YOGYAKARTA GAMELAN FESTIVAL 2017

#YGF22 22nd International Yogyakarta Gamelan Festival 2017

Gamelan telah dikenal sebagai orkestrasi terbesar kedua setelah orkestrasi barat. Selain Indonesia, Gamelan juga dapat ditemukan diseluruh Asia, meskipun dengan bentuk, aturan, dan bunyi yang berbeda. Bunyi-bunyian instrumen tradisi tersebut, ketika dibunyikan langsung mengidentifikasi budaya dari mana bunyian itu berasal, yaitu Asia. Hari ini, gamelan telah tersebar di 33 negara di seluruh belahan dunia.

Tahun ini, Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) diselenggarakan untuk mengapresiasi pertumbuhan instrumen gamelan yang telah berkembang, baik bentuk maupun fungsinya. Jelas, seiring dengan perkembangan dan kebutuhan jaman, gamelan sebagai salah satu budaya Indonesia, telah berkembang dengan sendirinya. Pemunculan teknologi mutakhir mempengaruhi proses pembentukan gamelan hari ini. Dari pakem klasik (pelog-slendro), kemudian penggabungan dari keduanya, dan perubahan format dari logam yang dibunyikan ke format biner, hingga ke pemahaman filosofi gamelan yang diadaptasi oleh barat.

Alih-alih menjadi panik atas serangkaian fenomena tersebut, YGF merayakan atas pengakuan gamelan sebagai budaya yang diterima oeh berbagai kalangan internasional. Hal ini memantapkan gerakan budaya yang dilakukan Komunitas Gayam 16 dan beberapa komunitas gamelan lain di Yogyakarta, pada khususnya, dan masyarakat dunia, pada umumnya, untuk mengembangkan budaya gamelan secara internasional.

22nd Yogyakarta Gamelan Festival 2017 diselenggarakan oleh Komunitas Gayam 16, bekerjasama dengan PKKH UGM dan Dinas Kebudayaan DIY. Tahun ini adalah ke-22 kalinya YGF digelar sebagai event tahunan bagi para pemain dan pecinta gamelan di seluruh dunia. Tahun ini rencananya akan diikuti oleh para peserta dari Perancis dan Australia, selain peserta dari beberapa daerah di Indonesia, termasuk Yogyakarta sebagai tuan rumah.

YGF akan diselenggarakan di Gedung PKKH UGM Yogyakarta pada tanggal 21-23 Juli 2017 pukul 19.00 WIB setiap harinya, Rangkaiannya acaranya adalah :
• Gamelan Concert: 21 sd 23 Juli 2017 pukul 20.00 WIB
Australia, Perancis, Temanggung, Malang, Yogyakarta.
• Exhibition ‘MuniMuni’: 21 sd 23 Juli 2017 pukul 15.00 sd 21.00 WIB
• Gathering Corner :
– Lokakarya “Main ‘Gamelan’ Tanpa Gamelan”
Bersama Pardiman Djoyonegoro dan Ari Wulu
Ruang Kenong PKKH – Sabtu, 22 Juli 2017. Pukul : 14.00-16.00 WIB
– Presentasi “Limbah Berbunyi”
Oleh Moong N’ Friends (J. Mo’ong Santoso Pribadi, Mal Mulyadi, Jangkung Putra Pangestu dan Nicholas Combe)
Ruang Kenong PKKH – Sabtu, 22 Juli 2017. Pukul : 20.00-21.00 WIB
– Sarasehan “Nongkrongin Gamelan, Puisi, dan Kopi”
Bersama (pemain gender), Ngopinyastro dan Kopibrewbagi
– YGF Front Stage, Area Depan PKKH – Minggu, 23 Juli 2017. Pukul 20.00-21.00 WIB
22nd Yogyakarta Gamelan Festival 2017 akan dibuka pada tanggal 21 Juli 2017 pukul 19.00 WIB di PKKH UGM, dengan performance “Gamelan Signal to Outer Space”. Machine by ISSS (Indonesia Space Science Society) ; developed by v.u.f.o.c (an extraterrestrial study center).

TENTANG YOGYAKARTA GAMELAN FESTIVAL

Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) adalah festival internasional yang mewadahi pertemuan pemain dan pecinta gamelan dari seluruh dunia setiap tahunnya. Mulai menyapa pecinta gamelan sejak 20 tahun lalu, YGF lahir dari keresahan akan ketidakhadiran gamelan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Ada banyak penyebabnya. Yang paling utama adalah stigma negatif yang dilekatkan padanya. Gamelan diidentikkan dengan “orang tua” dan hal-hal berbau mistis, sehingga anak muda enggan mempelajari dan memainkannya. Gamelan dianggap tak memiliki potensi menjadi tren yang digemari kawula muda layaknya musik modern, sehingga perlahan namun pasti eksistensinya mulai terkikis. Kurang atau bahkan nihilnya wadah bagi penikmat gamelan pun turut membahayakan eksistensi gamelan di daerah asalnya. Sementara itu, gamelan mulai merambah dan mendapatkan tempat di hati pecinta musik negara lain.
Keresahan ini dirasakan Sapto Raharjo, seorang maestro gamelan, sehingga Ia kemudian menggagas YGF. Pada 1995, untuk pertama kalinya YGF digelar dan menandai lahirnya wadah bagi eksistensi gamelan yang telah dikenal setidaknya di 36 negara. Sejak saat itu, YGF terus menjadi media berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi yang ditunggu-tunggu pemain dan pecinta gamelan. Selain itu, YGF pun diharapkan dapat terus menyuarakan keberadaan gamelan serta mengajak setiap orang untuk berkontribusi terhadapnya. Semangat inilah yang melahirkan YGF dan terus dihadirkan di setiap tahunnya.
YGF dikelola oleh komunitas pecinta seni gamelan dalam kebersamaan, untuk bisa saling mendukung aktivitas. Mengelola jaringan bisnis yang terkait dengan seni gamelan dalam konteks saling menguntungkan dan selalu menyuarakan keberadaan seni gamelan baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional.
Berbagai dukungan datang dari instansi formal maupun non formal. Termasuk dari komunitas pemain gamelan atau yang sering disebut dengan gamelan players, bahkan dukungan dari para penikmat musik gamelan (gamelan lovers) yang belum tentu bisa memainkan gamelan juga berperan sangat besar. Menggagas kehidupan seni gamelan yang dinamis, selalu menyelaraskan diri dengan jaman tanpa harus kehilangan latar belakang budayanya dan saling menghargai keanekaragaman kebudayaan di dunia menjadi visi dari diselenggarakannya Yogyakarta Gamelan Festival ini.
Dan dengan misi untuk menciptakan dan mengelola media yang secara berkesinambungan menjadi sarana berkumpul, berkomunikasi dan berinteraksi bagi para pencipta seni gamelan dan membantu mereka yang sedang mempersiapkan masa depan untuk terlibat dalam dunia seni gamelan maupun yang akan menguatkan potensi yang sudah dimiliki dalam berbagai bentuk kegiatan.
Kini saatnya kita bangga dengan budaya yang kita punya, yang banyak diakui dan dipelajari oleh negara tetangga bahkan dunia. Sudah saatnya Yogyakarta Gamelan Festival patut disejajarkan dengan festival kelas dunia lainnya. Saatnya Yogyakarta Gamelan Festival menjadi ‘ICON’ Yogyakarta.

Program Director YGF
Ari Wulu

GATHERING CORNER

Gathering Corner merupakan ruang intim yang diinisiasi untuk melengkapi gempita penyelenggaraan Yogyakarta Gamelan Festival (YGF). Ruang ini dihidupkan melalui kerjasama YGF dengan individu/komunitas pecinta gamelan untuk berbagi temuan, pemikiran, maupun pengalaman yang didasari spirit bergamelan. Terdapat beberapa ruang yang dihidupkan selama pelaksanaan YGF tahun ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Lokakarya “Main ‘Gamelan’ Tanpa Gamelan”
Bersama Pardiman Djoyonegoro dan Ari Wulu
Ruang Kenong PKKH – Sabtu, 22 Juli 2017. Pukul : 14.00-16.00 WIB

Kita bisa menemui berbagai macam format komposisi gamelan hari ini: dari yang memodifikasi struktur dasar gamelan, yang menggabungkan gamelan dengan instrumen-instrumen dari tradisi-tradisi musikal lainnya, hingga yang bahkan tak menggunakan instrumen gamelan sekalipun. Hal ini membangkitkan pertanyaan berikut: Apa saja kualitas-kualitas musikal (dan barangkali non-musikal) yang membuat suatu musik disebut musik gamelan? Lewat lokakarya ini, kita akan menjelajahi potensi-potensi ‘bermain gamelan’ dengan bersama-sama membuat komposisi (mengikuti proses kreatif Pak Pardiman dan Mas Ari Wulu) dan sesi ngobrol reflektif.

Lokakarya ini merupakan kerjasama YGF dengan Laras – Studies of Music in Society.

Presentasi “Limbah Berbunyi”
Oleh Moong N’ Friends (J. Mo’ong Santoso Pribadi, Mal Mulyadi, Jangkung Putra Pangestu dan Nicholas Combe)
Ruang Kenong PKKH – Sabtu, 22 Juli 2017. Pukul : 20.00-21.00 WIB

Limbah Berbunyi merupakan serangkaian alat musik yang diinisiasi oleh J. Mo’ong Santoso Pribadi dan diwujudkan melalui kolaborasi bersama Muhammad Sulthoni “Konde”. Tercipta instrumen-instrumen musik yang dapat dimainkan secara akustik meskipun dibuat dari material sampah. Terdapat komposisi musik empat bagian yang ditulis oleh J. Mo’ong Santoso Pribadi dan dimainkan oleh Mo’ong N’ Friends untuk Limbah Berbunyi. Pola penggunaan musik Limbah Berbunyi mirip seperti pola musik gamelan/musik nusantara, namun penggunaan instrumen sampah membuatnya lepas dari pakem tradisional yang konvensional. Limbah Berbunyi membawa karya ini lebih lanjut ke ruang suara eksperimental dan seni instalasi kontemporer, bukan sekedar subversi dari tradisi yang biasanya hanya menjadikan tradisi sebagai komoditas. Pada kesempatan kali ini, selain mempresentasikan dan berbagi pengetahuan, Moong N’ Friends mengajak partisipan untuk berinteraksi dengan Limbah Berbunyi.

Presentasi ini merupakan kerjasama YGF dengan Mo’ong N’ Friends – Limbah Berbunyi Project.

(link youtube limbah berbunyi: https://www.youtube.com/watch?v=fKhVmZ6VVtY )

Sarasehan “Nongkrongin Gamelan, Puisi, dan Kopi”
Bersama (pemain gender), Ngopinyastro dan Kopibrewbagi
YGF Front Stage, Area Depan PKKH – Minggu, 23 Juli 2017. Pukul 20.00-21.00 WIB

Pernah terpikirikan satu kata yang identik dengan kehidupan berkomunitas ? Pernah terpikirkan ngobrol tentang aktivitas yang isinya penuh obrolan ? Sembari ngobrol menikmati puisi dengan nuansa gamelan ? Ditambah lagi dengan seduhan kopi yang bisa didapat hanya dengan senyuman ?
Salah satu laku hidup bergamelan adalah berkumpul, dari hal tersebut berdampak pada munculnya budaya yang khas yaitu nongkrong. Selain berkumpul, nongkrong merupakan aktivitas yang sejatinya lekat dengan satu hal yaitu berbagi. Berdasarkan hal tersebut, sarasehan ini menggandeng individu dan komunitas yang memiliki semangat tinggi dalam berbagi. Sebuah ajakan dari Yogyakarta Gamelan Festival untuk merayakan budaya nongkrong bersama Ngopinyastro dan Kopibrewbagi.

Sarasehan ini merupakan kerjasama YGF dengan Ngopinyastro dan Kopibrewbagi
#ngopinyastro #kopibrewbagi

Narahubung Gathering Corner:
Vandy Rizaldi (0857-4378-9528)

Gayam16 Community
Jl. Mantrigawen Lor No.9
Yogyakarta 55131, Indonesia
Phone: +62-85-1004-77717

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *