Diorama Labuh Imajinasi
“Melabuhkan Nusantara Dalam Keintiman Imajinasi”
The Curious Band – Relung Band – Teater Amarta dan Seniman Muda di Jogjakarta mempersembahkan “Diorama Labuh Imajinasi”, sebuah acara pertunjukan yang mengkolaborasikan seni musik dengan seni pertunjukan teater, pantomime, seni tari dan kemudian diintepretasikan dalam bentuk karya rupa melalui media batik tulis pada hari Jum’at, 5 Juni 2015 di Pendopo Paseban Rt.05 Kersan Tirtonirmolo Kasihan Bantul, Yogyakarta. Berakar dari sebuah niat untuk membuat sebuah pertunjukkan dengan ruang yang tanpa batas, “Diorama Labuh Imajinasi” kemudian mengawinkan berbagai aspek dalam ruang kesenian.
Diorama merupakan sebuah gambaran dari keadaan yang sesungguhnya berupa masa lalu yang tak bisa diubah dan harapan masa depan yang seakan masih tampak semu. Gambaran keadaan tersebut kemudian dilabuhkan dengan keberagaman yang memadukan antara bunyi-bunyian modern dari The Curious Band ( Essa Solomon R , Alan Baharani, Lukius Arifin, Ruben Betarushi, Samuel Bezaliel Sitohang) dengan bunyi-bunyian Relung Band (Ridho Dwi Satriadi, H. Andy Krisnanto, M. Gilang Setiawan, Setyawan Budhidarma, Tabitha Banu Krisnanti) yang memadukan sisi tradisi dengan sentuhan nuansa Jawa.
Repertoar dari ke dua group tersebut memiliki kesamaan dalam konteks yaitu tentang sebuah proses perjalanan diri dengan berbagai keresahan dan kegelisahan hingga akhirnya menemukan jawaban-jawaban atas dirinya sendiri. Proses perjalanan diri tersebut kemudian disambut oleh Nunung Deny Puspitasari dari Teater Amarta dengan tangkapan ide mengenai penggambaran keadaan sesungguhnya hingga akhirnya proses perjalanan diri melabuhkan imajinasi bersama Dian Adi Mardiyanto (Violin), Febri Kriswanto ( Pantomime), Megatruh Banyu Mili ( Tari), Shinta Kusumasari (Teater). Kemudian Joan Widya Anugrah ( Seni Rupa) mempertemukan unsur bunyi-bunyian, gambaran keadaan sesungguhnya tentang proses perjalanan diri pada Diorama Labuh Imajinasi pada sebuah rupa yang berupa Batik Tulis.
Perjalanan diri “Diorama Labuh Imajinas” mengambil sebuah tokoh bernama “wAKtU”. Ketika “wAKtU” lahir, dirinya mulai belajar tentang laku manusia. Laku pikiran, perkataan dan perbuatan membuatnya belajar mengenal ketidaktahuan dan mengenal Tuhan. Sebagai seorang yang lahir di tanah jawa, ungkapan “adigang, adigung, adi guna” merupakan sebuah tegesan dalam komposisi Warana – Relung Band.
Dalam sebuah perjalanan untuk menemukan, munculah banyak pertanyaan yang mengharapkan jawaban, namun tidak semua jawaban dalam pertanyaan dapat dinyatakan dalam kata-kata. “wAKtU” mulai lelah mencari, kemudian berkaca dalam diri hingga akhirnya mampu menumbuhkan harapan yang membawanya pada sebuah tempat peristirahatan.
Harapan bagi manusia itu sama seperti sebuah mimpi. Harapan, mimpi ataupun asa mampu menjadi zat pembolak-balik rasa. Posisi larut pagi, “wAKtU” terus berpikir tentang dunia yang ideal namun dirinya merasa sulit untuk menuangkannya. Segala sesuatu hanya berada terbatas dalam imajinasinya saja hingga membuat dirinya terjaga dalam sepi. Secangkir kopi belum mampu menggambarkan dunia yang ideal, kepulan asap rokok hanya mampu menjadikan imajinasinya semakin bebas. “wAKtU” pun menepi dalam diam, dan dirinya terus ber- Reaksi Kimia – The Curious bersama imajinasinya.
Dalam sebuah rotasi perjalanan, akhirnya “wAKtU” menyadari bahwa perjalanan itu tentang dirinya sendiri. “wAKtU” lah jawaban dari seluruh perjalanan imajinasi yang membuatnya kosong, tak berdaya, hilang arah dan merasa bodoh. Perjalanan “wAKtU” bukan untuk dunia karena dunia memiliki jawaban atas berbagai pertanyaan tentang dunia itu sendiri.