JOGJA INTERNATIONAL DISABILITY ARTS BIENNALE 2021 : “RIMA RUPA”

JOGJA INTERNATIONAL DISABILITY ARTS BIENNALE 2021 –
RIMA RUPA

(Galeri R.J. Katamsi ISI YK, 18 Oktober- 30 Oktober 2021)

Jogja International Disability Arts Biennale 2021 adalah pameran seni rupa yang diselenggarakan oleh Jogja Disability Arts dan Galeri R.J Katamsi Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan didukung oleh PT Pos Indonesia. Pameran ini hadir dengan semangat memberikan ruang bagi seniman, pegiat dan pelaku seni disabilitas baik nasional maupun internasional untuk mendapat ruang ekspresi, apresiasi, dan komunikasi melalui media seni rupa kepada publik. Selain itu, pameran ini juga sebagai upaya membangun ekosistem seni rupa yang lebih inklusif nasional dan global.

Disabilitas dan seni bukan hal yang baru dalam perkembangan seni rupa, tetapi belum menjadi perhatian yang khusus. Hal ini menjadikan persoalan disabilitas dalam seni belum begitu diperhatikan. Pada gelaran seni rupa kali ini, Rima Rupa dipilih sebagai judul pameran untuk menjadi penanda keberagaman dan kebebasan dalam berekspresi secara visual, baik pilihan gaya dalam seni rupa, teknik, maupun ide para seniman yang mengikuti pameran ini. Seperti halnya sebuah rima, pameran yang dilaksanakan berulang dalam keragaman dan kebebasan ini akan berusaha menemukan irama dan keindahannya dalam bahasa rupa. Selain itu pameran ini juga menjadi ajang bagi seniman disabilitas untuk belajar dan memahami lebih jauh tentang dunia seni rupa. Dengan harapan seniman disabilitas bukan hanya dilihat dari sudut pandang kedisabilitasannya, namun lebih pada ide, gagasan, media ekspresi, dan kreativitas yang tertuang menjadi karya seni rupa.

Secara khusus, pameran ini diikuti oleh seniman, pegiat dan pelaku seni disabilitas baik nasional maupun internasional. Rima Rupa menampilkan karya-karya terbaik dari 58 seniman dari Indonesia, Australia, Brazil, Kairo, Kolombia, Korea Selatan, Selandia Baru, Filipina, Afrika Selatan, dan Britania Raya. Pameran ini sejatinya bukan untuk mengkotakkan diri, tetapi justru pameran ini diharapkan menjadi jembatan bagi seniman-seniman disabilitas menuju ruang-ruang seni yang lebih luas.

Jogja International Disability Arts Biennale 2021 – Rima Rupa akan berlangsung dari Senin, 18 Oktober 2021 hingga Sabtu, 30 Oktober 2021. Pameran Rima Rupa akan diselenggarakan di Galeri R.J Katamsi Institut Seni Indonesia Yogyakarta secara luring dengan reservasi kunjungan terbatas. Pembukaan pameran akan dilakukan secara daring melalui akun Youtube Jogja Disability Arts pada Senin, 18 Oktober 2021, Pukul 15.00 WIB.

Pada pameran Jogja International Disability Art Biennale 2021 yang dihelat kali pertama ini, akan memiliki ruang berbagi dalam bentuk webinar. Hal ini dihadirkan untuk melihat posisi perupa disabilitas dalam gerak seni rupa terutama menyoal masa depan ruang seninya dengan terukur, terutama pada manajemen dan dapat terakomodir secara baik. Harapannya, webinar ini dapat memberi peluang ruang diskusi tidak hanya perihal fasilitas fisik setidaknya dapat turut andil dalam membincangkan masa depan serta memberi wacana ruang alternatif seni secara proporsional bagi perupa disabilitas sebagai gagasan agar lebih memaksimalkan potensi ruang seni yang sudah tercipta mengingat kreativitas dan unsurnya tak boleh berhenti. Seluruh informasi terkait penyelenggaraan Jogja Disability Arts Biennale 2021- Rima Rupa akan dirilis pada akun instagram @jogja_disability_arts sebagai media sosial resmi penyelenggara acara.

Narahubung Dwi Oktala (+62 896-7216-0069) (Safaridulu@gmail.com)

JOGJA INTERNATIONAL DISABILITY ART BIENNALE 2021
RIMA RUPA: Berbagi Ruang dalam Keragaman

Pada hakekatnya seni adalah manifestasi kehidupan jiwa bangsa yang berbudaya. Kesenian mempunyai daya kemampuan yang luar biasa untuk mengasah daya imajinasi, kreativitas dan mengolah rasa. Kegiatan berkesenian membuat individu mengalami pengalaman penginderaan dan perenungan, yang diwujudkan dalam ekspresi seni secara lisan, gerak, musik, maupun gambar. Melalui seni, individu dapat berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya. Seni menjadi media yang universal bagi siapapun. Disabilitas juga dapat mengekspresikan diri melalui berbagai media dalam seni. Banyak hal yang mendorong disabilitas menggeluti dunia seni dengan berbagai tujuan, misalnya seni sebagai media terapi, ekspresi, dan berkesenian sebagai profesi. Namun kesempatan yang ada untuk disabilitas pelaku seni untuk diakomodir dalam ruang-ruang seni yang lebih luas masih sangat kurang memadai. Termasuk banyak ruang-ruang yang belum akses untuk kegiatan, edukasi dan informasi seni untuk disabilitas, seakan disabilitas pelaku seni hanya sebagai pemenuhan wacana dalam bernegara. Padahal sebenarnya potensi dan bakat pelaku seni disabilitas di Indonesia sangat besar, terbukti dengan banyak seniman disabilitas dari Indonesia yang diundang di event-event Internasional.

Dalam sejarah seni rupa dunia peran disabilitas pelaku seni juga mampu memasuki ruang-ruang seni penting dan cukup berpengaruh. Dalam seni lukis misalnya ada Henri Matisse seorang seniman dari Prancis. Ia adalah salah satu tokoh aliran seni rupa fauvism dari Perancis. Henri Matisse, harus kehilangan dua kakinya setelah menjalani operasi bedah kolostomi. Meskipun dengan kondisi demikian, Henri Matisse tetap tak berhenti melahirkan karya-karya yang berkualitas. Nama lain adalah Frida Kahlo, pelukis asal Meksiko ini banyak dikenal karena lukisan potret dirinya yang berhubungan dengan tema seperti identitas, tubuh manusia, dan kematian. Banyak tulisan yang membahas dan mengupas tentang kegelisahan, emosional, pemikiran dan perjuangan hidup dari karya mereka. Mereka dikenal karena karya-karyanya yang berkualitas bersumber dari pengalaman kehidupan mereka.

Pameran ini bertujuan memberikan ruang ekspresi, apreseasi, sebagai perwujudan partisipasi penuh dan kesamaan kesempatan disabilitas dalam bidang seni rupa di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu dapat menjadi forum pertemuan, tempat berbagi pengalaman bagi seniman disabilitas dari berbagai tempat, wilayah, negara yang mempunyai latar belakang berbeda secara budaya dan bahasa. Pameran Jogja International Disability Art Biennale yang mengambil judul “Rima Rupa” ini, menjadi penanda pentingnya keberagaman dan kebebasan dalam berekspresi secara visual. Segala bentuk kecenderungan dalam seni rupa baik pilihan gaya, teknik, maupun ide hadir dalam pameran ini. Seperti halnya sebuah “Rima” dalam puisi, pameran ini akan terus bergerak dalam keragaman dan kebebasan, mencari sebuah harmoni, berusaha untuk menemukan irama dan keindahannya dalam bahasa visual. Keberagaman teknik, gaya, usia seniman, latar belakang budaya, pendidikan dan disabilitas disatukan dalam satu pameran.

Pameran ini diikuti oleh 56 seniman disabilitas dari berbagai negara yaitu Indonesia, Filipina, Korea, Mesir, Brazil, Colombia, Afrika Selatan, Australia, New Zeland, Kroasia dan United Kingdom. Karya yang terseleksi lebih dari 90 karya, meliputi karya lukis, batik, kolase, fotografi, video, instalasi, audio dan olah digital. Karya-karya tersebut hadir dalam satu ruang bersama, dengan jenis karya yang beragam. Pameran ini sejatinya bukan untuk mengkotakkan diri, tetapi justru pameran ini diharapkan menjadi jembatan bagi seniman-seniman disabilitas menuju ruang-ruang seni yang lebih luas. Selain itu pameran ini juga menjadi ajang bagi seniman disabilitas untuk belajar dan memahami lebih jauh tentang dunia seni rupa. Dengan harapan seniman disabilitas bukan hanya dilihat dari sudut pandang kedisabilitasannya, namun lebih pada ide, gagasan, media ekspresi, dan kreativitas yang tertuang menjadi karya seni rupa. Ini awal dari kekuatan dan kreativitas yang semoga akan terus bergulir seiring perubahan zaman. Seniman disabilitas harus terus bergerak dengan menggali segenap potensi dirinya. Sinergi dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan bagi kemajuan seni rupa khususnya untuk seniman disabilitas.

Salam Budaya
Selamat berpameran

Sukri Budi Dharma a.k.a Butong
Kurator

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *