“KULASENTANA” DEBUT MINI ALBUM DARI ADI PERKASA, WUJUD MEMULIAKAN DUKA KELUARGA

KULASENTANA: Debut Mini Album Adi Perkasa, Wujud Memuliakan Duka Keluarga

Sebagai humas di industri pertambangan serta dosen luar biasa yang mencintai dunia kepenulisan dan tarik suara, Adi Perkasa berbagi pengalaman hidup melalui debut mini albumnya bertajuk Kulasentana. Latar belakang studi dan pekerjaannya dikaitkan dengan rumitnya jalan yang ia tempuh untuk memuliakan duka akibat problematika keluarga. Dimana dalam KBBI, Kulasentana sendiri berarti keluarga. Ini sejalan dengan Five Stages of Grief, sebuah model yang diinisiasi oleh psikiater bernama Kübler-Ross. Namun, dengan susunan yang menyesuaikan pengalamannya.

Bukan hanya sebuah mini album, Kulasentana merupakan gabungan karya fiksi dan musik dalam format digital. Keduanya sudah bisa dinikmati terpisah pada aplikasi web novel dan seluruh pemutar musik secara gratis. Cerita fiksi bersambungnya terdiri dari lima bab, setiap babnya direpresentasikan dalam sebuah lagu yang dirangkum pada mini albumnya.

Dimulai dengan Tunggu Lain Hari yang mewakili tahap depresi karena luka masa lalu yang tak kunjung sirna. Mengisahkan Lara menggambarkan tahap menyangkal melalui mekanisme penanganan setiap individu. Dom Sumurup Ing Banyu, terinspirasi dari peribahasa Jawa yang sama dengan judul lagunya, bercerita tentang rasa murka akibat pengkhianatan. As Much As I Am, lagu berbahasa Inggris menjelaskan proses negosiasi untuk memaafkan dan melupakan karena melihat adanya penyesalan yang begitu dalam. Ditutup dengan Teka-Teki, sebuah lagu tentang penerimaan yang terinspirasi dari permainan teka-teki silang.

“Harapannya, cerita bersambung digital dan musik dalam Kulasentana tidak hanya bisa dinikmati secara bersamaan sebagai hiburan bagi dua indera penikmat seni Indonesia. Tetapi juga dapat menjadi teman melewati dan memuliakan segala bentuk duka,” ujar Adi Perkasa.

Ia menulis sendiri seluruh lirik dan cerita bersambungnya. Musiknya pun ia ciptakan sendiri dengan kolaborasi bersama beberapa nama yang cukup familier di industri musik Indonesia. Andi Armand, Produser Fourtwnty, adalah sosok dibalik produksi dan aransemen musik Kulasentana. Sedangkan, Aria Ardikoesoema, penyanyi dan pencipta lagu yang ikut memproduksi lagu Vicky Mono, turut menggubah musik Dom Sumurup Ing Banyu. Terakhir, Adolf Bernardinus, sosok dibalik Takaotubo, berkolaborasi bersamanya dalam lagu Tunggu Lain Hari dan As Much As I Am.

 

Adi Perkasa | 081228432864 | adiperkasa.iman@gmail.com | @adeeperkasa

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *