CHOIR OF THE MISCHIEF

sampul 3 copy EDIT

Choir of the Mischief

Pameran karya-karya ketjilbergerak bersama Bonggal Hutagalung

Kurator: Chabib Duta Hapsoro

Dibuka oleh Rm Sindhunata

Musik: Sisir Tanah dan Summer in Vienna

Minggu, 15 Februari 2015, 19.00 wib

Jogja Contemporary, Kompleks JNM, Jl. Amri Yahya 1 Gampingan, Wirobrajan, Yogyakarta

Kunjungan Galeri& Diskusi:Selasa, 24 Februari 2015, pukul 16.00 – 18.00

Pameran berlangsung hingga Kamis, 5 Maret 2015

(scroll down for English)

          Choir of the Mischief adalah pameran karya-karya kolaborasi ketjilbergerak (Yogyakarta) dan Bonggal Hutagalung (Bandung) berupa instalasi, video, mural, lukisan dan gambar. Tajuk tersebut menandai kesadaran untuk bermain-main dalam menanggapi narasi-narasi besar dan mitos-mitos mapan yang telanjur dipercaya oleh banyak orang. Istilah “mischief” diniatkan untuk mewakili karakter-karakter khas anak muda yakni  nakal, jahil dan serampangan. Pameran ini secara tidak langsung juga merekam opini atau tanggapan anak muda saat ini ketika merespon apa yang dilakukan oleh anak-anak muda Indonesia di masa lalu. Dengan kata lain karya-karya dalam pameran ini merupakan respons terhadap peristiwa-peristiwa, teks-teks, dan narasi-narasi dan sosok-sosok yang  telah menjadi bagian dari sejarah.

          Karya-karya pada pameran ini tampil dalam beberapa modus, misalnya menonjolkan narasi-narasi kecil yang sering kita lewatkan dalam memahami sejarah/narasi besar serta menjukstaposisikan hal-hal yang merepresentasikan kebudayaan tinggi dengan yang bersifat sehari-hari. Dalam beberapa hal modus-modus tersebut bersifat parodi, di mana rujukan yang dipinjam kemudian “dipelesetkan” untuk menghasilkan makna baru.

          Modus-modus tersebut sedikit banyak menandai kekhasan anak muda saat ini yang berjarak dengan “realitas”. Hal ini juga merefleksikan adanya demokratisasi ideologi dan pengetahuan yang membuat anak-anak muda memposisikan diri untuk bergumul dan selalu resah dengan dunia mereka sendiri. Ditambah dengan kemudahan pada akses informasi dan kecanggihan teknologi, anak-anak muda saat ini membentuk kutub-kutub kecil dengan beragam ketertarikan dan identitas.

          Pameran ini mempertemukan dua pihak yang memiliki perbedaan karakter. ketjilbergerak adalah sebuah kelompok yang menjadikan seni sebagai media pendidikan anak muda di Yogyakarta, melalui kegiatan-kegiatan berkala seperti diskusi, lokakarya, pertunjukan dan pameran. ketjilbergerak juga sering merespon isu-isu sosial baik dalam lingkup lokal maupun nasional melalui beragam media: seni rupa jalanan, musik, video klip, performans dan peristiwa yang melibatkan banyak orang. Kelompok ini memiliki beberapa ciri khas, salah satunya adalah beberapa karyanya acapkali membaurkan batas peran antara aktor/seniman dengan penonton/publik. Maka dari itu keanggotaan ketjilbergerak bersifat cair, organik dan dinamis. Secara singkat dapat digarisbawahi bahwa karya-karya ketjilbergerak berkarakter sosial, lugas dan kolektif-partisipatoris.

          Di sisi lain Bonggal menjadikan seni sebagai wujud eskapisme bagi persoalan-persoalan hidup serta gejolak-gejolak sosial yang ia hadapi sehari-hari. Karya-karya keramik, gambar dan instalasi benda jadi-benda temuan Bonggal tidak hanya merepresentasikan “dunia kecil” sang seniman, melainkan juga sebagai bentuk olok-olok dan pertanyaan atas kemapanan. Karya-karya Bonggal menampilkan karakter personal, liris dan soliter.

          Choir of the Mischief pada akhirnya mewakili pula negosiasi-negosiasi yang menarik di antara ketjilbergerak dan Bonggal Hutagalung, baik secara artistik maupun konseptual.

 Chabib Duta Hapsoro, Kurator Pameran

 

            Choir of the Mischief is an exhibition of collaborative works by ketjilbergerak (Yogyakarta) and Bonggal Hutagalung (Bandung) which consists of installations, video, murals, paintings and drawings. The exhibition title marks the awareness to play in responding to big narratives andwell-established myths trusted by many people.The term “mischief” is intended to represent the youth characters:disobedient, naughty, and unstructured. This exhibition also indirectly records the opinion or responsesof the youth today when responding to what the Indonesian youth conducted in the past. In other words, the works in this exhibition is a response to the events, texts, narratives and figures that become part of history.

          The works in this exhibition appeared in several modes, for example, highlights the small narratives we often miss in understanding the history/big narrative, and juxtaposes things that represent high culture with daily things.In some cases these modes is a parody, in which the reference borrowed then “twisted” to generate new meanings.

          These modes representthe character of the youth today who have distance with “reality”. It also reflects the democratization of ideology and knowledge that makes the youth position themselves to struggle and always restless with their own world. Moreover, the easy access to information and sophisticated technologyencourage the youth today to form small spaces with diverse interests and identities.

          This exhibition presentstwo different characters. ketjilbergerak is a group that utilizes art as a medium of education for the youth in Yogyakarta, through periodic activities such as discussions, workshops, performance art and exhibitions. ketjilbergerak also often responds to social issues both locally and nationally through a variety of media: street art, music, video clips, performance art and happenings involving many people. This group has several distinctive features, one of which is some of his work often confoundsthe boundary between the role of the actor/artist with the audience/public. Therefore, ketjilbergerak membership is fluid, organic and dynamic. In short, it can be underlined that the works of ketjilbergerak is social, straightforward and collective-participatory.

          On the other hand, Bonggal makes art as a form of escapism from his personal and social problems he faces everyday. Bonggal’s ceramics, drawings and found-objectsinstallation not only represent “the small world” of the artist, but also serves as burlesque and in the same time questions“the well-establishment”. Bonggal’sworks portrayhis character: personal, lyrical and solitary.

          Choir of the Mischief in the end is interesting negotiations between ketjilbergerak and Bonggal Hutagalung, both in artistic and conceptual way.

Chabib Duta Hapsoro, Curator

____________________

Rismilliana Wijayanti

phone +62818260134

www.jogjacontemporary.net

EXHIBITION:

AT SITOMPUL: ATRAKSI ABSTRAK
4 – 27 February  @ nalaRRoepa

KETJIL BERGERAK: CHOIR OF MISCHIEF

15 Feb – 5 March

Mailing Address:

Kompleks Jogja National Museum

Jl. Prof Ki Amri Yahya no 1, Gampingan

Yogyakarta 55167

Indonesia

Open: Monday – Saturday 10.00 – 17.00

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *