MANTAP DI JALUR ROCK, SOLOIS DANUDJADITYA SEGERA RILIS ALBUM PENUH “DISTOPIA”

Mantap di Jalur Rock, Solois Danudjaditya Lempar Album Penuh

Tidak banyak solois yang berani mengusung musik rock lalu melempar album penuh. Danudjaditya satu di antara musisi yang sedikit itu dalam realita kontemporer. Di tengah keberanian itu Danudjaditya juga berupaya keras menjadi dirinya sendiri dengan tidak mengekor banyak solois rock terdahulu macam Andy Liani, Hengky Supit, Mel Shandy, maupun Ikang Fauzi.

“Banyak yang menyarankan untuk ambil jalur pop seperti Tulus atau Pamungkas. Jujur, saya nggak bisa karena dari dulu memang sudah dekat sama musik rock. Saya mau bikin karya yang sesuai dengan hati dan kemampuan saya, jadilah proyek ini,” kata Danudjaditya ketika ngobrol santai dengan wartawan Sabtu (16/4/2022) malam di MOL Coffee.

Setelah merilis empat single ke platform dengar digital selama satu tahun terakhir, Danudjaditya melempar album penuh berjudul “Distopia” Mei mendatang. Album itu juga akan dirilis dalam bentuk fisik berkolaborasi dengan perupa muda Yogyakarta, Muhammad Harris Syahpuja Putra. Album penuh berisi sembilan track itu memuat kedegilan, ketamakan, dan produksi kuasa lewat nilai-nilai yang menyebar lalu membeku di kepala tiap orang. Album bisa didapatkan secara pre order dengan memesan langsung ke instagram @danudjaditya.

“Fiksi itu saya kasih nama ‘Distopia’. Ada tokoh, alur cerita, konflik, dan sekian tragedi yang lahir dari nilai-nilai bengis yang sering berubah bentuk itu,” beber Danudjaditya.

“Distopia” adalah fiksi yang mekar dalam kepala Didit. Cerita itu ia gelantarkan ke tempat bernama Nusantara. Negeri yang disegani, kuat, kaya raya, serta makmur itu direbut paksa panglima perang bernama Utharos. Dia rujukan imajinatif tentang sebenar-benarnya sifat celaka dan pengkhianat. Ia menusuk rajanya sendiri. Memakai cara-cara purba, menunggangi kekuatan militer dan gerombolan muda lalu mengarahkan moncong senjata ke istana serupa Brutus dan Gaiaus bersama 60 senat yang menikam Caesar.

Proses rekaman, mixing, sampai mastering ia kerjakan sendiri di kamar yang ia sulap menjadi studio. Proses rekamannya unik, take menggunakan handphone yang ditaruh dalam kotak kecil dilengkapi gabus di dinding-dindingnya lalu ditodong ke pengeras suara. Ia juga merekam ulang empat single yang dirilis ke platform digital sehingga terdengar jauh berbeda di album barunya. Banyak pendengar yang memberikan respon positif ketika albumnya diperdengarkan secara khusus beberapa waktu lalu.

“Danudjaditya mengatur nada yang berat, kotor, dan didorong distorsi. Ketika distorsi ini menjadi abrasif ada sesuatu yang menghibur ketika membiarkan gelombang hangat yang menyelimuti tiap komposisinya,” kata Indra Menus, penulis, peneliti, sekaligus musisi asal Yogyakarta.

Tiap track di album debut Danudjaditya juga diterima dengan baik di luar kalangan musisi dan penikmat musik cadas. Indra Muhammad contohnya. Pebasket Bima Perkasa yang meraih gelar juara tri poin IBL All Star itu mengatakan lagu-lagu dalam album memberi pengalaman dengar menyenangkan. “Meski saya bukan pecinta rock atau hardcore, tapi mendengarkan album ini sangat menyenangkan. Liriknya mewakili banget,” kata Indra.

Sedangkan artwork yang digarap Haris merupakan respon atas fiksi yang ditaruh Danudjaditya ke dalam album. Harris bercerita, kehancuran sekaligus kesuraman Nuransäthä dalam kepala Danudjaditya ditampilkan dengan warna merah menyerupai darah yang menjadi saren. Mereka juga menaruh figur seseorang yang menutup wajah dan tubuh dengan kain dari kepala hingga kaki dalam artwork. Figur itu Harris pilih menjadi cover depan album ini.

“Figur tersebut interpretasi dari rakyat Nuransäthä yang sedang diterpa keadaan serba sulit serta menutup diri dari orang lain akibat tidak adanya kepercayaan satu sama lain,” papar Harris.

Sementara di bagian cover belakang masih menampilkan sosok seseorang berjubah yang sedang menatap matahari. Matahari di sana simbol harapan rakyat Nuransäthä. Di bagian lirik digambarkan keadaan Nuransäthä yang dihantam amukan alam. Kepingan CD album “Distopia” menampilkan permukaan matahari dari jarak yang dekat seolah pendengar yang memegang dan memutar CD tersebut menatap matahari dan ikut berdoa bersama rakyat Nuransäthä.

“Saat kepingan CD diangkat dari case terdapat matahari yang tampak lebih jauh serta terdapat teks mengenai secuil keadaan Nuransäthä,” tandas Harris.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *