“Spring Summer has always been something warm-natured, something ended more than just a band for us. These people are the bunch who can always give their friends the feels of warmth through their honest...
“Jika ingin bernyanyi, bernyanyilah, jika ingin menari, menarilah. Tapi jika ingin keduanya, maka bernyanyi dan menarilah bersama kami” -Parahyena- Parahyena adalah grup musik accoustic asal Bandung. Grup musik yang baru berusia setengah tahun ini berdiri...
Tepat pada tanggal 14 Des 2014 unit Hardcore Surabaya “RAISING DOWN” yang lahir pada 13 Agustus 2011, menelurkan debut album pertama yang bertajuk CHOICES. Berisi 10 track yang berbeda dari materi EP Up Beat With Big Control yang dirilis tahun 2011. Di usia yang sudah memasuki angka 3 tahun sejak berdirinya band ini (13 agustus 2011) ini band hardcore yang digawangi oleh Jerry as guitarist, Ditok as vocalist, Dimas as drummer, Roy as bassist masih tetap produktif hingga sekarang. Dalam debut album pertama ini RDHC (sebutan umum) menceritakan tentang sebuah arah dalam menentukan pilihan hidup. Baik dan buruk merupakan sebuah realita kehidupan yang pasti dihadapi oleh setiap manusia. 10 track album yang di suguhkan RDHC, salah satunya (BETTER WAY) menggaet vocalist wanita “PUTRI WULAN – BRAND NEW EYES” mengapa kita memutuskan untuk berkolaborasi dengan vocalis wanita?. Karena kami ingin menyuguhkan nuansa lagu yang berbeda dengan band hardcore kebanyakan. Penggarapan debut album pertama ini dikerjakan selama satu tahun. Sebuah penggarapan album yang bisa dikategorikan cukup lama karena kami ingin menyajikan materi album yang terbilang fresh dan lebih matang. L-one Recording Studio (Aditya arissaputra) yang membantu dalam penggarapan debut album ini. Media social RAISING DOWN https://soundcloud.com/raisingdown https://twitter.com/@raising_down https://www.facebook.com/pages/Raising-Down/255400444517682 https://instagram.com/raising_down Link Download album CHOICES on i-tunes https://itun.es/id/r1JR4 contact person: 085645010203 – Anggiat Erza (manager)
Pranada Karolina merupakan sebuah kelompok musik yang terbentuk pada Desember 2010. Berakronim dari Ketika Rock n’ Roll Semakin Berwarna, Karolina memaknai rock ‘n roll sebagai suatu entitas yang menyenangkan dan menjadi pendamping dalam latar...
25 Desember 2014, bertepatan dengan hari Natal, para pemuda Pathetic Waltzsepakat untuk merilis single kedua mereka, dari debut album bertajuk “She Like Pretty Owl”. “Menanti esok datang yang menyajikan sejuta harapan” Beberapa bulan setelah menyisipkan maksud kata tersebut dalam lagu “Malam”, akhirnya pada penghujung tahun 2014, Pathetic Waltz kembali membawa berita gembira untuk teman-teman terkasih. Single “She Like Pretty Owl” menjadi persembahan selanjutnya yang dapat teman-teman dengarkan di halaman Soundcloud mereka, soundcloud.com/PatheticWaltz . Masih seperti perilisan single “Malam”, perilisan single ini menjadi jembatan menuju perilisan debut album mereka yang sedang dalam proses penggarapan. Dalam 3 tahun perjalanan musik Pathetic Waltz, single “She Like Pretty Owl” telah dirilis sebelumnya dalam versi akustik sederhana pada awal tahun 2012. Berbeda dengan format terdahulu, format yang sekarang menyajikan “She Like Pretty Owl” dengan lebih energik dan primitif tanpa menghilangkan unsur-unsur melankolis di dalamnya. Lebih menggembirakan lagi, pada perilisan single kali ini, Pathetic Waltzmembebaskan teman-teman mengunduh satu single mereka yang lain, satu lagu bertajuk “Waiting Room” . Sama seperti “She Like Pretty Owl” sebelumnya, lagu “Waiting Room” ini pernah dirilis juga dalam format akustik pada halaman soundcloud mereka. Yaaa… mari menikmati kado sederhana dari Pathetic Waltz. Selamat menikmati dengan sebongkah haru… Pathetic Waltz adalah: Alta – Vokal Andi Getta “Gettagili” – Guitar Julius Didit “Didit Petromak” – Guitar Tri Prabowo – Bass Radius Boni – Drum C+P: 0878 3676 8477 (Pram Suparno) Blog: PatheticWaltz.tumblr.com Soundcloud: soundcloud.com/PatheticWaltz Twitter: @PatheticWaltz Facebook: fb.me/PatheticWaltz
Jogja kembali didatangi konser luar biasa di awal tahun 2015. Setelah 2014 diisi dengan konser musik yang terkesan monoton dan berisi susunan artis yang sama, maka di awal tahun 2015 ini, REAL ESTATE INDONESIA DPD DIY dengan bangga mempersembahkan sebuah konser yang pastinya akan menjadi pembuka yang manis di awal tahun. Konser yang akan mempertemukan para master seperti TOMPI, GLENN DAN RIO FEBRIAN dengan bintang baru yang sedang digandrungi YURA DAN GILBERT POHAN, akan menjadi sebuah kombinasi luar biasa yang ditunggu para pecinta konser kota gudeg. Seperti diketahui, Jogja adalah salah satu base dari perkembangan musik Indonesia. Pecinta musik yang amat banyak dari berbagai genre tumbuh subur di kota pelajar. Berlandaskan semangat tersebut, REAL ESTATE INDONESIA Dewan Pimpinan Daerah (DPD) DIY, sebagai salah organisasi yang concern terhadap budaya populer terutama musik, dengan bangga mempersembahkan sebuah konser yang diberi tajuk REI MUSIC CONCERT. Kata REI dalam tajuk, direpresentasikan sebagai Rendezvous – Exclusive – Intimate. Hal ini memaknai sebuah harapan bahwa konser ini nantinya akan menjadi ajang rendezvous (kumpul-kumpul) para pecinta musik. Dengan penyajian yang exclusive dan dengan ambience yang intim antara artis dan para penggemar. Ketua REAL ESTATE INDONESIA DPD DIY, Nur Andi Wijayanto, ST. Msc. MBA saat ditemui mengatakan bahwa konser ini sengaja dipersembahkan sebagai sesuatu spesial di awal tahun 2015. “Ini adalah konser spesial di awal tahun yang diharapkan bisa menjadi sebuah semangat baik bagi tahun yang akan datang”, ujarnya. Konser akan digelar pada Rabu, 14 Januari 2015 di Grand Pasific Hall jl. Magelang Sleman, Yogyakarta. Konser rencananya akan dimulai pada pukul 20.00 WIB, namun penonton bisa masuk ke arena konser pada pukul 18.30 WIB. Dalam konser ini akan dijual 4 jenis tiket yang bisa menjadi pilihan para penonton yaitu Platinum seharga Rp.1.000.000,- , Gold seharga Rp.500.000,- , Silver seharga Rp.350.000,- , dan Festival (berdiri) seharga Rp.150.000,-. Sebagai line up artis, REAL ESTATE INDONESIA DPD DIY juga tak mau tanggung-tanggung. Mereka menampilkan para maestro musik Indonesia seperti Tompi, Glenn Fredly dan Rio Febrian yang bersanding dengan penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun, Yura dan Gilbert Pohan. Komposisi 5 penyanyi yang sudah punya masa tersendiri ini diharapkan bisa mencakup kalangan yang lebih luas dan audience yang lebih beragam. Andi menambahkan bahwa pemilihan 5 artis ini diharap menjadi nuansa baru dimana sang maestro berkolaborasi dengan sang rising star, sehingga menghasilkan sesuatu yang belum pernah ditemui sebelumnya. “Kelima artis ini dipilih dengan pertimbangan bisa menjadi sebuah kolaborasi yang tak biasa antara maestro dengan sang rising star, yang mampu membuat penonton nanti mendapat kesan istimewa setelah menyaksikan pertunjukan ini.”, tambah lelaki yang akrab disapa Pak Andi ini. Semakin hebat lagi adalah karena Jogja sebagaii pilihan tempat penyelenggaraan, REAL ESTATE INDONESIA DPD DIY menampilkan kearifan Jogja melalui penampilan DEN BAGUSE NGARSO DAN MARWOTO yang nantinya akan menjadi refreshment point dari show ini. Den Baguse Ngarso dan Marwoto akan membicarakan tentang isu-isu terbaru yang terjadi di masyarakat yang akan dibalut dalam sebuah dialog ringan yang nantinya akan ditimpali oleh kelima pengisi acara lainnya. Tentang Artis Tompi, Glenn Fredly dan Rio Febrian adalah penyanyi yang lagu-lagunya sudah lama mengisi tangga lagu unggulan Indonesia. Secara musikalitas dan popularitas, ketiganya adalah penyanyi dengan teknik mumpuni, lusinan lagu hits dan ribuan fan base yang selalu menanti penampilan mereka. Dengan penampilan yang selalu berkesan, ketiganya akan menjadi magnet khusus untuk menarik para penggemar Sedang Yura dan Gilbert adalah artis pendatang baru yang namanya sedang mencuat. Uniknya mereka berdua punya latar belakang yang hampir sama, sama-sama mulai dikenal melalui ajang pencarian bakat. Mereka akhirnya dibimbing oleh musisi kenamaan Indonesia, untuk kemudian menemukan konsep bermusik mereka dan menghasilkan karya mereka saat ini. Kelimanya punya keunikan masing-masing yang menjadi warna dalam konser ini. Bisa dibayangkan ketika mereka berada dalam satu panggung dan menyapa penggemarnya. Melalui lagu-lagu hits mereka, penonton akan dibuat terhanyut dibarengi dengan balutan konser nan eksklusif dan intim. Sebagai bagian dari pelayanan prima ke penggemar, panitia mengadakan Presale penjualan tiket pada 13-14 Desember di Break Cafe yang beralamat di Ruko Casa Grande Jl. Ringroad Utara Yogyakarta yang sekaligus menjadi satu-satunya official tiket box dari konser ini. Untuk Informasi lebih lanjut terkait konser ini, masyarakat bisa menghubungi 0812 5510 0096 / 0878 0282 0660. Atau untuk update via twitter bisa dipantau melalui @nuscomm atau @breakresto.
Festival Film Disabilitas #2 Untuk kedua kalinya, festival film disabilitas (FFDIS) kembali di gelar di Yogyakarta. Pada tahun 2013 lalu, FFDIS digelar sebagai bagian dari upaya pengarustamaan isu difabel di Indonesia. Berbagai film dokumenter dikutsertakan oleh para film maker dalam festival film disabilitas yang didukung oleh United Cerebral Palsy-Roda Untuk Kemanusiaan Indonesia. Sejumlah karya film yang mengangkat tema difabilitas itu cukup membantu memberi pandangan tentang kehidupan para difabel di Indonesia, tentu dalam sudut pandang yang beragam. Kompetisi FFDIS kali ini, selain kategori film dokumenter juga ada kategori film fiksi yang dikompetisikan. Sejumlah 29 karya film, baik dokumenter maupun fiksi turut serta memeriahkan FFDIS #2. Yang menarik, beberapa diantara film itu adalah karya pelajar dari berbagai SMU/SMK di Indonesia. Menurut Pambudi (31) selaku Direkur FFDIS, ia mengatakan bahwa karya film yang diikutkan dalam FFDIS bisa dimanfaatkan untuk membantu kampanye pemenuhan hak-hak kelompok difabel di Indonesia. Biarpun beberapa karya film, khususnya kategori film fiksi masih menjadikan difabel hanya sebagai obyek film, dan terkesan sangat mendramatisir. Namun demikian, penyelenggara FFDIS sangat mengapresiasi karya-karya film tersebut, sebagai cara baru mendekatkan isu difabilitas pada publik. Lebih lanjut, Pambudi mengatakan bahwa ragam cara pandang terhadap difabel dalam film yang sertakan dalam FFDIS #2 itu menunjukan representasi pandangan masyarakat secara terhadap difabel yang masih menjadikan difabel sebagai entitas yang berbeda. Pada kompetisi tahun ini, ragam karya film tentang difabilitas sengaja diputar diberbagai kota sebelum digelarnya acara penganugerahan (awarding) atas karya film terbaik yang diikutkan dalam FFDIS #2. Penyelenggara FFDIS #2 bekerjasama dengan berbagai komunitas film di berbagai kota seperti di Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta menggelar screening (pemutaran) karya-karya film yang disertakan dalam FFDIS #2 sejak tanggal 1 Desember 2014 lalu. Tujuannya untuk memperluas isu difabilitas sekaligus menjaring input (kritik) atas karya film tersebut. Pada tanggal 7 Januari 2015 nanti, FFDIS #2 akan menggelar malam penganugerahan (awarding) atas karya film yang diikutkan dalam FFDIS #2 di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta, mulai pukul 19.00. sejumlah pihak penentu kebijakan (pemerintah) dan aktivis difabel akan hadir untuk terlibat dalam acara talkshow untuk mendiskusikan aksesibiltas publik bagi difabel di Indonesia. Contact Person : Pampam (08562910551)
DETAK III – RETAS FILASTINE PITCHBLACKGOLD, MISTRAL, JONAS SESTAKRESNA, GILLES SAISSI , BIMO DWIPOALAM, KASIMYN, GOD STONE MARKET. MC : ICAN HAREM Friday, 9 January 2015, 7 PM Betel Nut, Ubud Jl. Raya Ubud ( in front of Puri Lukisan Museum ) Saturday , 10 January 2015, 7 PM Antida, Jl Waribang No 32 Denpasar. DETAK Thirst for innovation and creative process triggers the dynamic development of art in the local and global scene. Just when the world flows into market demand, our self awareness start to explode manifesting into an act of cultural or traditional revival composed in a new form that is relevant to our time. DETAK! is an art appreciation project that will take you upon a journey to embrace the senses, space and time where traditional components and modern day aspect meet to create cultural diversity in the form of sound, visual and performance. DETAK! is part of a process where we are triggered as creative beings to rise and carve these moments with works that flourish from our hearts and conscience. Local artist as well as international artist involved in this project are unique in their own way with passion and love toward the art itself. DETAK III RETAS DETAK invites you to a concept music showcase #03 titled RETAS. As a concept, Retas brings the idea of re-creating culture within sound & performance in a new exciting form. This year Detak#03 will feature Filastine, contemporary duo hip-hop & bass artist with a Javanese twist. This event is also supported by local talents. FILASTINE Grey Filastine is the composer of a gritty electronic music that collides the lowest frequencies of bass music with the highest-level beat science, acoustic instruments and field recordings. His work often features Javanese indie rapper Nova and avant-garde cellist Brent Arnold. These two can frequently be seen onstage with Filastine at some of the nearly hundred gigs he performs in any year. Filastine also produces award-winning videos, designed a post-crash currency , and conducts public sound interventions. Before getting into digital arts he founded the prototype anarchist marching band the Infernal Noise Brigade. Filastine has lived in a dozen cities but is now firmly based in Barcelona. This year Filastine dropped Aphasia “a quartet of deftly collaged cuts melding throbbing bass synths and richocheting 808s with concrete sound and live instruments” (The Wire). 2014 also sees Filastine debut 4rray, a four-sceen audiovisual performance using bespoke software that allows the artist to trigger and manipulate video live in sync with music. Nova grew up singing pentecostal spirituals with her preacher grandfather, koranic recitations in the mosque, and javanese gamelan music in school. She was half of the Indonesian rap sensation Twin Sista, and has been collaborating with Filastine since 2010. When not on tour Nova can be found in Java giving workshops on art and environmental activism. Press Bits “the prototype of globalized urban sound” – Prefix Mag “Dystopian bass music for crumbling urban futures… the soundtrack to a rising heat humidity index” -Spin “Filastine creates tracks so geographically and chronologically diverse that they sound less like “world” music and more like music from another world.” -PitchforkTV “a hybrid electronic sound that could be described as worldbeat for the dubstep generation – and the result is a lot better than it sounds” -MTV Iggy “Filled with both jagged edges and moments of sad sweetness…sure to win fans across multiple scenes”-XLR8R “visceral, disorienting exotica” -The Stranger “live stage show couples virtuoso live drumming and electronic grooves with a visual spectacle that holds crowds spellbound” -San Francisco Bay Guardian “An uncompromising, unfettered alternative soundtrack to Life On Earth” -Discontent www.filastine.com twitter : @filastine https://www.youtube.com/user/filastine soundcloud.com/filastine https://www.facebook.com/RekamJejak email : rekamjejaknusantara@gmail.com
