosi dan fisik dengan melakukan hal yang menyenangkan perasaan pasangan. Entah membuat secangkir kopi atau menyediakan segulung lintingan tembakau, untuk sang kekasih tentunya. Ya, menyulut lintingan tembakau dengan tujuan meredakan gejolak nafsu organ tubuh. Menariknya, fakta tersebut bertahan di beberapa insan. Dan percayalah, kecapan manis sedang dirasakan bak mengambang tanpa gravitasi.
Sekiranya begitulah opini pengantar tentang “berperang” dan aktivitas setelahnya yang menjadi inspirasi lagu Red Cigarettee. Jujur saja, “berperang” bukanlah kegiatan asing bagi tiap insan yang sedang dalam timangan percintaan, sehingga banyak yang mendokumentasikan itu dalam berbagai bentuk, tanpa terkecuali lagu. Menariknya, kali ini kami menyajikan perspektif yang berbeda. Sudut kenikmatan lainnya yang kami hidangkan berupa sensasi menghisap selinting kertas berisi tembakau selesainnya “berperang”.
Red Cigarette, bukanlah anak pertama dari proses kreatif KLiF. Lagu Red Cigarettee menjadi single kedua dari band yang berdomisili di Yogyakarta. Memulai debut dalam percaturan musik Yogyakarta dengan single Fancy Lady, kali ini KLiF menyuguhkan musik yang sedikit berbeda. Menghidangkan atmosfir kebebasan dan kenikmatan yang disimbolkan dengan aktivitas merokok di pagi hari seusai “berperang” bak mendapat asupan oksigen. Lagu ini menyediakan suasana kebebasan dan imajinasi liar, perwujudan dari proses kreatif kami. KLiF kali ini menyuguhkan musik dengan mixing yang raw, namun tetap menjaga kepadatan materi, rapatnya bass-line dan karakter perpindahan tempo yang drastis. Pun warna musik dark dan transisi breakdown yang harmonis. Selebihnya, silakan dengarkan ekspresi KLiF tentang indahnya menghisap selinting rokok setelah “berperang” di kanal Youtube
***(K.R.A)***