PAGELARAN WAYANG WONG GAGRAK YOGYAKARTA

C82gZTHV0AApriC

Pergelaran Wayang Wong Gagrak Yogyakarta

Wayang orang di Yogyakarta terbentuk dari dalam lingkungan kraton Yang kemudian menyebar luas ke masyarakat. Pada awal pembentukannya pertunjukan ni tidak saja berfungsi sebagai tontonan yang menarik, tetapi juga menjadi media pembentukan karakter, karena bermacam certa yang disajikan berisikan umbaran sebuah pilihan untuk menjadi manusia baik atau buruk. Dari macam karakter tokoh dalam wayang orangi itu kita disuguhi bermacam macam karakter manusia yang dapat kita teladani.

Untuk menghidupkan kembali kembali seni wayang orang sebagai tontonn yang sarat tuntunan, dan sebagai media pendidikan kepada masyarakat, Dinas Kebudayaan DIY menggelar program Pergelaran Wayang Wong Gagrak Yogyakarta. Acara ini dilaksanan pada 10-12 April 2017 mulai pukul 19.00 WIB. Lokasi acara di Pendopo Kademi Komunitas Jl. Parangtritis KM 4,5 an menghadirkan 6 Sanggar Wayang Wong.

 Kepala Seksi Seni Tradisi Klasik Dinas Kebudayaan DIY, Dra. Purwiati, mengungkapkan bahwa pergelaran ini merupakan bentuk fasilitasi Dinas Kebudayaan DIY kepada sanggar seni tari klasik di Yogyakarta untuk menampilkan potensi masing-masing.

“Karena itulah konsepnya pergelaran, bukan festival karena tidak dipilih penyaji terbaik dan lainnya. Sebab memang tujuan kami untuk mengajak sanggar-sanggar seni tari klasik tersebut agar menampilkan potensi dan keunggulannya,” tutur Dra. Purwiati.

Sementara itu keenam sanggar seni tari klasik yang akan terlibat dalam pergelaran ini, Yayasan Siswa Among Beksa menghadirkan lakon ‘Sri Tumurun’, Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM) dengan lakon ‘Gondowardoyo’, Krida Beksa Wirama menyajikan ‘Baderbang Sisik Kencana’, Paguyuban Seni Suryo Kencono mengangkat cerita ‘Pragolomurti’, Perkumpulan Kesenian Irama Tjitra menyuguhkan ‘Semar Boyong’ dan Pusat Olah Seni Retno Aji Mataram mengantarkan ‘Kangsa Adu Jago’.

Masih menurut keterangan Dra. Purwiati, sengaja dipilih pergelaran wayang orang karena salah satu keunggulan tari klasik Yogyakarta juga terdapat dalam pementasan wayang orang. Namun begitu ia menjelaskan yang akan disajikan haruslah gaya Yogyakarta, mulai iringan, kostum dan konten sajian yang dihadirkan.

“Melalui kegiatan ini harapannya akan ada pemetaan sejauh mana organisasi seni tari klasik dalam mengembamgkan potensinya. Apalagi Seksi Seni Tradisi Klasik ini terbilang struktur baru di Disbud DIY sehingga untuk pembinaan ke depan akan lebih intens,” sebut wanita yang akrab disapa Bu Pur tersebut.

Dengan adanya pergelaran ini Purwiati juga menjelaskan peta dunia tari klasik di Yogyakarta dapat lebih terbuka. Sebab menurutnya, kendala yang dihadapi sanggar-sanggar seni tari klasik saat akan pentas mengenai keterbatasan pelaku seni tari untuk penokohan tertentu. Sehingga tidak jarang untuk tokoh tertentu harus menggunakan penari yang sama karena butuh penjiwaan yang belum bisa dimiliki penari lainnya.

 

Acara ini terbuka untuk umum dan Gratis.

 

Yogyakarta, 8 April 2017

Kepala Seksi Seni Tradisi Klasik Dinas Kebudayaan DIY

          Dra. Purwiati (081328703286)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *