CANDRADIMUKA ” A BOXSET COLLABORATIONS”

IMG_0641

Januar IMG_0617 GilangChandra

Processed with VSCO with b1 preset

Processed with VSCO with b1 preset

Flying Pants Lab

CANDRADIMUKA 

A BOXSET COLLABORATIONS

Tak pernah terbayang sebelumnya, para musisi yang turut andil dalam boxset ini dipertemukan dengan 3 subkultur lainnya, yaitu fashion, photography dan visual art dalam mengemas karya yang compact. Sebuah komunitas kolektif yang berbasis pada industri kreatif ini yang mempertemukan mereka semua ke dalam satu wadah bernama Candradimuka.

Sebanyak 35 orang tergabung dalam rangkaian acara workshop Candradimuka yang berlangsung sejak awal April. Masing-masing subkultur mengikuti kelas yang di mentori oleh para mentor professional di bidangnya. Sebut saja untuk workshop musik di mentori oleh Doni (RSTH/Alldint) dan Momo (Captain Jack). Arkhy Pradipta yang merupakan fashion stylist professional untuk beberapa majalah ternama dan beberapa brand turut mengisi workshop fashion. Anom Sugiswoto (We Need More Stage) dan Kabul (Official Photographer Captain Jack) yang mengisi kelas fotografi. Sedangkan untuk workshop visual art di isi oleh Ahmad Oka, Mahaputra Vito, Eno PW dan Jeanenankley selaku designer dan illustrator lepas.

Kelima kolaborator tersebut adalah:

 

UNLEASH THE BEAST

Der Jaeger (musik), Noe Prasetya (fotografi), Fuad Machmud (fashion stylist) dan Flying Pants Lab (Visual art)

Unleash The Beat, sebuah lagu karya Der Jaeger yang digambarkan dengan hunian yang surreal oleh Flying Pants Lab. Rumah yg selama ini dianggap sebagai tempat nyaman ternyata berlaku sebaliknya. Kemudian Noe Prasetya mencoba memframingkan kebahagiaan, kedekatan dan keceriaan dari sebuah band sebagai keluarga. Penggambaran backstage sebagai tempat bertemunya segala informasi dan interaksi dari sebuah band. Tempat segala doa terpanjat dan seluruh tawa terpancar bersama peluh. Fuad Machmud turut membantu memunculkan karakter seorang yang mempunyai pendirian dan tidak perduli dengan yang lain, dengan pose yang mengelak mengartikan tidak ingin mendengar hal yg negative dari orang lain.

SERUMAH

Terasering (musik), Ardian Cahyo Utomo (fotografi), Aisha ‘Sasha’ Qisthia (fashion) dan Dede Cipon (visual art)

Lagu “Serumah” menceritakan sebuah situasi tentang Kepulangan. Kepulangan yang diartikan lebih luas tidak hanya cerita tentang kepulangan kekasih ataupun kepulangan setelah  ditinggal pergi seseorang, melainkan lebih luas hingga kepulangan pada Tuhan. Ardian Cahyo mencoba menggambarkan “Tanda tanya” ke dalam konsep foto tersebut. Jadi, ketika orang pertama kali melihat dan yang muncul rasa penasaran. Dengan latar hanya dua pintu kemudian diselipkan gitar dan cello dimasing-masing pintu yang setengah terbuka. Warna dan komposisi yang sengaja dibosankan dan sekaligus redup untuk menyikapi “sepi” pada karakter Terasering sendiri, dimana hanya beranggotakan dua personil dan musik mereka terdengar magis ketika di lantun.

Aisha “Sasha” Qisthia selaku fashion stylist mengartikan penantian lama seseorang yang ditinggal di rumah yang sepi dan kosong. Sehingga menggambarkan seorang wanita di pekarangan rumah yang memandang jauh seakan menunggu dan mencari-cari seseorang yang dia nantikan kepulangannya. Dede Cipon menggunakan foto teras depan rumah, yang kemudian dia gambari lagi pintu rumah yang terkunci dengan gembok dan titik-titik yang merupakan visualisasi dari memori yang mencoba menyusup masuk ke dalam rumah melalui lubang kunci. Kenangan yang terngiang di kepala, ingin disentuh tapi tak lagi bisa, seperti diorama dalam kaca, kalau kata liriknya.

ROCKSTAR SYNDROME

THDLS (musik), Mochamad Lutfi (fotografi), Nanette Suryo (fashion) dan Amabel (visual art)

Lagu ini bercerita tentang suatu kejadian yang benar terjadi di kehidupan para musisi, karena masih banyak para musisi yang sudah lupa diri dan merasa dirinya yang hebat. Karena lagu ini sebagai auto-critic bagi THDLS dan buat semua untuk selalu rendah hati dalam keadaan berperilaku. Nanete Suryo merespon lagu milik THDLS yang berjudul “Rockstar Syndrome”, terlintas di pikiran kami akan istilah “Sophomore”. Sophomore adalah istilah yang menggambarkan situasi seorang anak sekolah menengah atas kelas 2. Situasi yang tidak tahu bagaimana harus bersikap terhadap adik kelas dan kakak kelasnya. Tidak bisa bersikap sombong terhadap “adik kelas”, namun juga harus menjaga sikap santun di depan “kakak kelas”. Atas dasar ide “Sophomore” itu,dibuatlah konsep “yearbook” dengan THDLS sebagai klub band di dalam “sekolah”/industri musik.

Dari segi foto, sesuai aliran musik the doels bergaya 70an, Mochamad Lutfi membuat foto vintage dengan tempat sederhana, berlatar belakang kursi panjang sebagai simbol menengah, tidak terlalu tinggi maupun rendah, sekaligus juga buat sindiran. Amabel memvisualisasikan ke hal berbau natural, dengan warna simpel dan seadanya, gambar perempuan dengan seragam tak berbentuk, tergantung interpretasi orang orang yang melihat karya tersebut mau menganggap seragam / imej apa yang perempuan tersebut tampilkan, dengan background fauna natural bermaksud kan bahwa semua nya sama, mau jendral, kapten, atau pengawal, semuanya sama saja.

WAR OF HEARTS

Noemi (musik), Dwiki Aprinaldi (fotografi), Way Saputro (fashion) dan Ajeng (visual art)

Inti lagu milik Noemi adalah kebingungan yang sampai tingkat dimana otak tak bisa untuk memilih. Pikiran yang sangat amat berkecamuk.

Berawal dari buah kebingungan “War of Hearts,” Way, Ajeng dan Dwiki mengeksplor lebih dalam akan arti kebingungan sesuai dengan apa yang mereka rasakan setelah mendengarkannya secara personal. Mereka mencoba bermain-main dengan komposisi ‘cerah’ dan ‘joyful’ yang Noemi bawakan. Ternyata, kebingungan tidak selalu identik dengan kusam, suram, maupun buram. Lalu, mereka juga mencoba menyajikan kata ‘bingung’ secara banal melalui: foto profil band dan lyric page, dan menafsirkannya ke tingkatan lebih lanjut, mempersilahkan pemirsa masuk ke dalam kebingungan yang juga kami rasakan. Ada pula yang mengundang agar tidak selalu diam di zona nyaman. Elaborasi yang terjadi tidak jauh dari kebingungan itu sendiri, jika Anda sudah bingung, maka selamat, Anda sudah masuk ke dalam lingkaran kami. Mari rayakan kebingungan bersama-sama

DRAMA TERBAIK

Summerchild (musik), Januar Putra (fotografi), Gil Chandra (fashion) dan Rangga (visual art)

Karya berjudul drama terbaik merepresentasikan kegelisahan terhadap beberapa hal yang memang terasa berat disaat itu, secara baris besar liriknya bercerita kondisi jatuh tapi akhirnya sadar dengan keadan kalau hidup adalah drama terbaik. Sesuai dengan lirik, nuansa serta mood yang Januar Putra tangkap dan interpretasikan dalam foto bernuansa hitam putih dengan makna “kursi kosong (berbicara tentang kegalauan,hampa, serta kedudukan) dan pohon kaktus (proteksi dalam hidup) simbol pasir pun adalah sebuah perjalanan dalam kehidupan karena kelak kita pun akan kembali kepada siapa yang menciptakan kita.

Lain halnya dengan Rangga yang memvisualkan hidup sebagai peran misterius yang tak dapat dipelajari dan tak henti-hentinya menguji perjalanan seluruh manusia. Rangga memaknai hidup dalam lagu ini layaknya peran yang membingungkan peran gembira dalam visual yang sebenarnya membuatnya takut terjerumuskan. Dari lini fashion, Gil merepresentasikan rasa keresahan seseorang dan pencarian sosok tokoh utama dalam hidupnya yang bisa membantunya lepas dari kondisi buruk tersebut. Mengambil mood yang gloomy, warna hitam dipilih untuk menggambarkan seseorang yang tengah dalam masa kelamnya.

Notes:

Boxset ini dijual terbatas, hanya sebanyak 200 copy saja dan dijual dengan harga yang sangat terjangkau yaitu Rp. 60.000 saja. Untuk informasi lebih lengkap bisa menghubungi Hoho (085729913615).

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *