NADAFIKSI MERILIS ALBUM PENUH “TEOREMA”

Nadafiksi 02

nadafiksi 01

Nadafiksi – Teorema

(Full length album) 

Produser : Tesla Manaf

Label : Nadafiksi dan Omuniuum

Tahun : 2016

Daftar lagu :

– Barisan Khayalan

– Menari di Udara

– Susah Tidur Susah Bangun

– Darimu Untukku

– Bunga Matahari (menampilkan Sigit Pramudita ‘Tigapagi’)

– Seketika

– Burung

– Boenga Anggrek

– Pulang

( 9 songs, approx. 48 mnts)

Isi Teorema adalah hasil kepekaan rasa ketika merindukan rumah,”

– Dwi Kartika Yuddhaswara –

Teorema adalah album perdana Nadafiksi yang dirilis pada tahun 2016 bersama Omuniuum yang mendukung produksinya. Pengerjaan Teorema sejak rekaman awal hingga hadir lengkap sebagai album musik memerlukan waktu kurang lebih tiga tahun. Tesla Manaf Effendi, yang dikenal sebagai gitaris jazz, bertindak sebagai produser yang juga menangani sendiri segala proses pengambilan dan pengelolaan suara sampai Teorema siap dengar. 

Teorema menawarkan pengalaman menyimak wajah lain dari Nadafiksi. Sejak dibentuk pada tahun 2010 duo ini dikenal memainkan musik folk-acoustic. Melalui Teorema, Nadafiksi dapat ditemui dalam wujud musik “full band”, Hindustan, keroncong, hingga soundscape. Keragaman ini tak mungkin terwujud tanpa keterlibatan teman-teman pemusik yang melengkapkan Teorema dari berbagai sisi baik musik maupun lirik.

Nama Teorema dipilih untuk menggambarkan isi album sebagai kumpulan lagu, di mana setiap judul memiliki nafas tersendiri, disusun dalam suatu struktur  yang diharapkan secara simultan memberikan pengalaman tertentu. Selanjutnya pemaknaan dari pengalaman menyimak Teorema diserahkan kepada asumsi masing-masing penikmatnya. 

Isi Teorema dibagi menjadi tiga bagian yaitu; Fantasi, Indrawi, dan Ilahi. Pengelompokan dan penamaan setiap bagian berkenaan dengan muasal kepekaan/bahasan lagu didalamnya. Perkenaan ini seperti ketika penyimak Nadafiksi kembali menemui “Darimu Untukku” sebagai hasil kepekaan Indrawi. Lagu “Sentuh” (Nominee Best Folk Track Indonesian Cutting Edge Music Award 2014) bertransformasi menjadi “Seketika” sebagai catatan pengalaman yang berkaitan dengan Ilahi.

Bentuk fisik album Teorema adalah buah karya teman-teman yang menekuni seni visual. Karya Rega Ayundya Putri sebagai artwork pada cover siap menyambut penikmat Teorema. Memasuki lembar demi lembar selanjutnya foto-foto karya Utami Dewi Godjali akan menjadi teman menyimak setiap lagu pada Teorema. Sementara itu kepaduan semua elemen visual Teorema adalah buah karya Erwin Windu Pranata. 

Semoga Teorema berkenan di hati pendengar sekalian. Selamat menyimak dan selamat membaca catatan pengalaman menyimak Teorema dari Sigit Pramudita (Tigapagi).

Pernyataan yang Perlu Dialami

Sebuah Catatan Tentang Album Nadafiksi, Teorema

Oleh: S. Pramudita 

Menurut Ilmu Pasti, ‘teorema’ merupakan pernyataan yang memerlukan pembuktian meskipun pernyataan itu memang dapat ditujukan bernilai benar. Ini memang sebuah konsep yang bertele-tele, tetapi jika ini diejawantahkan ke dalam sebuah karya seni, bisa jadi debut album duo Nadafiksi asal Bandung bertajuk‘Teorema’ ini merupakan sebuah pernyataan Dwi Kartika Yuddhaswara dan Ida Ayu Made Paramita Sarasvati yang perlu anda buktikan sendiri pengalamannya, meskipun duo yang lahir pada 2010 ini sudah pasti mengalami pengalaman mereka sendiri.

 Masih belum mudah juga untuk menjabarkan apa itu “teorema” menurut Nadafiksi bukan? anda sebaiknya segera menjajaki track-demi­-track-nya, karena album ini bukan sekedar album, melainkan juga sebuah pernyataan penting dari Nadafiksi yang perlu anda alami sendiri.

‘Barisan Khayalan’ merupakan sebuah mukadimah berdurasi empat menit lebih. Lagu ini adalah sebuah pemanasan yang baik untuk anda. anda bisa menghayati ‘sensasinya’ sebelum lebih jauh ditenggelamkan oleh komposisi-komposisi lain di album ini. Di nomor selanjutnya, anda akan menikmati majas-majas hiperbola dan alunan yang mungkin akan terasa menyejukkan, tetapi lama-kelamaan akan membekukan hingga menusuk tulang anda lewat ‘Menari di Udara’. Nuansa asing akan terasa di lagu ‘Susah Tidur Susah Bangun’. Pernahkah anda mengalaminya? Jika belum, biarkan Nadafiksi memaksa anda memberikan perasaan anda kepada mereka lewat ‘Darimu, Untukku’. Pada ‘BungaMatahari’ anda akan diajak mengamati kisah siklus hidup makhluk Tuhan.  Ketika produsen kehidupan sudah bosan karena produk mereka berbalik menggerogoti sang produsen, ‘Seketika’ ia akan memutarbalikkan prosesnya. ‘Seketika’ merupakan komposisi yang paling ‘ramah’ didengar di akhir zaman. Setelah anda cukup terhibur dengan tembang ‘manis’ ‘Seketika’, anda akan diajak kembali ke nuansa masa kecil anda lewat ‘BungaAnggrek’. Jika anda berhasil melewati semua komposisi dalam kondisi sehat-wal-afiat, anda dipersilakan untuk menuju tembang ‘Pulang’.

Proses peramuan pengalaman di album ‘Teorema’ ini dilakukan sejak 2013 lalu. Tesla Manaf dipercaya membidani album ini sebagai Produser sekaligus Eksekutif Produser. Tak cuma duo Nadafiksi yang terlibat namun ada banyak musisi yang terlibat dalam proses penggarapan ‘Teorema’. Achmad Kurnia (cello), Bani Ambara (flute & backing vocal), Tesla Manaf (electric guitar), merupakan pilar-pilar kokoh yang menaungi permainan gitar dan vokal Dwi Kartika Yuddhaswara serta lengkingan khas Ida Ayu Made Paramita Sarasvati. Terlibat pula musisi pendukung seperti Dimas Kusdinar Wijaksana “Mr. Sonjaya”, Sigit Pramudita “Tigapagi”, Orkes Stamboel Khajalan, Brury Effendi, Desal Sembada, YayaRisbaya “Mr. Sonjaya”, Umbara Purwacaraka, Christ Stanley, KhrisnaAlda, dan Zulqi Lael Ramadhan yang ikut menyumbang rasa di album ini.

Akhir kata, semoga anda dapat menikmati, memahami, mengalami, dan berbagai imbuhan me-ilainnya lewat album ‘Teorema’ ini. Selamat mendengarkan.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *