#KDM7 : THE LAND AND THE WATER

IMG_20160815_160507 IMG-20160815-WA0001

KDM #7 X ICPSFF

Judul Program Pemutaran & Diskusi:
The Land & The Water

Slot 1:
KDM (Klub DIY Menonton)

Juru Program:
Suluh Pamuji

Durasi Pemutaran:
51min (+ Q&A)

Materi Film:
1. A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One (Yosep Anggi Noen/13min/Limaenam Films/2013)
2. Amarta (Bambang Ipoenk KM/19min/Lajartantjap Films/2015)
3. Sedeng Sang (M. Reza Fahriyansyah/19min/Bor(n)eo Films/2016)

Waktu & Tempat Pemutaran:
Jumat, 19 Agustus 2016 | 18.30 WIB | Aula Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta | Jl. Cendana No. 11, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Slot 2:
ICPSFF (International Changing Perspective Short Film Festival)

Juru Program:
Suluh Pamuji
Masoud Soheili

Durasi Pemutaran:
55min

Materi Film:
1. About A Mother (Dina Velikovskaya, 2015, 8min – Without dialogue.)
2. The Well (Selman Nacar, 2015, 18min – Turkish with English subtitles)
3. We Will Arrive Tomorrow (Maria Galliani Dyrvik, 2016, 7min – Arabic, English with english subtitles.
4. Fish (Saman Hosseinpuor, 2015, 3min – without dialogue)
5. The House in The Envelope (Sanela Salketic, 2015, 16min – Turkish with English subtitles)
6. The Beginning (Vladimir Tsarenko, 2016, 3min – Russian with english subtitles)

Waktu & Tempat Pemutaran:
Jumat, 19 Agustus 2016 | 20.00 WIB | Aula Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta | Jl. Cendana No. 11, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Judul Pengantar Program:
Tanah & Air

Tulisan Pengantar Program:
Klub DIY Menonton (KDM) hadir kembali bersama International Changing Perspective Short Film Festival (ICPSFF) sebagai salah satu festival film pendek internasional yang bermarkas di Istanbul, Turkey. KDM #7 x ICPSFF kali ini menawarkan tajuk “The Land & The Water” sebagai tajuk yang memayungi program pemutaran dan diskusi. Sembilan film pendek kemudian kami pilih. Kami membaginya dalam dua slot terpisah.

Slot 1 di isi tiga film pendek kompilasi KDM. A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One (Yosep Anggi Noen/2013); Amarta (Bambang Ipoenk KM/2015); dan Sedeng Sang (M. Reza Fahriansyah/2016) adalah tiga film pendek pilihan yang memaparkan masalah tanah dan air di Indonesia.

Usai hiruk pikuk peringatan dan perayaan hari kemerdekaan Indonesia, tiga film tersebut adalah tandingan yang menarik untuk dihadirkan. A Lady Caddy dan Sedeng Sang menampilkan lapis persoalan tentang tanah di wilayah yang berbeda. Jika persoalan tanah dalam Lady Caddy adalah tanah di tanah Jawa, Sedeng Sang menampilkan tanah dalam konteks persoalan tanah di Borneo (Kalimantan). Keduanya menampilkan subjek, corak tanah dan tanaman yang diformulasikan dalam narasi yang kontemplatif dan puitik. Kemudian Amarta, menampilkan persoalan air sebagai krisis dan pembebasan di dunia yang (seolah) antah berantah. Dengan formula narasi yang ramah diterima untuk semua latar dan usia, Amarta membawa kita pada lapis kuasa yang abu-abu.

Slot 2 di isi enam film pendek kompilasi ICPSFF. About A Mother (Dina Velikovskaya/2015); The Well (Selman Nacar/2015); We Will Arrive Tomorrow (Maria Galliani Dyrvik/2016); Fish (Saman Hosseinpuor/2015); The House in The Envelope (Sanela Salketic/2015); dan The Beginning (Vladimir Tsarenko/2016) adalah enam film yang mampu memperluas spektrum program.

Persoalan manusia menyangkut keberadaan dan ketiadaan tanah dan air pada dasarnya adalah persoalan manusia atas ruang hidup. About A Mother; The Well; We Will Arrive Tomorrow; dan The House in The Envelope adalah empat film yang secara beragam menyentuh tanah dengan caranya masing-masing. Cara simbolik dalam About; narasi kematian dalam The Well; perang dan kerusakan dalam We Will; dan narasi kelahiran dan asal muasal seseorang dalam The House.

Kemudian Fish, alih-alih mengakui air sebagai kebutuhan dasar manusia, ia juga menampilkan keberadaan air sebagai tempat hidup ikan peliharaan. The Beginning adalah film penutup yang menampilkan laki-laki frustasi yang mencoba bunuh diri namun gagal. Sementara itu, keberadaan makanan dan minuman membuatnya berpikir ulang untuk mencoba bunuh diri lagi.

Selamat menonton,

Suluh Pamuji

Tentang KDM:
Klub DIY Menonton (KDM) adalah program pemutaran yang didukung Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan diselenggarakan secara kolaboratif oleh SAAP – Think & Create, Paguyuban Filmmaker Jogja, Yuk Nonton!, SiMAMAT. Program yang direalisasikan untuk pertama kalinya pada Maret 2016 ini kami sikapi sebagai program pemutaran yang akan berlangsung secara berkesinambungan. Selaras dengan slogan yang menjadi seruan KDM: Durability! Sustainability! Long Live Alternate Screening!

Pada tahun 2016 ini kami akan menyelenggarakan dua belas kali pemutaran dari Maret hingga November. Tema besar yang akan menjadi payung program-program pemutaran KDM adalah “Peristiwa, Sinema, dan Wacana”. Tema besar tersebut kami pilih karena relatif fleksibel untuk mengelola dan membaca dinamika sinema melalui potensi peristiwa dan wacana yang melingkupi latar kehadirannya.

About ICPSFF:
The International Changing Perspectives Short Film Festival (ICPSFF) is an international take-away film festival dealing with the topic of cultural exchange. The festival will start in Istanbul with a two-day program. During the year there will be other screenings in various European cities. Filmmakers will be invited and academic panel discussions on the topic of academic cultural exchange will be held.

This year, the main topic of the festival will be “Border”. There will be a festival section about 15 films, a photography exhibition and a panel discussion focusing on the main topic.

There are so many different borders: physical borders, geographical borders, social borders, mental borders, political borders, sexual borders, religious borders, imaginary borders – to name just a few.

To be born or to live on one side or the other of a border is often random.

However, it’s not so easy to let go of the constrictions borders create, as our identities are often shaped upon a deep conviction of belonging to one, unique place, country, religion or gender. During the festival we want to explore the different aspects of border providing a platform for all the diverse perspectives on the topic. Besides 2016 thematic-focused program, the festival will also screen films under its traditional sections: Exchange Experience, Cultural Insights, Ridicule, Umbrella.

Tim KDM #7 X ICPSFF:
Koordinator Acara: Dhisga Amandatya | Tim Screening: Indra “Komeng” Sukmana, Wahyu Agung Prasetyo | Video Bumper: Helmi Nur-Rasyid | Film Traffic: Adi Rosidi Pandega | Frontdesk & Reservasi: Dean Fitty Sari | Usher: Nova Ulaila Dewi | Desain & Ilustrasi: Damar N. Sosodoro | Dokumentasi: Said Nurhidayat | Konsumsi: Farida Novieti M | Administrasi & Keuangan: Farida Novieti M | Publicist & Media Strategist: Lidia Nofiani, Elena Rosmeisara | Koordinator Program: Suluh Pamuji | Tim Program: Pratista Wibowo, Akhmad Fesdi Anggoro, Mohammad Reza Fahriyansyah | Asisten Program: Theo Maulana | Program Tamu (ICPSFF): Masoud Soheili

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *