EXTREME DECAY MELEPAS “KOLAPS” DAN SIAP MENGGERINDA LAGI

Extreme Decay Melepas “Kolaps” dan Siap Menggerinda Lagi

Extreme Decay kembali dengan single anyar bertema ekologi dan mulai merekonstruksi agenda kebisingan berikutnya.

“Tidak ada yang menyangka kita akan berada di situasi seperti sekarang ini. Di saat kondisi menjadi semakin suram dan tak pernah terbayangkan sebelumnya,” ungkap para personel Extreme Decay merujuk pada pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia dan belum kunjung berakhir.

“Sudah hampir dua belas tahun berselang semenjak kami merilis album Holocaust Resistance. Setelah mengalami berbagai hal, akhirnya kami merasa ini saatnya untuk membuat sesuatu kembali. Melontarkan apa yang tertimbun di kepala kami selama ini. Dan tetap membuat rencana hingga beberapa waktu ke depan,” tambah mereka sebagaimana dituliskan dalam unggahan resmi pada akun Instagram milik Extreme Decay, tempo hari.

Pada tanggal 12-13 Juni 2021 yang lalu, Extreme Decay merekam sembilan materi musik terbaru mereka di Natural Studio, Surabaya. Salah satunya adalah track berjudul “Kolaps” yang diluncurkan sebagai single perdana. Tembang tersebut diluncurkan dalam wujud video musik garapan Dimas Tirta Arwana pada tanggal 7 Juli 2021 melalui kanal YouTube Extreme Decay.

“Kolaps” adalah sebuah lagu berdurasi singkat yang tetap mempertahankan pacuan irama grindcore serta menyelipkan pengaruh kuat dari nada-nada crust, hardcore dan power violence. Ini bukti kalau Extreme Decay masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk mengurangi kecepatan musik mereka. Bahkan mungkin lebih ngebut daripada sebelumnya.

“Kolaps” bercerita soal bencana ekologi. Tentang kondisi lingkungan yang semakin buruk dan mengalami proses percepatan kejatuhannya akibat ulah sebagian umat manusia yang tamak dan pola industri yang tidak berkelanjutan. Jika diamati dari seluruh baris liriknya ini mutlak lagu protes. Lagu yang selalu relevan dengan kondisi di belahan bumi manapun. Indonesia sendiri punya banyak masalah soal ini. Mulai dari kasus tambang di Papua dan NTT, pembalakan hutan di Kalimantan, kebun sawit di Sumatera, sampai pada industri semen di Jawa. Semua korbannya adalah ekosistem dan masyarakat sekitar, serta generasi anak-cucu kita berikutnya. “Kolaps” sengaja dibikin untuk mengingatkan soal itu.

Extreme Decay merupakan unit pengusung musik grindcore yang terbentuk di kota Malang pada bulan Januari 1998. Sejak awal berdiri, mereka sudah produktif dan ngebut memproduksi berbagai karya rekaman. Dalam waktu dua tahun pertama, mereka sudah berhasil merilis tiga album studio dan dua demo rehearsal melalui berbagai label rekaman di Indonesia maupun luar negeri. Belum lagi berbagai proyek album split dan kompilasi internasional selama lebih dari dua dekade eksistensi mereka. Album terakhir Extreme Decay adalah Holocaust Resistance yang dirilis oleh Armstretch Records pada tahun 2010 silam.

Formasi Extreme Decay saat ini digawangi oleh Afrl (vokal), Ravi (gitar/vokal), Ruli (gitar/vokal), Anizar Yasmeen (bass/vokal), dan Eko (drum/vokal). Meski personelnya sekarang berdomisili berjauhan (Malang dan Pekanbaru), mereka berlima tetap berkomunikasi secara intens, menulis materi musik baru, serta siap kembali dengan karya dan agenda berikutnya.

Beberapa edisi merchandise terbaru Extreme Decay juga telah diluncurkan ke pasaran. Menurut rencana, setelah ini Extreme Decay bakal merilis mini album (EP) edisi terbatas yang akan diluncurkan pada momen Record Store Day, 17 Juli 2021 nanti. Selepas itu, mereka akan kembali masuk studio dan merekam materi anyar untuk album penuh yang bakal dirilis pada awal tahun 2022.

Jangan lengah, pantau selalu pergerakan Extreme Decay ke depan. Ini musik grindcore, terlambat sedikit saja anda tidak kebagian apa-apa. Grind on!

Tonton video musik “Kolaps” di sini:

 

Extreme Decay
https://instagram.com/extremedecay.grind
https://extremedecay.bandcamp.com
http://www.facebook.com/extremedecay

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *