Partizan rilis Jelma: Sebuah Ode Untuk Yang Tak Kasat Mata
Dibentuk di Surabaya pada April 2013, Partizan merupakan gabungan semangat dari musisi generasi pertengahan 2000an yang masih membara dan mencoba mencari muara untuk menuangkan segala kreatifitas yang terpendam selama ini. Diawali oleh dua personil Frontliner, band yang dulu identik dengan movement garage rock Surabaya yaitu Tengku Novan dan Uky Dwi, Partizan kemudian menggandeng Raharjo Prionggo dari African Air Conditioner salah satu band alternatif rock yang fenomenal di Surabaya selama pertengahan 2000an, Angga “Pencit” Yudha dari The Wise, salah satu band ambient pop di era 2010an yang pernah beredar aktif di skena indie Surabaya, dan Abraham David untuk menyempurnakan formasi Partizan.
Dengan formasi solid dari Tengku Novan (vokal), Uky Dwi (gitar 1), Raharjo Prionggo (bass), Angga Yudha (gitar 2), dan Abraham David (drum) akhirnya Partizan merilis demo mereka yang berisikan dua lagu secara direct, dibagikan di gig-gig musik di Surabaya. Partizan kemudian vakum sembari membenahi kualitas rekaman dari lagu-lagu yang pernah mereka dokumentasikan di bawah nama “JUST”. Nafas baru kembali dihirup saat Partizan merilis single pertamanya berupa video lirik berjudul “Jelma”. Hari Pendidikan Indonesia menjadi tanggal rilis video lirik ini yang didominasi kolase cuplikan-cuplikan film horor ini. Teknik kolase video horor dianggap mewakili tema lagu Jelma, tentang hal-hal tak kasat mata yang kemudian secara tiba-tiba berwujud. Secara gaya bermusik Dibesarkan di skena musik Surabaya yang “ngerock”, Partizan banyak mengambil pengaruh dari british rock 90an dan noise rock yang bertempo heavy dan berkarakter tajam namun dibubuhi aksen reverb dan delay tebal. Jelma akan merambah platform digital pada Juni 2020, sementara itu video “Jelma” bisa dinikmati di:
Info lebih lengkap Partizan: https://www.instagram.com/partizansub/
