“TIME WILL HEAL US”, EMPATI NICOLAS MORA TERHADAP LUKA

“Time Will Heal Us”, Empati Nicolas Mora Terhadap Luka

Semua orang pasti pernah mengalami luka di hatinya, termasuk salah seorang yang pernah
ditemui Nicolas Mora . Berbekal cerita tentang sebuah peristiwa naas dan kandasnya
pernikahan, luka yang hadir karenanya tidak semerta-merta terhapus oleh masa. Lewat sebuah
tembang folk bertajuk “Time Will Heal Us” , Nicolas Mora mencurahkan lirik-lirik puitis nan
tragis yang mengajak pendengar untuk menyelami kehidupan seorang lelaki dan anaknya yang
harus berdamai dengan lara. Menempatkan lirik sebagai salah satu narasi utama dalam lagu,
Nicolas Mora tidak meninggalkan aspek instrumental yang sama pentingnya. Kali ini ia
berkolaborasi dengan frontman dari band The Morning After yakni Bambang Iswanto dalam
mengulik lagu tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa awalnya aransemen yang muncul adalah penambahan instrumen
biola, cello, piano, atau akordion. Dari semua pilihan tersebut, belum ada yang terasa pas
dengan visi yang ada di kepala sang musisi. Saat proses perekaman terjadi di NERO Studio
milik Bambang, iringan gitar slide justru jadi padanan yang pas bagi gitar akustik yang dipetik
oleh Nicolas Mora. Gitar akustik yang dimainkan Nicolas, selaras menyambut bebunyian gitar
slide dari Bambang Iswanto yang memunculkan kesan raw , melankolis, dan kuat.

Lagu ini tidak terdengar asing apabila para pendengar telah menyaksikan penampilan live
Nicolas Mora sebelumnya. Namun, pemuda ini menyebutkan bahwa tempo dan nuansa versi
studio jauh berbeda dengan versi awalnya. Ditilik lebih jauh, makna dari lagu ini juga didapat
dari cerita orang-orang di sekitarnya. Menanggapi hal tersebut, pemuda berkacamata ini
mengungkapkan memang konsep yang ingin diusung dari rilisannya sekarang hingga beberapa
rilisan ke depan adalah menuangkan curahan hati orang yang lalu lalang di kehidupan musisi
tersebut.

“Time Will Heal Us” yang secara resmi dilempar ke semua gerai digital mulai tanggal 8
November 2019 ini ditemani oleh sebuah artwork berupa foto hitam putih yang menampilkan
Nicolas yang sedang memeluk seorang anak. Foto yang diambil oleh TD. Kumbara ini
menganalogikan empati yang dirasakan Nico kepada sang anak yang tidak disangka memiliki
nasib serupa dengan narasi yang dibangun oleh lagu ini. Nuansa hitam putih dan analog
semakin kuat dengan cuplikan klip yang disebar lewat media sosial dengan menampilkan mesin
tik kuno dan bait-bait lirik dari “Time Will Heal Us”. Hal ini merupakan kolaborasi Nicolas Mora
dengan seorang kawan bernama Dimas yang selalu membawa mesin tik tersebut dan
menuliskan hal-hal yang ia amati dari orang sekitarnya.

“Time Will Heal Us” adalah upaya Nicolas Mora untuk mentranslasikan empati dari sebuah
narasi menjadi lantunan nada yang diharap bisa menjadi obat pelipur lara. Single keduanya
bisa dinikmati di berbagai kanal digital seperti Spotify, Deezer, Apple Music, dan masih banyak
lagi.

Nikmati “Time Will Heal Us” di:
● Apple Music : https://apple.co/34MZcEp
● Spotify : https://spoti.fi/2KatXv7
● Deezer : https://www.deezer.com/en/album/116579672

“Time Will Heal Us” Credit:
Title: Time Will Heal Us
Singer: Nicolas Mora
Writers: Nicolas Mora
Songwriter: Nicolas Mora
Record by Bambang Iswanto NERO STUDIO
Mixing Mastering by Bambang Iswanto

Awarima

Nicolas akan selalu merasa baik-baik saja untuk berperan sebagai pria yang terduduk sendiri di sudut kerumunan. Apalagi saat ia mulai aktif mengamati dan mendengarkan; merasakan di dalam keheningan.

Pendekatan serupa juga dilakukan Nicolas Mora saat pertama kali mulai belajar
memainkan musiknya sendiri. Tumbuh di lingkungan konvensional yang
mengharamkan seni bebunyian, Nicolas menemukan dirinya pada musik yang
berjarak. Musik yang dapat ia nikmati seorang.

Tempatnya melarikan diri tanpa bisa disinggahi orang lain. Nicolas Mora tak
pernah punya alasan untuk membawa musiknya keluar dari kepalanya. Tidak
ada cara lain yang ia ketahui selain menyimpan musiknya rapat-rapat di dalam kamar.

Ratusan kilometer perjalanan dari kampung halamannya di Lampung
menuju perantauan agaknya memberikan cakrawala baru terhadap
kapasitas musik yang dimiliki oleh Nicolas. Melanjutkan studi di salah satu
universitas terkemuka di Kota Malang, Nicolas mulai percaya bahwa musiknya
membutuhkan nyawa. Musik yang selama ini bersemayam di kepalanya
seorang harus dapat berbicara dalam bentuk dialog. Bukan hanya monolog.

Kepekaan yang kian tumbuh berkat lingkungan baru yang ia hidupi ini
membuat Nicolas Mora sedikit demi sedikit mulai berani memperdengarkan
musiknya kepada orang lain. Gig-gig lokal skala kafe satu persatu mulai
memunculkan nama Nicolas Mora sebagai seorang penampil.

Nicolas Mora yang masih pemalu itu makin rajin mengitari segenap sudut kota
untuk meneriakkan suaranya nyaring di dalam keheningan. Jarak yang
sebelumnya membentengi dirinya dengan musik perlahan semakin pangkas.

Irama musik country-folk menjadi rima bagi setiap kata yang ia suarakan. Meleburnya beberapa musisi seperti Dave Van Ronk, Balmorhea, Blind Connie Williams, Novo Amor, hingga Sigurros, adalah segenap yang menginspirasi karakter musik Nicolas Mora.

Mendengarkan Nicolas Mora berarti telah siap untuk menempatkan diri dan telinga ke dalam mode senyap. Keheningan yang ia tawarkan memiliki bius untuk menuntun setiap pendengarnya rasuk ke dalam kontemplasi rasa. Sila dengarkan singelnya yang berjudul Meet Me On The Bank of The River atau Unspoken Letter jika ingin mencoba.

“Folk yang baik adalah folk yang bertutur realisme kehidupan yang sedang terjadi di lingkungan paling sekitar,”

Kira-kira seperti itu pandangan Nicolas Mora terhadap musik yang ia bawakan. Baginya, hidup selalu berkelindan pada triniti yang tak pernah bisa secara gamblang dijelaskan. Triniti itu adalah seks, kelahiran, dan kematian. Segala rasa yang dirasa oleh manusia adalah berkat dari akar triniti yang uwuh pada setiap makhluk yang hidup.

Belakangan Nicolas Mora baru saja melakukan ibadah tur selayaknya yang biasa dilakukan oleh musisi lainnya. Berkat perjalanannya sepanjang Jawa – Bali itu, Nicolas Mora percaya jika bukan isi
kepalanya saja yang butuh disuarakan. Masih banyak lagi suara lain di sekitarnya yang membutuhkan kesempatan. Kesempatan untuk disampaikan kepada kepada kesempatan lainnya.

Kesempatan yang dalam waktu dekat akan segera ia wujudkan dalam plakat satu album penuh.

Satu album yang saat ini sedang dalam tahap rekaman. Bekerja sama dengan beberapa
musisi lainnya, debut album Nicolas Mora menjanjikan satu set keheningan yang
menggugat. Sebuah album yang tak hanya berisi kumpulan kata-kata, namun juga
benih transformasi pengalaman musik yang sudah ditapaki oleh Nicolas Mora.

Jangan khawatir. Nicolas Mora akan tetap baik-baik saja untuk berperan sebagai pria
yang terduduk sendiri di sudut kerumunan. Ia akan setia mengamati dan
mendengarkan; merasakan di dalam keheningan.

Contact & Link
Email : nicolasmoramusic@gmail.com
Twitter : @nicolsmora
Instagram : @nicolasmoramusic
Booking : Titi +6282233288340
Press Release by:Novita Widia (+6281333481985)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *