RAYAKAN 17 TAHUN, TO DIE RILIS QR CODES DALAM BENTUK KARTU POS

to die - cover QR Codes To Die di Samarinda To Die di Tokyo - Jepang

Rayakan 17 Tahun, To Die Rilis QR Codes Dalam Bentuk Kartu Pos

Noise mungkin adalah sebuah genre yang masih diperdebatkan apakah itu termasuk musik atau tidak. Setidaknya sebuah skripsi dari Annamira Latuconsina, seorang mahasiswi ISI Yogyakarta jurusan Etnomusikologi yang membahas mengenai gerakan Jogja Noise Bombing dan Noise itu sendiri telah berhasil lolos uji. Terlepas apakah Noise itu termasuk musik atau bukan, patut dicatat bahwa skena Noise di Indonesia telah menyita perhatian dunia. Pertama, dengan rilisnya “Bising” sebuah film dokumenter yang mengulas tentang orang-orang yang bermain Noise di Indonesia. Film ini tercatat telah melanglang buana ke negeri Asia dan Eropa (Swiss, Hongkong, Jepang dll) melalui screening film dan pemutarannya di festival film independent.

Kemudian menyusul Jogja Noise Bombing yang merupakan sebuah aksi bermain Noise memakai alat sederhana dan dilakukan di tempat publik dengan “meminjam” aliran listrik yang tersedia di situ. Majalah musik luar negri semisal The Wire (Inggris) sempat mengulas tentang aktifitas ini dan membuat banyak band/seniman Noise luar negri yang bertandang ke Yogyakarta untuk beraksi di acara tersebut maupun di festival tahunan-nya, Jogja Noise Bombing Festival.

Salah satu dari beberapa inisiator Jogja Noise Bombing adalah To Die. Berdiri pada era 1998, To Die berasal dari skena musik Hardcore Punk yang kemudian ber-evolusi menjadi sebuah kolektif ber-attitude Punk yang ber-eksperimen dengan bebunyian. Terkadang bermain sebagai band dengan formasi trio bass, drum dan vokal/elektronik, terkadang beraksi sendirian dengan synthesizer handmade bikinan Kenali Rangkai Pakai (pembuat alat handmade synthesizer dari Yogyakarta) dan bermacam efek pedal. To Die sendiri sering disebut sebagai salah satu jembatan penghubung antara skena musik Hardcore Punk dengan Experimental Noise di Indonesia.

Banyak bermain di acara skala kecil membuat kolektif ini tidak begitu dikenal. Tidak banyak yang mengetahui bahwa To Die pernah melakukan tour ke Bali, Kalimantan, Singapura, Malaysia dan Februari 2015 lalu ke Jepang. Begitupun dengan rilisan mereka yang susah didapatkan karena kebanyakan dirilis terbatas 20 – 100 buah/album karena keunikan rilisan mereka (note: pernah merilis kaset dalam wasah gupon burung dara) atau dirilis oleh label luar Indonesia. Selama era 1998 – 2015, To Die telah mengeluarkan hampir 170an rilisan mulai format digital, kaset, cd, dvd, vinyl, 3″ cd, biz card sampai lathe cut yang dirilis oleh records label mulai dari Trenggalek, Kerinci, Blitar, Samarinda, Denpasar, Jakarta juga records label dari Malaysia, Ecuador, Jepang, Brazil, USA, Italia sampai Prancis dan lainnya.

Untuk merayakan 17 tahun berdirinya To Die, Relamati Records bekerjasama dengan Mindblasting Netlabel akan merilis sebuah QR Codes (kode unduh file digital yang bisa di scan dengan smartphone) berisi 1 single terbaru To Die yang berdurasi 17 menit. QR Codes To Die sendiri akan dicetak ke dalam kartu pos dimana terdapat gambar desain hasil karya 17 seniman yang pernah membuat karya untuk kover To Die selama ini.

Ke 17 seniman tersebut adalah:

M Ikbal Arifin Suradi (Bandung)
Jali “Trollyart” (Samarinda)
Krisna Widhiatama (Yogyakarta)
Istanara Julias (Samarinda)
Kaktuz “Simbah” (Yogyakarta)
Nan Guazi (China)
Yogi Obluda (Yogyakarta/Jakarta)
Jojo “Astrojoo” (Samarinda)
Barathadanu (Bandung)
Budi “Bubee” Wibowo (Solo)
Ikbal Tawaqal (Bandung)
Pepeng “Kucing Liar” (Yogyakarta)
Nurify Basuki “Pipit” (Yogyakarta)
Triaji Permadi (Malang)
Wednes Mandra (Yogyakarta)
R. Yudha Saputra (Yogyakarta)
King Of Coma (Jerman)

Setiap desain kartu pos tersebut hanya akan dicetak sebanyak 17 buah/desain dan dijual seharga Rp.17.000/buah lengkap dengan perangko yang akan dikirimkan ke setiap pemesan layaknya sebuah kartu pos. Rilisan ini akan resmi dilepas ke pasaran pada tanggal 17 Desember 2015.

Pemesanan bisa menghubungi:
relamatirecords@gmail.com

Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Relamati Records

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *